09

1.5K 341 29
                                    

.
.

.

.

Miss. Typo bertebaran

.

.

.

.

Jaejoong menatap garang boa. Wanita itu seperti ingin mencakar jaejoong. Wajah boa memerah kesal.

"Apa lihat-lihat mau kucolok matamu?" Kata Jaejoong, dia melirik kearah 5 orang dengan pakaian hitam mereka.

Seperti yang dipikirkan oleh kalian, Kelima orang itu adalah saudara jaejoong. Mereka begitu khawatir dengan adik bungsu yang keluar bersama pria dimalam hari. Bagaimana jika adik 'perawan' mereka diperawani? Itulah yang dipikirkan oleh mereka.

Boa berdesis tidak suka. Melangkahkan kaki mendekat ke arah jaejoong, namun dihalangi oleh Yunho.

"Sudahlah. Jangan seperti jae, tak baik berkata kasar seperti itu." Ucap Yunho. Dia berusaha menengahi keduanha. Takut jika berakhir dengan perkelahian. "Dan boa, jaejoong bukan adikku."

Menyipitkan matanya tak suka. Ia bukanlah si Babi Jaejoong yang akan terintimidasi oleh tatapan bengis, Ia yang sekarang adalah Jaejoong Kim, bungsu yang selalu mendapatkan apapun yang diinginkan.

"Kau membela wanita itu Yunho?" Nada suaranya sedikit meninggi. Jaejoong tak suka jika Yunho membela orang lain selain dia.

Entah apa yang terjadi padanya, sifat egois dan tak mau kalah perlahan tumbuh dan mendominasi.

"Ak-"

"Kau pikir aku takut, Hah?" Nada suara boa ikut meninggi. Berkacak pinggang menantang jaejoong. Menjawab tantangan dari Jaejoong.

"Jae-"

"Diamlah Yunho. Aku sedang kesal dan ingin mengguliti orang." Menahan sakit pergelangan kakinya. Jaejoong maju mendekati Boa. Mendorong pelan Yunho kebelakang.

Boa yang melihat hal tersebut ikut maju mendekati jaejoong. Aura permusuhan begitu kental diantara keduanya.

"Kau pikir aku takut, baru bertemu sudah mencari masalah." Kesal Boa.

"Dasar wanita ular." Ejek Jaejoong.

Yunho menahan jaejoong, dia tak ingin jaejoong bermasalah dengan orang.

"Yunho Kau membela anak kurang ajar itu?" Suara melengking boa terdengar oleh orang. Saudara jaejoong mulai mendekat. Terutama dua wanita diantara mereka. Tatapan mereka seperti medusa yang siap membunuh.

"Ahjumma, suaramu mengganggu pendengaranku." Jaejoong menutup kedua telinganya. Suara yang mengerikan, lebih merdu suara kucing Heechull.

"Hah." Tangan boa terayun, namun ditahan oleh tangan lain.

Yunho merangkul jaejoong secara refleks.

Yoona menyipitkan matanya, mereka sangat menjaga jaejoong. Dan dengan sembarangan ada yang berani mengangkat tangan pada adiknya.

Bukan hanya Yoona, saudara jaejoong yang lain juga menatap nyalang boa.

"B-bos." Cicit Boa. Dia menelan ludah takut, wanita yang menahan pergelangan tangannya adalah Bos ditempatnya kerja.

"Kwon-ssi, aku bukan orang yang pemarah. Tapi, aku akan sangat marah jika ada yang berani mengangkat tangan menyakiti adikku." Ucap Yoona.

"B-bos."

"Noona, wanita itu mengataiku anak kecil." Aduh jaejoong dengan nada manja.

"Kau." Hye Kyo meninggikan suaranya.

"Kau dipecat Kwon Boa-ssi. Aku harap kau memasukan surat pengunduran dirimu besok di Mejaku." Kata Yoona, sambil melepaskan tangan Boa.

Wanita itu lalu berbalik menatap adik laki-lakinya. "Kau tak apakan jaejae.?"

Tersenyum lebar, "aku tak apa noona." Mengejek ke arah Boa yang mengeram kesal.

.

.

.

.

31 Desember. Malam yang sangat ditunggu-tunggu oleh kebanyakan orang.

Banyak yang telah mempersiapkan Kembang Api sebagai bentuk pengungkapan kesukacitaan.

Jaejoong membantu saudaranya yang lain mengeluarkan petasan. Meletakan ditaman, mereka sedang bersiap-siap menyambut pergantian tahun.

Keluarganya juga sudah mengundang Yunho, ayah dan ibu jaejoong sudah tahu jika Yunho adalah orang yang ditaksir bungsu mereka. Sehingga turut membantu pendekatan anak bungsunya.

"Hyung, aku mau petasan yang paling besar." Seru jaejoong, saat Jihoon mengeluarkan beberapa kardus petasan.

"Tidak boleh jaejae. Kau hanya boleh memegang bunga api saja." Hyunbin memberikan 1 dos bunga api pada jaejoong.

"Hyung." Kesal Jaejoong.

Tawa merdu berasal dari ketiga wanita disana. Jaejoong sedari dulu tak pernah diijinkan oleh saudara laki-lakinya untuk memegang petasan berukuran besar. Hanya bunga api yang selalu dan selalu dipegangnya setiap pergantian tahun.

"Jaejae, kau masih kecil. Tidak boleh memegang petasa berukuran besar." Kata Siwon, dia memberikan Cokelat panas pada jaejoong. Lalu bergabung bersama Jihoon dan Hyunbin mengatur posisi petasan. Agar tak membahayakan saat dipasang nantinya.

"Aku kesal." Ucap jaejoong.

Dia lalu berjongkok dan menyesap cokelat panasnya. Menatap kesal ke arah kakak-kakaknya. Bibir dicebikan dengan pipi sedikit menggembung.

"Kenapa wajahmu seperti itu?"

"Aku kesal."

Yunho terkekeh pelan, lalu berdiri. "Dasar."

"Yunho ayo bantu kami." Ajak Siwon. Yunho mengangguk dan bergerak mendekati ketiga saudara itu.

Ikut membantu mengatur posisi petasan-petasannya.

Kelopak mata Jaejoong melebar. Dia menatap Yunho yang tampak akrab dengan saudara-saudaranya.

Sebuah ide melintas ketika ia melihat jam ditangannya. "Hyung, Noona, aku menantang kalian."

"Heh?"

"Kau kenapa jaejae" -Jihoon.

Berkacak pinggang. "Aku menantang kalian untuk tidak bernafas setahun." Jaejoong tersenyum licik.

"HAH?"

"Jika kalian kalah. Kalian harus mengijinkanku memegang petasan berukuran besar." Seru jaejoong.

Dia harus menang. Dan harus bisa menipu saudara-saudaranya. Kim Jaejoong, Hwaiting! Berharap saja saudaramu mudah kau bodohi.

.

.

.

.

.

To be continue

Happy New Year
2019, January 01th.

Mohon maaf jika selama 2018 Saya punya salah kata, dan kurang menyenangkan. Semoga tahun 2019 bisa menjadi tahun yang baik dan memberi perubahan positif.

Salam Hangat saya sebagai
Yunjae Shipper


Annyeong




-Nyx-



Senin, 31 Desember 2018

A Christmas Gift For The Future Love || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang