Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Meli menatap layar laptopnya kosong. Pikirannya tidak fokus, hanya kata-kata Chanyeol yang memutari otaknya dan berdenging di telinganya setiap saat.
"Meli-ya! Jangan bengong saja!" tegur Kala membuat gadis itu tersentak dari lamunannnya, "Ah, maafkan aku."
"Kenapa? Kau ada masalah? Semalam kau juga pulang ke dorm staff larut malam." Meli hanya menggeleng lesu.
Entahlah, ingin rasanya Meli membagi apa yang menjadi pemikirannya saat ini namun rasanya berat. Meli sendiri bingung dengan maksud Chanyeol tadi malam.
"Tolong ubah Baekhyunku kembali seperti sedia kala." Meli menyerit bingung, "Apa maksudmu?"
"Aku rasa hubungan ini sudah terlalu jauh dan hanya akan menimbulkan masalah yang merugikan bagiku dan Baekhyun. Semuanya sudah salah sejak awal."
"Kalau kau merasa hubunganmu salah, kenapa kau memulai dan melanjutkannya hingga sejauh ini?"
Chanyeol menyungging senyum miris, "Karena cinta akan membuatmu kehilangan akal sehat. Kau bahkan tidak akan pernah memikirkan konsekuensi yang harus kau hadapi. Aku dan dia hanya membiarkan ini mengalir tanpa memikirkan apapun."
Gadis itu menghela napas kasar. Ia merutuki kebodohannya yang membuat dirinya harus terlibat dengan hubungan yang sangat rumit seperti ini.
"Tidak usah berputar-putar, jadi mau mu apa?"
Chanyeol menatap jalanan di hadapannya dengan sendu.
"Buatlah Baekhyun melupakanku.." Ia menatap gadis disebelahnya itu dengan tatapan berharap, "..dan mencintaimu."
"Huh, jadi begini, kema –"
Tok.. tok.. tok..
Baru saja Meli ingin menceritakan apa yang terjadi kemarin, seseorang diluar sana mengetuk ruangan mereka dari luar.
"Masuklah!" sahut Kala membuat orang diluar sana membuka pintu kaca tersebut, "Meli-ssi, kau di panggil sajangnim keruangannya!"
Kala membulatkan matanya, "KAU DIPANGGIL KERUANGAN SAJANGNIM?! KENAPA?!"
Sedangkan Meli hanya dapat menghela napas kasar dan menggangguk, "Baiklah aku akan kesana sekarang."
Tanpa mempedulikan teriakan Kala, Meli berjalan berat mengikuti orang itu menuju ruangan direktur.
Sesampainya disana, Meli mengetuk pintu tersebut setelah berterima kasih kepada orang yang mengantarkannya tadi.
"Masuk!" Meli membuka pintu ruangan, lalu Ia masuk keruangan yang terisi dua orang didalamnya.
Meli membungkukkan badan yang diangguki direktur tersebut, "Duduklah!" perintah sang direktur sambil menunjuk kursi kosong disebelah seorang pria ber-hoodie kuning disampingnya.