John intens sekali mendekati keluarga Joni. Ia bahkan hampir seperti anak laki - laki mereka. Terutama setelah Joni meninggalkan keluarganya ke San Fransisco. Kesepian kIedua orang tua ini terbayar dengan sekedar perhatian John pada mereka.
John bisa berbincang - bincang dengan hangat pada mereka. Banyak topik yang menjadi bahan perbincangan tentunya, John dengan kemampuan mendengar yang mumpuni sangat menawan hati kedua orang tua Joni.
Kadang John datang berkunjung sengaja hanya untuk membawa pai apel, pancake. Ternyata ini amat bermakna bagi kedua orang tua Joni.
"Kalau Joni bisa menamatkan sekolahnya di San Fransisco dan pulang kembali kemari, saya rasa kita bisa menjodohkannya dengan John." kata Mama Joni sewaktu sedang menikmati teh bersama suaminya di beranda rumah mereka.
Ayah Joni menjawab,"Biarlah anak - anak yang memutuskan karena perjodohan sudah tidak zamannya lagi saat ini."
Ibu Joni dengan muka sedikit cemberut dan dari bibirnya mengeluarkan nada penolakan, "Kita bisa menyarankan pada Joni, anak sebaik Joni, kapankah pernah menolak saran kita?"
"Benar, saya tahu sifat Joni. Dia tidak akan pernah melawan saran kita." Ayah Joni berhenti sejenak.
"Tapi, tidakkah kamu merasakan kalau keputusan yang ia buat demi menyenangkan kita dan bukan dirinya, efeknya sungguh berat, Dear." seru Mr. Lee, ayah Joni.
Mama Joni terdiam. Ia tidak mampu mengucapkan bantahan atas perkataan suaminya yang tercinta. Bukan karena ada tambahan kata "Dear" disana akan tetapi lebih karena itu masuk akal dan tak terpikir olehnya.
"Kamu sudah lupa bagaimana terpukulnya dia setelah ditolak oleh Jimmy? John seusia Jimmy dan teman baik Jimmy pula." seru Mr. Lee, ayah John.
"Bayangkan, kita bisa menjalani hidup bersamanya palingan 10 tahun lagi, tapi ia akan menjalani seumur hidupnya dalam kesedihan akibat memilih karena bukan dari hati kecilnya. Tapi karena mau menyenangkan kedua orang tuanya." seru ayah Joni lagi.
"Baiklah, nanti baru kita bahas, Joni baru menempuh 4 bulan pendidikan barunya dari 3 tahun yang harus ia habiskan. Dan saya sudah membahas terlalu jauh masalah ini." Mama Joni mulai mengalihkan pembicaraan.
Bulan demi bulan berganti. Jarum waktu kejam tidak pernah melambat, terus menggilas para pemalas. Tidak terasa separuh tahun berlalu.
John seorang pekerja seni yaitu pengarang lagu, ia sering bepergian ke San Fransisco namun karena kesibukan di kantor yang mengharuskan ia harus mobilitas tinggi sehingga biarpun John berada di satu kota yang sama dengan Joni, yaitu San Francisco mereka tidak pernah ketemu bertatap muka.
Joni telah menempuh satu tahun pendidikannya di Blue Bear School of Music yang berlokasi Landmark Building D, 2 Marina Boulevard, San Fransisco.
Nilai akademis Joni juga terbilang amat baik. Semua guru - guru sangat tertarik dengan kemampuan Joni dalam olah vokal, maupun alat musik. Gitar, piano adalah makanan sehari - hari Joni saat ia masih berada di Oak Town. Hanya saja Joni memiliki kelemahan dalam pembuatan lagu. Segala upaya ia kerahkan untuk menghasilkan sebuah lagu kreasinya. Hasil akhir tetap belum maksimal.
Masalah ini semua dituangkan Joni kepada ibunya suatu hari ketika ia pulang ke Oak Town.
"Mom, kenapa sih saya sulit banget di pelajaran pembuatan lagu?" tanya Joni dengan mata yang berkaca - kaca.
"Padahal saya telah mencoba segala upaya. Bertanya pada guru sudah, kerja kelompok dengan teman - teman juga sudah. Tapi selalu saja hasilnya tidak maksimal " cecar Joni tanpa memberi kesempatan mamanya untuk menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
J J J
Short StoryAda pepatah mengatakan pemenang akan diketahui dari siapa yang tertawa pada akhirnya. Bagaimana bila kejadiannya adalah MENANGIS. Siapakah pemenangnya? Bacalah cerpen pendek ini untuk mengetahuinya