1. Keluarga Park dan Awal

694 93 9
                                    

RELATIONSHIP Chapter 1

.

__________________________________

.

©ShaElf
Daisy Present

.

__________________________________

Selamat Membaca!

Angin berembus kencang malam itu, menerbangkan helaian rambut seorang pemuda yang cukup lebat. Pemuda itu tengah berdiri berhadapan langsung dengan pemandangan taman belakang rumahnya berbingkai jendela kamar. Menikmati angin malam yang menerpa wajahnya. Kendati angin yang berembus tersebut boleh jadi membuatnya kurang sehat, ia tak peduli.

Suara jangkrik serta binatang malam lainnya ikut meramaikan suasana malam kala itu. Sehingga sang pemuda memejamkan mata, berusaha menenangkan diri dengan mendengarkan melodi malam.

BRAK

Namun ketenangannya harus segera usai kala suara gebrakan dari luar kamarnya menyapa rungu. Ia memutar tubuh, kemudian berjalan keluar dari kamar. Ia ingin melihat apa gerangan yang telah membuat keributan di malam hari seperti kali ini.

Ia melangkah perlahan menuruni tangga. Sontak tubuh terpaku di tengah anak tangga, saat mata melihat banyak pecahan kaca yang berserakan di sana. Mulai dari pecahan gelas, vas hingga guci yang ia yakini harganya pasti mahal, menghiasi lantai ruang keluarga. Seolah ada badai yang meluluhkan ruangan tersebut.

Pandangannya beralih ke sisi kiri, menemukan kedua orang tuanya tengah berdiri berhadapan di dekat televisi. Mereka saling berteriak. Melontarkan kata-kata kasar hingga makian. Ia yakin mereka kini tengah bertengkar.

PLAK

Suara tamparan itu menggema di seisi ruangan. Membuatnya menahan napas hingga beberapa detik. Kemudian tubuhnya mengalami tremor saat sang ibu menyentuh pipinya yang ditampar oleh ayahnya. Ia percaya ibunya kesakitan kini.

Kakinya ingin melangkah, menghampiri sang ibu dan mengusap pipi merah itu. Namun ia tak bisa melakukan itu ketika mendengar teriakan nyaring dari sang ayah yang memaki ibunya.

Perkataan sang ayah tak bisa ia dengar satu-satu, yang ada hanya suara dengungan. Ia terisak melihat ibunya balas berteriak. Memaki dan memukul dada sang ayah dengan marah. Kemudian sang ibu tampak mengamuk dengan meraih dan melempar televisi yang ada di dekatnya.

Isakannya semakin keras saat suara tamparan kembali ia dengar. Ayahnya menampar pipi sang ibu untuk kedua kalinya. Ia syok, dihadiahi tontonan kekerasan secara live.

Ini untuk pertama kalinya ia melihat ayah dan ibunya bertengkar. Ia takut. Tubuh bergetar. Hatinya juga terasa sakit. Ingin memisahkan mereka dan membuat mereka menyelesaikan masalah yang mungkin ada secara baik-baik. Bukan dengan bertengkar dan membuatnya sedih.

"Appa, eomma." Ditengah isakannya ia memanggil mereka, berharap mereka menoleh dan menghentikan pertengkaran. Namun suara yang ia keluarkan berakhir sia-sia. Mereka tetap beradu argumen dengan saling berteriak. Bahkan kini dirinya bisa melihat pipi sang ibu basah oleh air mata.

Ia berjongkok. Menutup telinga menggunakan kedua telapak tangan berharap suara pertengkaran kedua orang tuanya tak lagi bisa ia dengar. Ia takut. Bahkan sangat takut. Namun matanya tak bisa berhenti menyaksikan setiap adegan di depannya. Hingga semua yang ia saksikan kini bisa ia simpan dalam ingatan.

RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang