Chapters 02

89.6K 5.6K 101
                                    

Vote & komentarnya 🙏

WARNING TYPO
&
HAPPY READING


2019

“Davina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Davina. Sample kain untuk Fashion show sudah kau cari?”

Gadis itu segera mencari map yang sudah disiapkannya sejak tadi. Ada perasaan lega saat Carolyn tak protes dengan hasil kerjanya yang sudah ia siapkan dengan susah payah, bosnya itu tak menunjukan reaksi tak suka, walau tak mendapat pujian ia senang kerja kerasnya cukup diterima.

Davina Harison, ia baru menjadi asisten desainer dari butik milik Carolyn selama enam bulan terakhir, setelah baru saja lulus sarjana lebih cepat.

“Hey! Restoran di depan sedang diskon, kau ada waktu luang atau akan lanjut kerja part time?” Gwen berbisik di sebelah meja kerja Davina.

“Tidak. Setelah pulang kita bisa mampir.”

Gwen mengacungkan ibu jarinya. Gadis ceria dan sedikit bengal itu adalah teman kerjanya yang paling dekat, sementara Davina sendiri tipikal perempuan pendiam, jadi mereka berdua saling melengkapi bukan? 

“Gwen sudah kau konfirma- Oh! Ya ampun, kau sudah datang!” pekih Carolyn senang sambil menghampiri seseorang yang baru saja masuk ke dalam butiknya.

Seluruh karyawan juga mulai merasa penasaran siapa yang datang, begitu juga dengan Davina meski biasanya ia bersikap tak perduli.

Pria itu meneliti setiap sudut butik, wajah dan postur tubuhnya tak kalah dengan para aktor papan atas, mendekati sempurna. Perlahan mata abunya bertemu dengan mata coklat tua milik Davina, sorot matanya membuat Davina terpaku dan ia merasa sekelilingnya seperti melambat.

“Tolong perhatiannya sebentar. Beliau adalah tuan Dalton Luzio Hemington...”

Davina tak mendengarkan lagi apa yang Carolyn sampaikan selanjutnya, pandangannya turun karna ia tak suka akan aura Dalton yang terasa mengintimidasinya, karna pria itu  menatap Davina sejak tadi, seakan gadis itu adalah mangsanya. Tapi ada suatu hal yang membuat Davina merasa tak asing dengan tatapan itu, sensasinya terasa pernah ia alami. Davina lupa.

“Pria incaran para golddigger,” bisik Gwen setelah Dalton pergi ke ruang kerja Carolyn diikuti dua orang pria yang kemari bersama Dalton juga.

“Kau tahu dia?”

“Tentu saja, dia wakil direktur Luzio Corp. Sudah pasti kerajaan bisnis sang  ayah akan turun kepadanya. Aku sering melihatnya di club bersama beberapa model papan atas.”

Gwen sudah terbiasa keluar masuk club malam, berbeda dengan Davina yang memilih diam di studio apartemennya. Terlalu menjadi gadis baik-baik.

“Dia...playboy?”

“tidak! Dia tak pernah berkencan selama lima tahun terakhir. Para wanita itu sendiri yang melemparkan tubuhnya.”

Davina menggelengkan kepalanya sambil melanjutkan sketsa yang belum selesai, sekilas ia mendengarkan obrolan Gwen dengan pegawai lain yang masih menggosipkan Dalton. Sayangnya ia tak tertarik untuk mengetahui tentang pria itu, ia merasa harus menjaga jarak dengan Dalton.

» » »« « «


“Tuan, nona Harison baru saja keluar dari cafe bersama temannya.” Ucap Eric, tangan kanan Dalton yang sejak tadi mengintai Davina.

Dalton segera keluar dari Audi hitamnya, berjalan di belakang Davina dengan jarak aman agar gadis itu tak sadar sedang diikuti. Sebenarnya sudah lima tahun ini Dalton selalu menempatkan beberapa pengawalnya untuk menjaga Davina dari jauh, tapi terkadang ia sendiri yang turun tangan untuk memastikan Davina baik-baik saja, hanya disaat pekerjaannya sudah selesai atau saat ia sedang tak memiliki pertemuan dengan kolega bisnisnya Dalton akan mengikuti Davina pulang serta kegiatan lain gadis itu.

Dalton sudah seperti penguntit profesional.

Ini ia lakukan karna lima tahun lalu Davina adalah orang yang menolongnya, mengobati lukanya dan membiarkan Dalton bersembunyi.
Semenjak malam itu Dalton tak bisa melupakan perempuan itu, ia mulai tertarik terhadap Davina, mencoba mencari tahu semua tentang perempuan itu. Hingga pada akhirnya setiap hari ia selalu memastikan hari Davina baik-baik saja, tak ada gangguan apa pun. Dalton masih kesulitan untuk mendekati Davina dan menjelaskan situasinya, ia belum mendapat kesempatan itu.

Davina berpisah dengan Gwen karena arah rumah mereka berbeda, rumah Gwen hanya beberapa meter dari tempat biasa Davina pulang menggunakan kereta. Dan ia harus berlapang dada karna saat ini jam keluar kantor, Davina hanya berharap bisa mendapatkan tempat duduk dan tidak berdiri sampai ke tujuannya.

“Davina. Mari kita bicarakan lagi soal warisan yang nenek tinggalkan, kabari bibi segera sayang.” 

Melihat isi pesan dari bibinya membuat kepala gadis itu semakin pening. Ia sudah lelah dengan kelakuan bibinya yang bermuka dua, serta masalah hak warisan yang sejak dulu tak pernah usai.

Sejak kematian Rosaline. Davina mendepatkan warisan cukup banyak dari mendiang neneknya, sementara sisanya dibagi rata dengan ibunya Davina dan bibinya. Merasa tak adil bibinya terus saja meminta bagian dari milik Davina, bahkan bibinya itu sudah berhasil mengambil rumah peninggalan neneknya yang ada di Brooklyn.

Hal yang tidak disukai Davina di dunia ini adalah uang, orang-orang menjadi serakah hingga tak ingat banyak hal yang bisa membuatnya lebih bahagia selain uang.

Sementara Dalton masih berdiri di tempat awalnya, memperhatikan Davina yang sepertinya sedang kesal sejak mendapatkan sebuah pesan yang tak ingin ia terima.



» To Be Continued «

I'll Keep You Save [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang