5 - Kecewa

20 9 0
                                    

✍✍✍

Minggu pagi yang cerah ini Fira sedang membersihkan rumah. Mulai dari menyapu, mengepel, menyirami tanaman, memasak, memberi ikan makan, dan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Ia memang biasa melakukan pekerjaan tersebut untuk membantu Tiara. Gadis yang tengah memberi makan ikan di kolam belakang rumahnya itu menghela nafas lelah.

Tiara sedang istirahat saat ini. Dan ia masih memikirkan perkataan Tiara saat wanita itu bangun tadi. Sore ini Yusuf akan menjemput mereka dan membawa mereka ke rumahnya. Fira yakin jika setelah ini Tiara akan memberitahunya jika mereka menjalin hubungan kekasih.

"Fira," panggilan lembut Tiara membuat Fira bangkit dari jongkoknya dan menatap Tiara yang tersenyum lemah kearahnya.

"Kenapa Bunda?" tanya Fira setelah meletakkan kaleng yang tadi ia bawa.

"Om Yusuf akan kesini siang ini. Sana siap-siap sayang,"

Fira terdiam. Ingin sekali ia mencegah Tiara agar tidak menjalin hubungan dengan pria lain. Namun ia bisa apa? Ia takut jika Tiara malah membencinya.

"Fira?" panggil Tiara sekali lagi ketika melihat putrinya melamun.

"Iya Bun," jawab Fira seraya melangkah pelan.

Saat putrinya berjalan melewatinya, Tiara mengucapkan sesuatu yang membuat langkah kaki Fira berhenti.

"Jika kamu tidak menyetujuinya, bilang. Bunda akan menuruti keinginan mu,"

"Gak kok Bun. Aku setuju jika Bunda senang," sahut Fira yang mulai berjalan kembali.

"Bunda tahu kamu hanya tidak ingin mengecewakan Bunda kan, sayang?" gumam Tiara dengan mata yang berkaca-kaca. Ia membalikkan badannya dan menatap punggung Fira sendu.

"Maafin Bunda, nak," lanjutnya.

✍✍✍

Sejak beberapa menit yang lalu Fira hanya diam menatap jendela mobil. Pikirannya tidak tenang saat ini. Entah kenapa ia merasa gelisah setiap detiknya.

Tiara yang memang merasakan ketidaknyamanan Fira menoleh ke arah gadis itu. Ia menggenggam tangan putrinya dengan hangat. Fira menatapnya, ia juga ikut tersenyum membalas Bundanya.

Tak lama kemudian mobil yang mereka tumpangi melewati pagar dan berjalan ke sebuah rumah yang Fira sebut istana. Gadis itu bahkan tidak bisa berkedip menatap rumah yang selalu ada di mimpinya. Saat mobil berhenti tepat di depan rumah tersebut, pintu mobil terbuka dan membuat Fira semakin jelas menatap istana di depan matanya.

Ia masih terdiam.

Di lain tempat, seorang pemuda menatap mobil yang baru saja tiba dengan tatapan marah, benci, kecewa, sedih, dan perasaan lainnya. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Rahangnya mengeras ketika Yusuf keluar dari mobil itu dan menuntun seorang wanita yang terlihat pucat.

"Gue benci lo, Pah," gumam Farrell seraya berbalik.

Fira turun dari mobil dengan masih menatap bangunan di hadapannya.

"Ayo masuk," ucap Yusuf seraya memimpin Fira dan Tiara.

Fira ragu, saat ia menoleh ke samping kanan, ia menatap punggung seorang laki-laki yang kini berjalan pergi. Dahinya berkerut saat ingatannya berputar dan ia pernah menatap punggung yang sama. Namun ia tidak tahu siapa.

THE REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang