Bangkulon, sebuah desa yang terletak di perbatasan antara dua kota besar, mojokerto dan sidoarjo. Bangkulon merupakan sebuah desa yang nyaman bagi mereka yang menginginkannya, desa yang sempurna bagi mereka yang menjalankan kehidupannya dengan impian yang ada. Benar bukan, karena sebenarnya sebuah kenyamanan bukanlah berasal dari yang indah saja, yang mewah saja, apalagi sesuatu yang serbah wah~, tapi kenyamanan adalah sebuah hasil dari pribadi yang ingin maju, pribadi yang tulus dalam menjalankan kehidupan.
Perlu diingat bahwa sebuah kesempurnaan, tidaklah datang dari semua kelebihan yang ada, semua keindahan yang tercipta, tapi karena adanya kekurangan dan ketidak mampuan, karena adanya ketidakberadaan dan ketimpangan, ia akan menghasilkan sebuah cita kesempurnaan yang manis, cita yang nyata murni dan indah, ia akan menjadi kesempurnaan yang lahir tanpa perlu ditaburi bumbu-bumbu kepalsuan, yang tak sekedar dinilai dari materi, tingkat kedudukan, dan segala hal yang menyangkut terwujudnya keberhasilan. Lantas?
jika yang sebenarnya adalah demikian, mengapa orang-orang mencarinya dengan jalan yang sangat jauh? jauh sekali dari apa yang mereka harapkan.
Desa bangkulon, terletak di paling ujung diantara deretan desa-desa yang ada di kota ini.
"nyeloh labihk orang bangkulon~."
Merupakan suatu istilah yang tak asing di wilayah kota ini. orang-orang pinggiran kota sering dikatakan norak, dan sikapnya yang selalu kampungan. Padahal, bisa jadi mereka yang mengatakan hal tersebut, benar-benar orang yang berperangai kampungan, mereka bahkan tidak bisa memahami arti dari konteks kebudayaan, sebuah arti dari tingginya tingkat peradaban.
Oh iya sampai lupa, terlalu jauh mungkin perkataan itu. Lebih jelasnya lagi, jika hendak pergi dengan mengendarai motor, mungkin butuh waktu sekitar satu sampai dua jam dari pusat kota untuk sampai di bangkulon. Lebih efisien lagi mungkin jika pergi dengan kereta api, karena kemacetan bukanlah hal yang bisa dikompromikan lagi sekarang. dengan naik kereta, kira-kira kita dapat menghemat waktu hingga setengah jam saja untuk pergi menuju desa. Seperti yang dilihat, Bangkulon bukanlah desa yang begitu besar, namun secara yuridis bisa dikatakan bahwa desa Bangkulon masih tetap diakui sebagai kawasan resmi kota mojokerto. Dulu di masa kerajaan desa ini desa yang maju, karena banyak artefak-artefak yang ditinggalkan, memang bukan seperti candi-candi yang ada, tapi adanya artefak seperti kendil batu, prasasti batu dsb menjadikan bukti keberadaab kebudayaan yang tinggi di desa ini.
Sedikit intermezo sih... Kita bisa mengamati bangkulon dari aspek Geografisnya yang unik pula. Bangkulon merupakan desa yang berada di wilayah yang diapit oleh dua anak sungai yang lumayan besar, disebelah utara desa ini, terdapat sungai yang membatasi desa dengan wilayah kota sidoarjo, orang-orang desa bangkulon sering menyebut sungai ini dengan istilah kali kanal. Kalau orang-orang di kota sebelah sidoarjo, lebih sering menyebutnya dengan kali cilik. Ya karena memang sungai ini dulunya bukan sungai asli sih, tapi buatan orang-orang jaman bahula yang berkeinginan membuat irigasi yang bagus agar tak banjir, disamping itu di setiap jengkal pandangan mata sungai ini, berjajar pengatur arus sungai atau krib yang dihias dengan uniknya. Biasanya sih krib-krib itu di cat dengan warna-warna cerah, misal warna pelangi atau volcadot, bahkan ada yang dilukis kartun untuk menambah nuansa nyaman melihatnya.
Di sebelah barat desa, terdapat sungai besar yang sering disebut kali anyar. Sungai ini merupakan pecahan sungai atau anak sungai yang lumayan besar dari sungai brantas. Yah.. Walaupun dikatakan anak sungai, namun sungai ini tetap saja jadi sungai utama untuk irigasi masyarakat, yang berhulu di gunung Arjuno dan berahir di daerah Lamongan. Beberapa kali kalau berkunjung ke sana, melihat pertemuan antara sungai ini dan laut itu benar-benar tak membosankan.
Bangkulon memang eksotis teman... selain diapit oleh dua sungai besar, ia berada diantara jalan protokol provinsi dan sebuah pabrik besar bertenaga turbin batu bara. Jalan provinsi di depan desa sudah lumayan bagus sih sekarang, ya.. Mungkin karena beberapa bulan lalu rombongan mobil dengan plat R1 sedang lewat, jadinya "si bapak walikota takut di inspeksi" kata orang-orang, ironis kan memang. Tapi, secara tidak langsung jadi aji mumpung buat warga desa sih. Mereka merasa bersyukur, bukan karena plakat R1 lewat ya.. Namun akses jalan yang sudah tidak bergelombang lagi seperti dulu.
Untuk meyakinkan lagi kalau Bangkulon itu memang eksotis. Taukah kalian? kalau desa yang dengan segala keunikannya itu dijuluki dengan sebutan desa polusi. Jika tidak tau, kalian akan langsung mengetahuinya jika kalian datang sendiri ke desa Bangkulon.
Bagaimana tidak, samping utara desa Bangkulon sendiri berdiri kokoh Pabrik besar yang mengelilingi desa. Tidak hanya mengelilingi loh, namun sampai menutupi sebagian wilayah desa.
Lucu kan.. Tapi ironis pula?. Bayangkan saja, seumpamanya tiap hari kalian menyapu teras rumah kalian, tapi benar-benar kotor dan hitam. yang ada bukan debu,tapi pasir batu bara. Si biang kerok,cerobong Turbin pabrik memang delalu mengeluarkan banyak sekali asap pembakaran batubara, yang kadang kali membuat warga sesak nafas dan sebagainya. Bahkan kadang kali terjadi hujan asam hingga melubangi plafon dan genteng warga yang berbahan besi. Ya.. Mau bagaimana lagi kan? Warga tetap diam dan tak berkomentar.
Tidak bisa dipungkiri memang, karena warga desa bangkulon rata-rata bekerja sebagai karyawan dan buruh di pabrik tersebut. Bukan lagi rata-rata sih, kalau dibilang hampir setengah dari jumlah warga bangkulon, bekerja di pabrik tersebut.
"Aya... sudah makan? Ayo nak makan dulu! Ini sudah bunda siapkan..." sambil tersenyum kepada Aya.
"iya bun, aya datang!" aya berlari menuju bunda.
"bunda masak ayam kare lagi ya, aya sudah mencium baunya loh bun!! bahkan dari depan, tapi tumben ya hari ini masak ayam kare lagi? Apa tidak takut dimakan kucing bun? Minggu kemarin masak kare ditinggal kedepan aja uda habis~ hehe" kekeh aya kepada bunda.
"Loh,, memangnya kemarin ndak dimakan kamu sama si ahmad adikmu? gini ya anaknya bunda.. Alasan terus,, alasannya aja bilang kucing yang memakannya lah.. Padahal!! Yang habisin neng sendiri, emang kok ya.. neng sayangku ini.. Uda tambah gede..". celoteh ibu yang senyum-senyum saja mendengar ocehan aya
"ya ketahuan deh.. Ampun bundaku yang cantik.. Hehe my Queen in my house ~~" tawa mereka pun pecah dimeja makan yang dari tadi terhidang menu ayam kare yang baunya menggelinjangkan hidung.
Aya memang centil sih dari dulu, rada tomboy gayanya, kalau ngomong... suka nerocos dan ceplas ceplos, tapi dia jujur, easy going, dan memang very humble person.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zahraya - Cinta Di Ujung Pure
AléatoireCerita ini berkisah mengenai retorika cinta yang dibuat si penulis, tentang zahraya, tentang cinta yang memurni dibuatnya, tentang hal-hal yang membuat dirinya lebih bermakna dari sebelumnya. Zahraya, ia yang centil mempesona, gayanya yang menarik...