Bel tanda istirahat berbunyi. Murid-murid pun keluar kelas meninggalkan kelas termasuk juga Mikha. Mikha duduk sendirian di depan kelasnya yang berhadapan langsung dengan lapangan sekolah dan melihat beberapa siswa bermain futsal. Pandangannya tiba-tiba mengarah kepada seorang cowok dengan tubuh tinggi yang beberapa waktu yang lalu dia temui.
"Ya ampun... Siswa baru itu ganteng banget ya, jago lagi main futsalnya" ucap salah seorang perempuan yang duduk tidak jauh dari tempat Mikha berada.
"Uuhhh.. benar banget deh. Bahagia deh, kalau bisa jadi masa depannya" sambung siswi yang lainnya.
Mikha berhenti menguping pembicaraan mereka berdua dan melangkah memasuki kelasnya.***
"Mikha, katanya guru fisika kita gak datang. Kita ke kantin, yuk!" Ajak Imelda.
"Imel, kamu sama teman-teman yang lain aja ya. Aku mau ke perpustakaan. Maaf ya"
"Ya udah, deh" jawab Imelda seraya meninggalkan Mikha.
Mikha beranjak dari duduknya dan berjalan menuju perpustakaan.
Suasana perpustakaan sangat sepi. Hanya ada Bu Elisda, penjaga perpustakaan.
"Oh, Mikha. Kamu tidak belajar?"
"Enggak, Bu. Gurunya tidak datang. Mikha boleh disini ya, Bu"
"Boleh. Asalkan nanti kamu kembali lagi ke kelas kalau mata pelajarannya telah selesai"
Mikha mengangguk,"Iya, Bu"
Mikha berjaan ke arah tempat duduk yang berada di pojok ruang perpustakaan. Mikha duduk dan membuka diary yang dibawanya ke atas meja. Dia mulai menulis dengan pena nya.
Karenanya aku bahagia
Karenanya aku terluka
Mikha melihat tulisannya beberapa saat, kemudian menaruh kepalanya diatas meja hingga tanpa sadar dia tertidur.
Mikha melihat bunga mawar merah tumbuh di tepi jurang saat perkemahan berlangsung.
"Sayang, bunganya indah banget. Tolong kamu ambilkan buat aku, ya" ucap Mikha sembari menunjuk tepi jurang.
Felix menoleh kearah yang ditunjuk, "Iya, indah kok. Tapi itu ditepi jurang sayang. Bahaya kesana"
"Kamu gak mau ambilkan buat aku? Aku tuh pingin bunga mawar itu" ucap Mikha dengan manjanya.
Felix yang tidak tega melihat Mikha pun hanya bisa pasrah, "Iya, aku ambilkan. Kamu tunggu disini ya"
Dengan hati-hati dan berpegangan dengan ranting-ranting pohon di sekitarnya Felix berjalan menuju tepi jurang dan mencoba memetik setangkai mawar.
"Sayang, udah dapat bunganya" ucap Felix sambil melambaikan tangannya yang memegang bunga.
Mikha tersenyum senang mendengarnya.
Felix berbalik badan, melangkah menghampiri Mikha dan tanpa sengaja kaki sebelahnya tergelincir hingga membuat Felix terjatuh kebawah jurang.Bukkk!!!
"Felix!!!" Teriak Mikha dengan histeris.
Seseorang menyentuh pundak Mikha hingga membuatnya terbangun dari tidurnya.
"Tenang tenang. Ini aku Juan, yang kemarin ketemu sama kamu di koridor sekolah. Apa kamu bermimpi buruk?"
Perkataan Juan dia abaikan. Nafas Mikha tidak karuan. Dia mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"Apa kamu mimpi buruk? Aku dengar dari tadi kamu berteriak menyebut nama Felix" Juan mencoba bertanya ulang.
Mikha tetap tidak menanggapi ucapan Juan. Dia pun merapikan barang-barang yang dibawanya tadi.
"Dengar, terkadang seseorang berpikir orang lain tidak paham dengan kesesakan yang kita alami. Tapi, cobalah untuk lebih terbuka. Setidaknya dengan orang-orang yang ada disekitar kita. Keterbukaan adalah awal dari penyembuhan"
"Memangnya kamu siapa sampai aku harus kasih tahu sama kamu tentang masalahku?"
Juan terdiam.
"Jangan sok peduli! Kamu bahkan gak kenal samaku" Ucap Mikha seraya berjalan meninggalkan Juan sendirian di perpustakaan.
***
Hai readers tercintaku.🙆
Terima kasih banyak sudah membaca cerita mini ku ini ya. Dan jangan lupa VOMENT ya😊FOLLOW INSTAGRAM :
@rahn_artisteFOLLBACK?DM👉DONE
KAMU SEDANG MEMBACA
Without You
Teen FictionHariku menjadi sepi Kepergianmu membuatku kesepian disini Terlalu sakit rasanya hingga aku menangis tanpa adanya air mata Dapatkah hati ini terobati dengan kebahagiaan lagi? Cerita ini tentang ketika kita berpikir orang lain tidak paham dengan keses...