🍁🍁🍁🍁🍁
"Kamu pesan apa? Jus strawberry atau--"
"Samain aja," potongku cepat. Namun bukannya berdiri dan memesan minuman kami, ia malah menatapku dengan tatapan seolah bertanya 'Kamu yakin?'.
Kini aku yang memandangnya bingung. Memangnya kenapa? Dia memesan apa hingga meragukanku?
"Americano. Aku pesan americano, kamu yakin mau disamain?"
Aku refleks berdecak sebal setelah mendengar ucapannya. Kenapa dia senang sekali dengan cairan hitam pekat itu? Melihatnya saja aku sudah tidak minat.
"Enggak, makasih. Aku pesan jus strawberry aja!" ujarku dibuat ketus membuat ia terkekeh dan mengusap rambutku gemas. Aku menahan senyumku, jujur saja aku sangat suka saat rambutku diusap olehnya hehe.
Aku terus memandangi punggungnya yang mulai menjauhiku untuk memesan minuman kami. Ah ... hanya melihat punggung lebarnya saja aku sudah jatuh cinta. Biarkan untuk saat ini aku menikmati rona merah jambu di pipi bulatku, serbuan kupu-kupu di dalam perutku dan juga bunga-bunga yang menghiasi pandanganku dengan indah.
Bolehkah aku mengharapkan lebih? Aku hanya ingin, semua itu bertahan cukup lama atau mungkin selamanya. Bolehkan dia menjadi yang terakhir untukku? Iya, aku hanya berharap Daniel menjadi yang terakhir untukku.
TAK!
Aku tersadar dari lamunanku karena Daniel menyentil dahiku. Bagaimana bisa ia sudah ada di depanku sih? Kenapa aku tidak menyadarinya?
"Daniel! Sakit tau!" Aku mendelik berusaha terlihat menyeramkan namun ternyata Daniel malah tertawa keras hingga matanya yang sipit itu terlihat seakan hilang.
Lucu. Wajahnya sangat lucu dan tampan secara bersamaan membuatku akhirnya ikut tertawa, menertawakan matanya yang hilang.
"Mata kamu ilang Niel! Hahaha!" seruku girang seraya menunjuk matanya.
"Lha, mata kamu juga ilang tau! Hahaha!" balas Daniel diakhiri dengan tawanya yang semakin keras, tidak mempedulikan pengunjung kafe lainnya yang sudah menatap kami dengan tatapan terganggu. Hehe, maaf ya, kami sedang bahagia.
Salah satu hal yang membuatku jatuh cinta pada Daniel adalah karena dia yang selalu bisa membuatku tersenyum dan tertawa, selain karena dia tampan tentunya hehe. Biar ku beri satu rahasia, dia baik dan mebuatku nyaman. Ah, aku sangat menyukainya.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Perfect!" Seruanku mengakhiri sesi berdandanku pagi ini. Tenang saja, aku tidak memakai make up berlebih, hanya bedak dan lipbalm untuk melembabkan bibirku.
Tanganku yang tadinya terulur untuk mengambil tas, beralih pada handphone ku yang terus berdering. Sangat berisik. Sebenarnya bisa ku senyapkan, tapi tidak mau. Kasihan jika nanti pesan Daniel lama kubalas dan aku mengeluh berisik karena pagi ini yang mengirimi pesan begitu banyak bukanlah kekasihku, melainkan Avie, sahabatku.
Iya iya aku tau dia rindu padaku hingga mengirimi banyak pesan, tapi ayolah ... ini masih pukul 7 pagi, bahkan kami memiliki janji temu pada pukul 9. Aduh, aku makin sayang saja padanya.
Baru saja aku hendak membalas pesan dari Avie, seseorang mengetuk pintu flat ku. Dengan terpaksa aku melangkahkan kakiku kesana, membukakan pintu entah untuk siapa.
"Selamat pagi Annabelle!"
"Avie!"
Astaga! Bahkan dia sampai menjemputku!