✍✍✍
Farell yang tengah berjalan dengan tatapan tajamnya tak lupa dengan aerphone(?) yang mengalungi lehernya membuat para siswi berbisik positif terhadap penampilannya yang memang selalu terlihat keren.Dibelakangnya ada Eko, Kevlar, Surya, dan Raphael yang tengah memainkan game yang lagi booming saat-saat ini.
"Eh Rell," panggil Surya pada Farell yang terus berjalan.
"Hn,"
"Gue heran deh ma lo, si Fira itu cantik, baik, bodynya oke. Perasaan dia gak pernah tuh nyari masalah sama lo. Terus kenapa lo kayak benci banget ma dia? Gila ya lo?" pertanyaan gamblang yang di ucapkan Surya membuat tatapan sahabatnya yang lain ikut menatap Farell dengan pandangan bertanya.
"Gue pernah bilang kan. Gue ga suka," jawab Farell datar.
"Jangan gitu Rell, karma is real," sahut Raphael seraya mengantungi ponselnya ke dalam saku celana abu-abunya.
"Diem Lo, jangan ikut campur urusan gue," timpal Farell tajam.
"Gimana kalau Lo malah suka sama Fira? Hayoloh," goda Eko seraya terkekeh geli.
"Masuk pak Eko," sahut Surya yang kini mendapatkan jitakan indah dari Eko. Memang tidak salah jika ia di panggil Eko. Namun, sejak TK sampai SMA, hanya di sinilah ia mulai di panggil Eko. Karena semasa TK sampai SMP, Eko biasa di panggil Putra.
Namun karena sempat booming yang sebutan 'Masuk Pak Eko'. Surya dengan entengnya memanggil Putra dengan sebutan Eko. Agar tidak ketinggalan jaman, begitulah alasan bodohnya.
"Jangan bilang suatu saat nanti lo bakal cinta ma dia," ucap Kevlar yang sedari tadi hanya terdiam.
"Gak akan pernah," timpal Farell yakin.
Keheningan kembali mengisi perjalanan menuju kelas mereka.
Kelas XI MIPA 2 memang sangat terkenal karena terdapat makhluk yang menjadi incaran para gadis di sekolahan itu. Tidak sedikit juga yang berjalan melewati kelas tersebut hanya untuk melihat sang most wanted sekolahan.
"Eh Lang, ngerjain paan lo?" Raphael mendekati Galang yang tengah serius mencatat sesuatu di bukunya.
"Fisika. Sumpeh nih ye, tuh guru sadis amat nyuruh kita-kita ngerjain tugas banyak amat. Dikira kita robot kali yah," jelas Galang dengan kesal.
"Ngeluh aja lo, hidup itu harus di nikmatin," kekeh Raphael.
"Yaelah Rap, sok-sokan lo,"
"Sini, gue pinjem,"
"Ntar nyet, gue belom selese,"
Raphael menoyor kepala Galang mendengar ucapan laki-laki itu, "Biasa aja njing,"
Galang mulai melanjutkan menyalin tugasnya dengan santai. Eko yang melihat perdebatan itu hanya tertawa karena Raphael hanya ingin menggoda teman kelasnya yang selalu lupa jika soal tugas. Padahal ia tahu jika sahabatnya sudah mengerjakan tugas yang di beri Bu Rini.
"Semoga aja jamkos, males gue mikir mulu," ucap Surya yang langsung mendapat tatapan dari Eko.
"Kapan lo mikir?" Eko bertanya dengan nada polos. Membuat Raphael yang gemas menoyor kepala sahabatnya.
"Dih, goblok gini juga gue mikir kali," ketus Surya karena tidak terima dengan pertanyaan Eko yang memang benar.
Farrell hanya diam sejak tadi. Entah kenapa pikirannya tertuju pada orang yang juga ia benci. Orang yang membuatnya ada di dunia ini. Orang yang juga membesarnya.
Namun Farrell membencinya walaupun orang itu sayang padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE REASON
Fiksi RemajaFarell Jovian Vidya Darmawan. Siapa yang tidak tau murid yang selalu mendapatkan pujian apapun yang ia lakukan. Tampan? Iya. Kaya? Banget. Idaman? Sekali. Namun ia selalu bersikap dingin pada seorang gadis cantik yang bahkan ia sendiri tidak tahu ke...