41.Puncak, Rumah pohon, Hujan dan Forget me not.

14.7K 1K 35
                                    

Rain - 41

Puncak, Rumah pohon, Hujan dan Forget me not.

🍁🍁🍁🍁


"Semua manusia memiliki topeng untuk terlihat baik-baik saja."

-Rain Fonsa

••• •••


Tok! Tok!

"Dia kemana, sih?! Gak biasanya jam segini belom bangun."

Iris menggerutu kesal sejak tadi. Berulang-kali ia mengetuk pintu balkon Rain tapi cowok itu tetap tak membuka pintunya.

Iris menghembuskan napas lelah. Kemudian kembali ke kamarnya, dia akan masuk lewat depan saja. Mungkin Rain masih tidur, pikir gadis itu.

Pagi itu terlihat sangat cerah, biasanya Rain yang mengajaknya lari pagi tapi karena dia tidak datang, Iris berniat mengajak Rain bermain di taman dekat kompleks, tempat mereka biasa menghabiskan waktu ketika libur sekolah

Cewek itu langsung membuka pintu rumah Rain karena pintunya tak di kunci.

Anggap saja rumah sendiri.

Beberapa waktu lalu, di kamar Rain ...


Rain sudah tergeletak lemah di atas ranjang dengan tubuh ditekuk.

Diam-diam Ran memasuki kamarnya dan betapa terkejutnya ia melihat kamar yang sudah seperti kapal pecah. Semua hancur tanpa tersisa.

Hatinya begitu teriris, memandang satu-persatu pecahan benda-benda yang sudah hancur di lantai. Dipungutnya benda-benda itu dan mulai membersihkan kamar putranya yang malang.

Ran duduk di tepi ranjang dan mengamati wajah damai Rain. Wajah damai namun juga pucat pasih dan tampak matanya yang masih sembab.

Ia tahu Rain menghabiskan malamnya dengan menangis dan dia pun sama.

Merasa terganggu dari tidurnya, Rain bangun ketika dirasakan tangan seseorang berulang kali mengelus kepalanya. Namun ia tak membuka mata.

Hatinya kembali menangis. Semalam ia berharap kalau ini adalah mimipi. Mimpi buruk yang akan hilang ketika ia bangun di pagi hari. Tapi harapannya sirna begitu saja.

Benda cair jatuh membasahi lengannya, sebagai tanda kalau orang itu tengah menangis sekarang.

Rain tak bisa lagi menahan air matanya, ketika merasakan tangan yang kekar itu bergetar di atas kepalanya.

Rain menangis masih dengan menutup matanya. Dia seperti anak kecil yang kebingungan dan ketakutan.

"Jangan nangis ah, cemen lu." cibir papanya.

Derasnya air mata Rain semakin menjadi bahkan tubuhnya kembali gemetar sekarang.

"Ayo bangun. Papa mau ngomong sesuatu."

🍁🍁🍁🍁


Rain menatap nanar dua lembar kertas yang terletak di atas ranjangnya yang sangat kusut.
Ia hanya diam terus menatap, tak berniat berbicara, bertanya, bahkan memegang benda itu.

Rain [Completed]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang