bag 2

130 11 0
                                    


Roseanna memang bukan gadis spesial selain wajahnya yang tergolong cantik. Ia justru punya segudang keburukan yang membuat beberapa orang enggan berteman dekat dengannya.

Ia hanya memiliki 3 orang teman selama 21 tahun hidupnya. Selebihnya hanya sekedar kenalannya, dan sebagian besar musuhnya.

Roseanna itu egois. Itulah yang membuat beberapa orang enggan berteman dengannya. Roseanna itu manja membuat banyak orang kesal saat keinginan gadis itu tak terpenuhi. Dan Roseanna adalah gadis pemarah yang sekian kali membuat orang malas berurusan dengannya.

Namun itu tak pernah mengusik hidup seorang Roseanna. Mempunyai 3 sahabat sudah cukup baginya.

Tak perlu repot repot menambah teman tak tulus untuk menambah bebannya yang sudah cukup berat menurutnya.

Itulah yang telah dipikirkam roseanna sekarang, sembari mengamati satu per satu wajah wajah yang sudah selama 5 tahun mengisi hari harinya.

"Ngapain ngalamun cuk." Ujar seorang gadis berwajah tegas yang terkesan galak.

Rose hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum tipis. Tak mau repot repot menjawab pertanyaan yang diajukan jeni padanya.

"Halah, mikirin romeo kan lo?." Ujar gadis berponi yang kemudian menyeruput segelas lemon tea nya.

"Enggak elah." Jawab rose. Ia memutar bola matanya malas mendengar pertannyaan lisa.

"Samperin aja kali, dari kantin sampe ke fakultas romeo kan ga jauh." Kali ini seorang gadis berambut hitam legam yang menyahut.

"Dibilangin gua enggak lagi mikirin romeo njing." Balas rose emosi, menatap sonya kesal.

Ia sangat kesal menjawab pertanyaan yang sudah ia jawab berkali kali.

"Santai dong bos." Jawab lisa terkekeh karena reaksi rose yang menurutnya berlebihan.

"Suruh siapa ngeselin." Balas rose.

Tak mau lebih lanjut membahasnya, mereka sibuk membicarakan hal lain seperti mall, tas keluaran terbaru, pacar, hingga anak kucing tetangga yang ditelantarkan.

"Pengennya sih gue adopsi, tapi tuh tante tante kolot banget. Males kan gue." Ujar lisa menceritakan bagaimana ia ingin mengadopsi kucing yang ditelantarkan namun tak diijinkan pemiliknya.

"Colong aja lis. Lo kan pinter kalo disuruh melakukan kejahatan." Jawab jenni. Ia tertawa puas melihat bagaimana masamnya wajah lisa.

"Dasar gila." Sungut sonya yang melihat ke absurd-an sahabat dekatnya ini.

"Seenggaknya nggak sampe gila karena cinta." Itu suara rose. Ia tertawa jahat melihat sonya yang menyadari sindirannya.

"Bukannya gila. Ini tuh pengorbanan cinta dariku untuk bang surya." Jawab sonya sok puitis yang kami balas dengan cibiran.

Gadis itu memang begitu tergila gila dengan seorang senior di fakultas mereka, surya namanya. Saking gilanya sonya bahkan pernah menawarkan tubuhnya pada surya Hingga kami menyebutnya budak cinta.

"Sadar neng sadar." Ujar jenni menasehati.

"Cinta tuh boleh, goblok nya yang jangan." Kali ini lisa menyahut. Meski mulutnya penuh dengan kentang goreng.

"Lo tuh yang goblok." Ujar sonya tak terima. Melemparkan kentang goreng yang justru diterima dengan senang hati oleh lisa.

"Maksud lo dapat juara di perlombaan bahasa itu goblok?." Sungut lisa setelah menelan semua kentang goreng ke dalam perutnya.

"Goblok karena nggak peka sahabat lo naksir berat sama lo bego." Sahut rose.

Seketika wajah lisa berubah kaget, tapi terlihat was was sembari mengamati wajah sahabatnya satu persatu.

"Jadi... lo naksir gue rose? Jadi lo penyuka sesama jenis? Terus si romeo lo kemanain? Jangan dong rose. Gue masih waras." Ujar lisa panik. Ia manatap horor rose yang terlihat geli dengan reaksi lisa.

"Paan sih lo." Jawab rose.

"Tadi lo bilang..."

"Maksud gue, sahabat lo yang lain njir. Yakali gua naksir lo. Gue juga masih normal kali. Bebeb romeo aja gue pacarin." Jawab rose tak habis pikir. 

Lisa itu beneran pinter gak sih? Atau selama ini dia nyogok supaya bisa menang dan dapat piala?. Pikiran itu yang kemudian menghantui rose.

"Sahabat gue yang lain?...maksud lo sean? Yakali elah." Jawab lisa diakhiri tawa hambar.

"Serah lo lis serah lo." Ujar jenni pasrah. Lisa memang se kolot itu gais.

Kasihan sekali nasib sean. Lisa memang bukan gadis peka seperti gadis kebanyakan. Ia cenderung tak peduli terhadap sekitar. Bahkan sean yang sudah terang terangan berusaha mengutarakan cinta tersembunyinya lewat perbuatan yang dilakukan cowok itu ke lisa yang merupakan sahabat masa kecilnya tak pernah dianggap serius oleh gadis berponi itu.

"Iya terserah. Sama seperti jenni yang terserah macarin cowok kayak ganti pembalut." Kini suara sonya menyahut.

"Lah giliran gue nih?." Sahut jenni disertai kekehan dengan sedikit tawa.

"Kagak usah dibahas itumah. Kagak heran gue." Ucap lisa.

Mereka semua tertawa.

Tapi tiba tiba semua diam. Kehadiran seorang romeo yang berdiri tepat di belakang rose membuat mereka kehilangan suara.

Romeo tidak memberikan mereka tatapan tajam hingga mereka harus diam seperti sekarang. Romeo hanya tersenyum melihat rose yang masih tak sadar akan kehadirannya. Berbeda dengan para sahabatnya.

"Woi." Teriak rose ketika mereka semua tiba tiba diam.

"Yaalah ganteng banget sih rom." Suara lisa kemudian menyadarkan rose bahwa ada seseorang di belakang mereka. Dia romeo.

"Romeo?." Meskipun tahu bahwa itu romeo, rose masih tetap menanyakannya.

Romeo mengangguk.

"Yuk pulang." Itulah yang diucapkan romeo.

Rose kemudian mengagguk. Menoleh ke arah sahabatnya dengan niat untuk berpamitan. Namun niatnya itu diurungkan, melihat para sahabatnya masih melongo menikmati ketampanan romeo yang membuatnya mendengus malas.

"Heh! Jaga mata lo semua woi!." Ujar rose kesal. Hanya rose yang boleh menikmati wajah tampan romeo seorang.

"Ck, pelit banget sih." Ucap sonya yang diangguki jenni dan lisa.

Rose kemudian segera melenggang pergi. Menggamit lengan romeo dengan tak sabaran. Seolah ingin menyelamatkan romeo dari tatapan penghuni kampus yang mencoba menikmati ketampanan cowoknya.

Romeo hanya terkekeh melihat bagaimana gadisnya ini bersikap. Sangat lucu, batin romeo.

problem of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang