2

414 50 4
                                    

Marcus memanggil jasa pembersih rumah sebab dia tak mungkin memanggil pembantu rumah tangganya kesini, Ibunya saja tidak mengetahui tentang Kevin, rahasia keberadaan Kevin hanya diketahui oleh Ayahnya dan Marcus baru mengetahuinya dua hari sebelum Ayahnya berpulang. Marcus berencana akan tinggal disini selama Ibunya pergi keliling dunia bersama geng sosialitanya, selama Ibunya tidak tahu, dia akan aman, sebab kalau sampai berita ini terdengar sampai ke telinga Ibunya pasti wanita yang melahirkannya itu pasti akan bertanya macam-macam mengenai Kevin.

Sepanjang kedatangannya, Kevin selalu merengut tapi beruntung Marcus bisa menyuruhnya untuk mandi sebelum para jasa pembersih itu datang. Semua berjalan dengan tidak mudah karena Kevin terus merengek berlari kesana kemari setiap pekerja menyentuh barang-barang nya yang menurutnya sangat berharga. Sebelumnya Marcus memang meminta ke para pekerja supaya membuang semua barang yang sudah tidak terpakai. Tapi melihat Kevin dengan sekuat tenaga mempertahankan mobil mainan remot berwarna merah membuat Marcus memijit pangkal hidungnya.

"Tidak, ini barang peninggalan Mama, kalian nggak boleh membuang ini." Jeritnya sambil memeluk erat mobil-mobilan merah, benar-benar tidak mau melepasnya persis seperti anak kecil saat mainannya akan direbut temannya.

Akhirnya Marcus mengalah, dia tidak jadi membuang barang-barang milik Kevin. Marcus meminta pada Bayu asistennya untuk mencarikan furniture yang bisa untuk memajang barang-barang milik Kevin setidaknya ini bisa membuat pemuda itu senang.

Setelah Marcus periksa satu per satu rupanya kualitas barang di apartement ini juga sangat buruk menurutnya. Sofa sudah tak layak untuk diduduki sepertinya sudah puluhan tahun tidak diganti. Bupet tempat televisi juga sudah keropos termakan rayap. Tempat tidur juga sudah tidak nyaman, lemari bajunya juga sudah reyot. Kalau begini Marcus harus mengganti besar-besaran perabotan di rumah ini. Dia meminta pada Bayu lagi untuk dicarikan perabotan dengan kualitas terbaik di tempat rekannya yang membuka usaha properti. Marcus juga tak lupa memanggil beberapa tukang bangunan untuk membetulkan dinding dan plafon sekaligus mengecatnya agar terlihat baru.

Kevin? Dia hanya bisa mengganggu para pekerja saja, sepanjang waktu dia mengomeli para pekerja, mengacuhkan Marcus dan caranya menatap Marcus seperti baru menemukan spesies baru dari jenis primata, saat giliran kamarnya yang dicat, dia meminta pada tukang agar kamarnya dimotif garis-garis warna coklat dan krim. Ia juga meminta plafonnya dimotif langit tapi tidak diijinkan oleh Marcus karena akan menghabiskan waktu yang lama jadi plafonnya hanya dicat putih serentak seperti di ruangan lain.

Pengerjaan ini selesai hingga nyaris tengah malam, apartement kini sudah rapih hanya saja aromanya sekarang dipenuhi bau cat, cukup membuat Marcus pusing. Rasanya dia ingin pergi dari sini dan istirahat di rumahnya saja namun urung karena mungkin Kevin akan pergi ke club malam lagi karena ini malam minggu pasti teman-temannya akan membawanya kesana. Lagi pula ranjang dan badcover sudah diganti yang baru, tidak ada alasan lain bagi Marcus untuk tidak bisa beristirahat disini.

Hari sudah berganti dan sekarang sudah menjelang sore, seharian ini Marcus gunakan untuk mengecek laporan dari para karyawannya melalui email di meja sofa sambil duduk lesehan, sesekali matanya melirik kearah pintu kamar Kevin, sampai saat ini pemuda itu tak kunjung mau keluar, sudah berulang kali Marcus mengetuk pintu dan memanggilnya tapi tetap dia tidak mau keluar bahkan untuk sekedar makan padahal dia belum memakan apapun sejak semalam. Mungkin Kevin ngambek sampai mogok makan, tapi apa yang harus diambekin, bukankah seharusnya pemuda itu senang, tempat tinggalnya telah direnovasi dan barang-barangnya pun diganti dengan yang baru. Marcus jadi gelisah sendiri dan akhirnya menelpon Rian.

"Sore bos, ada apa?"

"Jom lo tahu nggak cara menjinakkan orang yang lagi ngambek?"

"Hah?! Siapa? Kevin yah?"

BONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang