Prolog

672 55 7
                                    

Ting tong.

Di sebuah kamar yang porak poranda seperti baru saja diterjang angin puting beliung, seorang pemuda tetap bergeming di bawah gundukan selimut yang menutupi bagian kaki hingga leher. Kamar ini amat sangat amburadul, cd-cd player berserakan di lantai bercampur dengan pakaian kotor yang dikenakan pemuda ini semalam. Eits, jangan piktor dulu, tenang dia tidak habis one nigth love sama someone kok.

Ting tong

Akhirnya spesies dibawah selimut itu bergerak juga setelah puluhan kali bel apartemennya berdendang ria. Matanya mengerjap, rasanya malas sekali untuk menapakkan kaki di lantai saat ini.

Ting tong

Ya Tuhan. Bisa kah Kau usir saja orang yang mempermainkan bel apartemennya disaat dia butuh istirahat lebih.

Ting tong

"BERISIK."

Teriaknya melebihi toa masjid, mungkin dia lupa kalau suaranya tidak akan terdengar sampai ke depan pintu apartemennya.

Ting tong

Oke, dia sudah tidak tahan sekarang mendengar suara bel yang dibuat mainan oleh entah makhluk jenis apa di depan sana sekarang. Pemuda itu pun bangun.

Shit.

Itulah kata kedua yang terucap dari mulut madunya setelah 'berisik' tadi. Kepalanya amat pening, terasa nyut-nyutan. Ini semua gara-gara kakak beradik El dan Dul yang mengajaknya ketemuan sama Om-Om eh tahunya Om-om tua genit mata keranjang gay lagi. Dia malah diajakin ke club yang ada fasilitas kamarnya untung pemuda ini cerdik lincah licin bak kancil, lah emang kancil licin yah, ya whatever lah.

Oke lebih baik kita kenalan dulu siapa pemuda ini sebenarnya. Karena kata pepatah tak kenal maka tak sayang, ya udah biar sayang kita kenalan dulu. Ini namanya Kevin Sukamuljo. Jenis kelamin laki-laki. Hobi bermalas-malasan di tempat tidur, skip, ini bukan hobi namanya cuman kalau siang begini tempatnya memang di tempat tidur. Profesi sebagai pacar panggilan, maksudnya disini dia bersedia menjadi pacar bayaran elo elo semua yang nggak punya teman kencan di malam minggu yang syahdu atau bisa juga menjadi perusak rencana pertemuan perjodohan dari orangtua elo elo pada. Dalam prinsip Kevin profesi apa saja boleh yang penting menghasilkan duit dan halal. Lagi pula dia cuman jadi pacar bayaran aja bukan laki-laki bayaran. Jadi, jangan samain Kevin dengan gigolo diluaran sana. Selama masa kencan, kalian boleh pegang tangan dia, pipi dia but no kiss-kissan. Gimana? Ada yang minat menyewa jasa Kevin. Jika ada, silahkan hubungi nomer dibawah ini.

Kevin meniti langkah hati-hati diantara baju kotornya jalan keluar kamar. Matanya belum melek sepenuhnya karena masih pengin memeluk guling kesayangannya di kamar. Apa mending balik aja yah, loncat ke tempat tidur dan melanjutkan tidur di pagi ceria ini.

Ting tong

Ting tong

Ting tong

"IYA BENTAR." huft siapa sih orang yang ada di balik pintu ini, gak sabaran banget, awas aja entar gue getok kepalanya pake martil.

Gubrak.

"Aduh."

Kevin terjun bebas ke lantai setelah kakinya menghujam mobil-mobilan remot kesayangannya diwaktu kecil.

"Ini ngapain juga si Thomas jalan-jalan kemari. Sakit tahu Mas. Tanggung jawab lo yah kalau gue geger otak." Kevin jadi memarah-marahi mobil-mobilan yang tak tahu diri itu sebelum akhirnya bangkit kembali ketujuan awal, membuka pintu lebar-lebar lalu siap kan martil kemudian getok kepala sialan yang berani ganggu tidur paginya ini. Namun tanpa sepengetahuannya Kevin lupa berlari ke dapur buat ngambil martil akhirnya dia membuka pintu dengan tangan tanpa apa-apa.

Ceklek

Kevin melongok keluar pintu yang dibuka hanya muat kepalanya saja. Kejutan. Yang datang adalah laki-laki berpakaian rapih klinyis memakai setelan jas mahal macam bos besar di kantoran. Postur tubuhnya sama sepertinya, matanya sipit dan mukanya flat kayak papan talenan. Tapi tunggu, siapa dia? Siapa orang ini? Apa kepentingannya kemari? Buat apa dia menemuinya? Dia bukan bodyguard dari seorang rentenir kan? Perasaan Kevin nggak punya hutang ke rentenir mana pun deh. Dia kan anti berhutang.

"Jam segini baru bangun tidur? Kenapa bengong saja di pintu?"

Mata Kevin mengerjap berkali-kali. Setelah beberapa saat Kevin membenarkan cara berdirinya. Kevin berdiri ling lung, maklum baru bangun tidur, nyawanya belum ngumpul semua, dia jadi bertanya-tanya memangnya orang ini mengenalnya. Bagaimana? Dimana?

Kevin kelamaan bengong di depan pintu, sadar sadar orang asing itu ngecling masuk ke dalam apartemen Kevin, mengamati setiap sudut apartemen Kevin dari plafon, dapur, ruang tamu berikut meja makan. Ekspresinya berubah ngeri melihat keadaan rumah ini yang amat menyedihkan.

"Hei hei, siapa yang nyuruh anda masuk ke rumah saya." Protes Kevin meski terlambat.

Orang asing ini menyernyit. "Kamu sebut ini rumah? Lihat. Meja ruang tamu masih tersisa cup mi instans, gelas terguling dan noda kopi berceceran di meja." Dia menunjuk keadaan meja yang amat nahas ini. "Langit-langit banyak sarang laba-labanya, kapan terakhir kamu bersihkan? Barang-barang juga berantakan semuanya, berceceran dimana-mana." Orang asing ini menyapu jarinya ke barang-barang yang berantakan di lantai. Wajahnya terlihat garang jelas saja orang ini menahan emosi. Orang ini kemudian berjalan ke dapur, Kevin langsung bergegas mencegatnya dan membentangkan tangannya untuk menghalangi langkah pria ini sebelum orang ini melihat kondisi dapurnya yang porak poranda, segala piring, mangkuk, gelas kotor tertumpuk di wastafel karena belum tersentuh oleh yang punya.

"Anda ini siapa? Utusan dari pemerintah buat audit tempat tinggal saya? Lalu mencabut hak paten saya atas rumah ini?"

Orang asing ini menghela napas. Kevin mulai panik, jangan-jangan dugaannya bener.

"Saya bukan utusan dari pemerintah. Lagi pula pemerintah tidak akan pernah mencabut hak tempat tinggal seseorang kecuali orang itu tinggal di atas tanah milik pemerintah."

"Lalu anda siapa?" Kevin masih merentangkan tangannya seakan dengan ini rumahnya aman dari jamahan orang asing ini.

"Saya Marcus Fernaldi Gideon. Mulai sekarang panggil saya koko."

"Koko?" Kevin menyernyit bingung. "Kakak?" Orang yang mengaku Marcus mengangguk. Kevin makin nggak mudeng. "Kakak darimana? Orang saya anak tunggal."

"Tidak penting untuk sekarang kamu tahu asal usul saya." Ujar Marcus. "Melihat gaya hidup kamu disini, saya putuskan, mulai hari ini saya tinggal di apartemen kamu."

"APA?!"








Hai...

Ai datang dengan cerita baru lagi nih dengan harapan banyak yang suka dan banyak yang baca juga.

BONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang