"aku akan bertanggung jawab." suaranya terdengar dalam dan berat, chenle yang semula menunduk dan sibuk memilin ujung kaos, kini mulai berpaling menatap sosok jangkung dengan senyuman tipis di wajah tampannya.
astaga! rasanya chenle ingin menangis dengan keras sekarang.
"tapi... tapi ini bukan sepenuhnya salahmu." lirih chenle, berusaha sebisanya untuk menahan laju air matanya.
"lalu aku harus bagaimana selain bertanggung jawab?" yang lebih muda balik bertanya. "bagaimanapun kau yang paling dirugikan di sini."
chenle menggigit bibir bawahnya yang bengkak, matanya memandang ke mana saja asal bukan wajah tampan adik tiri jaemin, seniornya di fakultas kedokteran.
"kita bisa... melupakannya saja?" jelas sekali chenle ragu akan kalimat yang dia ucapkan. adik tiri jaemin mengerutkan kening. chenle tidak terlalu mengenalnya. setahu chenle pemuda kurus itu satu tahun lebih muda darinya. "bukankah banyak orang yang menjalani hubungan... satu malam?"
"bagaimana jika kau hamil? aku tidak memakai pengaman. meskipun kita sama-sama mabuk berat, kita jelas tahu apa yang terjadi semalam dan kemungkinan terburuk nantinya."
chenle termenung. dia bahkan tidak berpikir sampai sejauh itu. astaga! dia bahkan baru semester dua sekarang! apa yang akan orangtuanya di cina katakan jika putra bungsunya hamil?! chenle mulai menangis bingung.
"bagaimana ini? aku tidak berpikir sejauh itu!"
yang lebih muda menghela napas. dia menggeser posisi duduknya untuk lebih dekat dengan chenle. diraihnya kedua telapak tangan mungil milik yang lebih tua untuk dibawa dalam genggamannya yang hangat. chenle terkejut, matanya yang penuh air mata balas menatap adik tiri jaemin.
"aku tidak akan membiarkan anakku lahir tanpa ayah. jika nantinya kau hamil... aku akan bertanggung jawab. jangan menolakku dan sekali-kali berpikir untuk menggugurkannya. meskipun aku baru lulus tahun ini, kupastikan hidupmu dan anak kita nantinya terjamin."
"aku tidak akan sejahat itu! aku tidak mungkin melenyapkan bayi yang tak bersalah!" dia tersenyum tipis. mengusap punggung tangan chenle dengan lembut.
"baiklah, aku percaya padamu." katanya yang kini melepaskan tangan chenle, dia beranjak menuju sofa di mana jaket kulitnya dia tinggalkan. "namaku park jisung, kau bisa memanggilku jisung." lanjut yang lebih muda tanpa menoleh.
"aku zhong chenle. junior hyungmu di fakultas."
entah hanya perasaan chenle saja atau bahu jisung memang terlihat menegang meski hanya sepersekian detik.
"zhong?" jisung menoleh dengan sebelah alis terangkat. dia bertanya sambil memakai jaketnya. chenle mengangguk.
"aku dari cina."
jisung mendengung. dia terdiam sebentar sambil menatap lantai. "kau tinggal sendiri?"
"ya." chenle menyaut cepat.
"akan kuantar kau pulang sekarang." jisung tersenyum hangat lagi. pipi chenle menghangat, semburat merah muncul di sana menyadari betapa tampannya jisung saat tersenyum. "apa kau bisa berjalan?"
kening chenle mengerut. dia menatap bingung ke arah jisung yang berdiri tiga langkah di depannya. kebingungan itu lenyap begitu chenle bangun dan mencoba berjalan, dia langsung rubuh merasakan sengatan rasa nyeri dari belakang tubuhnya.
"oh!" chenle memekik. wajahnya semerah kepiting rebus menyadari maksud pertanyaan jisung. "kurasa... tidak. bisa bantu aku?" cicitnya malu.
"tentu saja." jisung menjawab dengan tangan terulur padanya.
chenle menerima uluran tangan jisung. ketika dua tangan itu bertaut, chenle sadar... hidupnya akan berubah 180° karena kebodohannya di pesta pertunangan donghyuck, salah satu seniornya juga. kebodohan yang membawanya terjebak bersama park jisung.
-
tanggung jawab kau jewmine!😢 gimana ini... aku bikin chensung maried life 😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
[PG-15] baby | chensung ✔
Fanfictionif the baby not exist, can we feel still the same? 💌 chensung [au.lowercase. not-fluff-at-all]