1 - Sikap

51 32 0
                                    


✍✍✍

Seorang gadis dengan surai rambut yang sengaja di cepol ke atas memperlihatkan leher jenjangnya kini tampak berjalan melintasi tempat penyeberangan jalan. Namun, ekor matanya yang tidak sengaja menatap sebuah kendaraan yang melaju begitu cepat ke arahnya. Dengan reflek, gadis itu memundurkan langkahnya.

Brakk!

Sepasang netra bulatnya membulat karena motor yang di tunggangi oleh seorang pemuda yang sempat melaju kencang ke arahnya tadi tergeletak begitu saja di tengah jalanan yang sepi. Dengan cepat, gadis yang bernama Fira itu segera menghampiri seorang pemuda tadi.

"Lo baik-baik aja kan?" tanya Fira pelan seraya mencoba membantu pemuda itu berdiri. Dengan kasar, Farell menghempaskan tangan mungil Fira yang hendak membantunya. Pemuda itu melepaskan helmnya dan menatap Fira dengan tatapan tajam.

"Jangan sentuh gue," ucap Farell dingin.

"Farell?" sahut Fira pelan.

Dengan gerakan tertatih, Farell mencoba bangkit dan mendirikan motornya dengan ringisan pelan dari bibirnya. Fira yang melihatnya pun seakan merasakan apa yang di rasakan Farell. Apalagi tangan pemuda itu tampak mengeluarkan darah karena tergesek oleh aspal saat terjatuh.

"Tangan Lo luka," ucap Fira yang segera membuka ranselnya dan mengeluarkan sapu tangan berwarna putih. Tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu, gadis itu mengambil tangan kanan Farell dan menutup telapak tangannya menggunakan sapu tangan yang ia bawa. Awalnya Farell kembali menarik tangannya, namun setelah Fira melayangkan tatapan kesalnya, Farell pun menurut.

Setelah gadis itu selesai mengikat sapu tangan tersebut, dengan kasar Farell menarik tangannya kembali.

"Lo tuli? Gue bilang jangan sentuh gue," ucap Farell tajam seraya memajukan langkahnya dan membuat Fira memundurkan langkahnya karena reflek.

"Gue cuma mau bantu Lo," sahut Fira tak kalah tajam. Dengan segera, gadis itu hendak melangkah pergi namun seakan mengingat sesuatu, Fira kembali menatap Farell.

"Ini bukan jalanan nenek moyang Lo, seharusnya Lo bisa mengendarai motor besar Lo dengan benar," ucapnya, "Dan lagi, ucapkan terimakasih setelah seseorang membantu Lo dan ucapkan maaf jika Lo  merasa berbuat salah,"

"Tapi gue nggak minta Lo buat ngebantu gue. Dan lagi, gue nggak merasa punya salah sama Lo," timpal Farell dengan tajam.

"Hei, Lo pikir dengan mengendarai si biru Lo itu dengan kecepatan tinggi, Lo nggak membahayakan nyawa seseorang?" tanya Fira dengan raut wajah kesal menghadapi seseorang yang selalu membuatnya naik darah itu.

"Terus apa masalah Lo?" tantang Farell seraya mendekatkan tubuhnya ke arah Fira yang masih menatap pemuda di hadapannya dengan tangan yang terkepal kuat di samping tubuh mungilnya.

"Kenapa Lo nggak suka sama gue?" tanya Fira.

"Karena Lo biang masalah," jawab Farell seraya memajukan wajahnya sehingga tepat berada di hadapan Fira. Setelah mengatakan itu dengan raut wajah datar, Farell segera membalikkan badannya dan menaiki motor sport birunya. Melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Fira menghela nafas kesal menatap punggung Farell yang perlahan menjauh.

✍✍✍

THE REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang