45-Berjuang bersama

13.4K 1K 20
                                    

Rain - 45

Berjuang bersama 

*** *** 


"Sini gue aja," 

Iris mengambil alih sendok yang Rain pegang, dia ingin membantu menyuapi cowok itu. 

Sudah menjadi tugasnya untuk membantu menyuapi Rain setiap hari di sekolah. Dua bulan ini, itulah yang selalu dilakukan Iris. Bukan apa, dia hanya senang melakukannya. Dia juga yang memaksa Rain untuk menurutinya atau cewek itu akan mengomel seharian. 

Dan hal itu bukan lagi langka untuk semua murid penghuni kantin. Rain dengan kursi rodanya dan Iris dengan perhatiannya. Semua orang tahu keadaannya, tapi mereka tetap bersikap biasa saja. Tak tatapan kasihan seperti yang Rain pikirkan. Yah, setidaknya tidak di depan matanya langsung. 

Dokter sudah menyarankannya untuk home schooling atau lebih tepatnya hospital schooling, tapi Rain tetap kekeuh ingin berangkat sekolah. 

"Gue bisa sendiri, Ngi." ucap Rain dengan suara lemah.   

"Enggak. Pokoknya gue aja. Jangan cerewet." balas cewek itu.  

Rain  menggeleng. "Siapa yang cerewet sih sebenarnya." gumamnya tapi Iris masih bisa mendengar dengan jelas. 

Tangannya memang lemah bahkan untuk mengangkat sebuah sendok rasanya sangat berat. Mungkin Iris bisa merasakan itu. 

Teman-teman mereka sudah terbiasa dengan itu. Dan mereka tetap bersikap biasa.
Mereka tetap menjahili dan bercanda gurau seperti biasa. 

"Kayaknya kalo ada yang nyuapin enak banget, yah. Berasa gimana gitu makannya." 

Niko berangan-angan. Bukan menyindir Rain maksudnya, tapi memberi kode untuk Melodi yang duduk di depannya. 

"Kode?" Melodi langsung ngeh. 

"Of course. Tapi dia mah gengsi mulu yang digedein, " sahut Chand. Menyinyir terang-terangan.  

"Makanya tembak dong. Maunya di suapin, tapi gak mau macarin, hilih!" lanjut Miko. Menyindir juga. 

"Nyaut aja si monyet." jawab Niko membuat mereka tertawa. 

Tiba-tiba saat Rain melihat Niko kejadian waktu itu kembali terulang.
Seperti biasa, Niko selalu minta Rain untuk membantu mengerjakan soal matematikanya. Rain tahu soal itu sangat mudah untuknya. Namun kali itu ia bingung apa yang terjadi pada dirinya.
Rain tak bisa mengerjakannya. 

Niko terus menatap Rain saat itu. Hanya untuk satu soal itu, Rain berusaha keras untuk mengerjakannya, namun hasilnya salah. 

Itu untuk pertama kalinya bagi seorang Rain. Mungkin biasa untuk orang lain, tapi langka untuk Rain. 

Rain merutuki kebodohannya sendiri. Sejak saat itu, Niko tidak pernah menyuruhnya lagi untuk membantu mengerjakan tugas. 

Setiap hari, Rain melihat Niko dengan rajinnya mengerjakan soal sendiri tanpa bantuan Rain atau siapapun dan kenyataannya Niko bisa. 

Pemandangan aneh untuk Rain namun tidak untuk Niko. Ia tahu bagaimana keadaan Rain dan berusaha untuk selalu mandiri mulai saat itu. Ketika Niko perlu bertanya, cowok itu selalu mengurungkan niatnya, karena teringat akan sesuatu. 

Rain [Completed]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang