#25

1.1K 186 9
                                    

[nyalain mulmednya atau kalo punya lagunya di hp, boleh sambil di dengerin biar sedihnya makin berasa^^]
{Day6 - I Need Somebody}

Please.. Don't leave me alone..

•°•°🕕🕐°•°•


Kedua kakinya berdiri tegak di depan pintu rumah yang sudah tak asing lagi bagi Hyunjin. Keadaan halaman rumah yang masih sama dengan saat terakhir kali Hyunjin meninggalkan rumah ini, Hyunjin masih ingat betul.

Setelah semalaman Hyunjin tak tidur karena memikirkan bundanya, akhirnya pagi ini Hyunjin memilih tidak masuk sekolah dan memilih untuk pulang.

Ya. Hyunjin kembali. Kembali ke rumahnya setelah dua minggu lelaki itu pergi.

Padahal lelaki itu sudah berpiki matang-matang, namun saat sudah di depan rumahnya, Hyunjin merasa ragu. Pikirannya kembali berputar dimana saat Hyunjin mengetahui bundanya yang menyembunyikan catatan milik kakeknya itu.

Hyunjin merindukan bundanya. Tapi kenapa rasa sakit itu semakin menjadi ketika Hyunjin memberanikan diri untuk melawan sakitnya?

Hyunjin melihat arloji yang dipakainya, waktu menunjukkan pukul 10 pagi. Itu artinya sudah hampir 15 menit Hyunjin berdiri saja di depan pintu.

Tok!
Tok!
Tok!

Dengan mengumpulkan keberanian, Hyunjin akhirnya mengetuk pintu rumah, berharap bundanya bisa cepat membukakan pintu untuknya.

Setelah menunggu beberapa saat, pintu rumah terbuka, menampakkan bunda Hyunjin yang menatap tak percaya melihat anak lelakinya itu berdiri di depan rumah.

"Bun.. Hyunjin pulang." ucap Hyunjin sambil menatap lekat bundanya.

Tak bisa menahannya, tangisan bunda Hyunjin pecah dan bunda Hyunjin langsung memeluk anaknya dengan erat, "maafin bunda, jin. Maafin bunda."

"Hyunjin ngerti, bun. Hyunjin udah maafin bunda." ucap Hyunjin dengan suara bergetar. Ya, Hyunjin menahan tangisannya. Dia tak mau menangis didepan bundanya. "Hyunjin kangen bunda.." lanjutnya membuat tangisan bunda semakin pecah.

Bunda Hyunjin melepaskan pelukannya lalu menangkup kedua pipi anaknya tersebut, "Bunda juga kangen, nak. Bunda kangen anak bunda." kata bunda Hyunjin. "Maafin bunda ya.." bunda Hyunjin mengusap lembut kepala Hyunjin.

Hyunjin melepaskan tangan bunda dari kedua pipinya lalu tangannya terulurkan menghapus air mata bundanya, "Bunda nggak boleh nangis lagi. Bunda kan pengen Hyunjin bahagia, bundanya juga harus bahagia, gak boleh nangis gini. Hyunjin gak mau dihukum Tuhan gara-gara bikin bunda nangis."

Kalimat yang Hyunjin ucapkan itu membuat ujung bibir bundanya tertarik, "iya.. Bunda gak nangis lagi." ucap bunda sambil menghapus air matanya sendiri. "ya udah yuk masuk." lanjut bunda lalu berjalan menuntun Hyunjin masuk ke dalam rumah.

"Kamu udah makan, nak? Mau bunda buatin apa?"

"Engga bun. Hyunjin gak laper."

"Oh ya udah maunya apa? Mandi? Bunda siapin air panasnya."

Hyunjin menggeleng, "Gak usah, bun."

"Terus kamu maunya apa, nak?"

Hyunjin terdiam sebentar, memikirkan apakah keinginannya ini pantas untuk di tanyakan atau tidak.

"Hmm.. Bunda sini deh, duduk disini." pinta Hyunjin yang langsung di turuti oleh bundanya, "Hyunjin cuma pengen tau kebenaran catatan kakek itu, bun."

Ucapan Hyunjin berhasil membuat bundanya membeku. Hyunjin bisa melihat keraguan dari ekspresi bundanya.

"Bunda rasa memang sudah waktunya bunda angkat bicara soal persentase turunan itu."
"Hyunjin.. Seperti yang kamu tau, dikeluarga kita setiap anak lelaki yang lahir pasti akan bisa melihat persentase kesedihan yang dimulai saat hari tersedihnya datang. Sedangkan anak perempuan yang lahir, dia akan membawa gen itu, seperti bunda contohnya. Tapi jin.. Bukan berarti bunda bisa bahagia gitu aja. Sebagai anak perempuan dari keluarga yang punya turunan persentase kesedihan itu, bunda harus mengorbankan ayah kamu."

Percent 1 & 2 % Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang