Lima tahun telah berlalu sejak kejadian memalukan di rumah Jimmy. Joni bertumbuh menjadi seorang gadis cantik yang sepintas dilihat cukup berbeda dari gadis lain yang berusia 15 tahun. Badannya lebih tinggi, kemudian pertumbuhan bagian tertentu dari tubuhnya juga lebih dari remaja seusianya.
Oak Town kota kecil di pinggiran San Francisco USA, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani ataupun peternak. Ayah Jimmy maupun Joni keduanya adalah petani. Untuk mengapai pendidikan lebih tinggi penduduk Oak Town akan pergi ke luar daerah.
Joni baru saja menyelesaikan pendidikan Junior High School di kota kecil Oak Town. Ia berencana melanjutkan Senior High School nya di San Fransisco. Namun, ada satu hal yang amat mengganjal di hatinya. Sebelum dia meninggalkan Oak Town hal yang mengganjal ini ia akan utarakan. Dan itu harus ia lakukan. Selain itu ada satu hal lagi yang menyebabkan ia harus mengutarakan isi hatinya ini.
Pagi itu adalah hari liburan pertama Joni, ia bangun jam 5 30 pagi seperti biasanya. Pagi yang dingin dengan semburat matahari yang masih bermalas - malasan, tenaga dan sinar panasnya belum dikerahkan semua. Joni terlihat berbeda dari Joni ceria sebelumnya.
"Joni, kamu kenapa sih hari ini?" Ibunya berteriak karena tidak sengaja Joni menumpahkan segelas air karena ketika dituang dari ceret, airnya tumpah di luar gelas karenatidak mengalir ke dalam gelasnya.
Joni berkata, "It's OK, Mom. Jangan kuatirkan saya, saya baik-baik saja, hanya sedikit mengantuk saja barangkali."
Ingin rasanya Joni memeluk wanita yang telah mengandungnya selama 9 bulan 9 hari ini dan meluapkan semua keluh kesahnya dan memperoleh sarannya yang biasanya sangat menyejukkan hatinya. Tapi untuk masalah ini Joni tidak bisa. Ia hanya bisa berkaca - kaca melihat wanita yang paling ia kagumi itu memunggunginya dan berlalu dengan raut wajah yang dipenuhi rasa keheranan.
Joni sejak pagi melamun, semua pekerjaannya berantakan. Ia putuskan untuk tidak mengerjakan apapun dulu karena toh nanti hasilnya berantakan. Hari ini sangat penting baginya, karena hari ini juga ia harus mengungkapkan keluar isi hatinya. Ia merangkai kata yang tepat untuk mengungkapkannya. Tapi Joni semakin bimbang, sekarang 2 pertanyaan yang berkecamuk di benaknya.
"Saya sampaikan langsung face to face? Atau saya sampaikan secara tertulis ya?"
Perlu 3 jam untuk membulatkan tekad Joni bahwa ia harus sampaikan hal itu secara tertulis saja karena jika bertemu langsung semua isi hatinya tidak akan terungkap keluar, pasti lehernya akan tercekat, suaranya tidak bisa keluar.
Joni susah payah menamatkan makan siangnya karena semua nasi yang ia santap bagaikan kumpulan huruf alfabet berkumpul satu padu membuat kepalanya teramat pusing. Sayur dan lauk yang ia santap juga bagaikan hidup diatas piringnya seperti pikirannya saat sedang makan memikirkan kata yang tepat untuk ia tuangkan di selembar kertas. Hasilnya sepiring nasi, sayur bayam, dan ikan salmon panggang ia habiskan dalam 2 jam.
Tepat pukul 2 siang ia ambil beberapa lembar kertas dan pena. Meja belajar di kamar menjadi saksi pertempuran pena dengan kertas yang menyebabkan korban jiwa puluhan lembaran kertas menggumpal terserak di bawah meja.
Ada beberapa lembar kertas yang tidak menggumpal dengan sempurna tertulis. Ada selembar kertas yang tertulis
"Dear"
kertas lainnya tertulis
"cintaku"
Betapa tersiksanya Joni dalam menuangkan perasaan hatinya ini. Bisa dilihat sih dari jumlah puluhan gunungan kertas di lantai.Akhirnya setelah dua setengah jam menulis, lalu meremas kertas yang salah tulis, kurang tepat, kurang mewakili perasaannya, hanya ada selembar yang tersisa di atas meja tertulis dengan rapi.
Mata Joni berbinar - binar membaca kembali surat pertamanya itu, segera ia lipat surat itu, dengan berlari - lari kecil dengan ceria untuk mengirimkan surat tersebut karena ia telah mengungkapkan isi hatinya sehingga semua terasa ringan baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
J J J
Short StoryAda pepatah mengatakan pemenang akan diketahui dari siapa yang tertawa pada akhirnya. Bagaimana bila kejadiannya adalah MENANGIS. Siapakah pemenangnya? Bacalah cerpen pendek ini untuk mengetahuinya