Rumah Peninggalan Ayah

118 9 0
                                    

Namaku Ferinda Amelia,biasa dipanggil Ferinda.Umurku Sekarang 18 Tahun.Aku Adalah Anak Indigo,Aku Tidak Tahu Mendapat Keahlian Ini Darimana Karena Dari Kecil Aku bisa Melihat Semua Yang Kalian Tidak Bisa Melihatnya.Kini Aku tinggal bersama Ibu,dan Adikku.Ayahku meninggal sekitar 7 Tahun yang lalu,Saat umurku 11 Tahun,dan Adikku Berumur 3 Tahun.Sudah lama sekali kami tinggal di rumah peninggalan Ayah Atau disebut sudah sangat tua.Akhirnya,Kami memutuskan untuk pindah Dari rumah Yang dibuat oleh Ayah,Walaupun Kami Tidak Rela Meninggalkan Rumah ini.

***

Ayahku Meninggal Sebab Ia Terkena Reruntuhan Bangunan Saat Bekerja.Ia Bekerja Di Industri Perusahaan Pembangunan Yang Sangat Terkenal.Kini Kamipun Mengikhlaskan Kepergian Sang Kepala Keluarga.Walaupun,Hati Kami masih Belum Bisa Melepaskannya.Begitu Cepatnya Tuhan Mencabut Nyawanya.

***

Saat Itu Aku Sedang Melihat Foto Ayah.Aku sangat sedih..sedih sekali saat aku melihat foto Ayah Dengan Senyum Bahagia,sesaat aku mengucapkan.

"kebahagiaan itu tidak bisa direnggut kecuali,orang yang kita sangat sayangi".

aku tidak tahu mengapa bisa bicara seperti itu didepan foto Ayah,tapi yang aku hatiku harus mengatakan itu didepan foto Ayah.
aku harus tetap kuat,hatiku Tidak Boleh Rapuh.

***

Saat aku masih melihat foto Ayah dikamar,Linda memanggilku kebawah.

"Kak..Ayo kebawah sebentar lagi kita akan pergi"Teriaknya dari bawah.

Akupun bersiap-siap untuk pergi dari rumah yang sangat banyak sekali kenangan terindah bersama Sang ayah.Aku menaruh foto ayah ditas paling depan.Setelah keluar dari kamar,sesekali aku melihat ruangan demi ruangan yang harus aku tinggalkan untuk selamanya,dengan menempelnya sejuta kenangan.Setelah Melihat Seisi Ruangan,Akupun pergi kehalaman depan.
Ibuku yang sudah lama menunggu dibawah ,melihatku menuju dirinya.

"Ferinda Kau Lama Sekali diatas,Adikmu tidak sabar Kerumah Baru Nanti."dengan bibir tersenyum.

Aku tahu hati ibu sudah hancur berkeping-keping Setelah Kepergian Ayah.Ibu Harus selalu tersenyum Agar adikku tidak bersedih lagi,Atas meninggalnya Ayah.Aku Membalas Senyumannya.

"Ia,Ibu maafkan aku,aku sedang melihat seisi ruangan yang telah banyak menyimpan kenangan didalam rumah itu"Aku menunduk.

Ibu Memelukku dengan sangat erat,Aku membalasnya.Setelah cukup lama Akhirnya,ibu melepaskan pelukanku,dengan menatapku lamat-lamat.

"Jangan bersedih lagi Ferinda,nanti adikmu melihat kamu sedih pasti akan terjadi kekacauan nanti,ibu tidak ingin melihat Ferinda yang kuat hancur seperti ini.yang lalu biarlah berlalu,nasi sudah menjadi bubur semua tidak bisa dikembalikan lagi.biarlah itu menjadi kenangan terindah dihati.kita harus memulai kehidupan baru."

setelah mengatakan itu,ibu menyuruhku untuk masuk kedalam mobil.akupun masuk,dan mobilpun berjalan,sesekali aku menengok didepan kaca mobil Rumah Peninggalan Ayah,Tetapi Saat Aku melihat Agak jauh dari rumah ayah,aku melihat  seseorang berbaju putih bersih,tinggi,putih berdiri didekat pintu rumah tidak sempat dilewatkannya melambai tangannya kearah mobil kami yang sedang menjauhi rumah tersebut.Akupun tersenyum,juga melambaikan tanganku kearahnya,akupun berbisik

"Aku menyayangimu"

Kata-kata yang tidak sempat kulewatkan dari mulutku

"AYAH...".

***

#Hai Read Lovers...Kalau kalian suka dengan ceritaku vote ceritaku sesuai bab yang kalian suka makasih...🙏🙏

The Music BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang