[BAB 1] KEDUA

174 13 0
                                    

"bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah suatu pilihan, itu adalah kesempatan."

FARSHA MILKA ADRIANA PUTRI

Seorang gadis memandang kesal nama yang terpampang di mading dengan indahnya.

Lagi pikirnya.

Dia memandang lamat-lamat nama yang terpajang di mading. Suara bising siswa-siswi yang berebut ingin melihat nama mereka di mading tak terhindarkan lagi. Bahkan tak sedikit dari mereka saling dorong mendorong.

Ini merupakan hal yang lumrah terjadi di SMA Wikra Bangsa. Dimana setiap hari pertama masuk setelah libur panjang kenaikan kelas, banyak siswa-siswi berkerumun di depan mading untuk melihat daftar ranking paralel.

Meneliti satu persatu nama yang terdaftar mulai dari abjad A sampai Z. Dan untuk melihat nama siapa yang tertulis di kolom pertama yang berhasil mengalahkan 325 nama yang tertera.

Dan orang itu adalah

OLIVER SAGA PRATAMA

Siapa yang tak mengenalnya. Murid berprestasi dari kelas XI Ipa 2. Kebanggan SMA Wikra Bangsa, karena sering menjuarai beberapa olimpiade dan tak jarang selalu menjadi juara satu. Dan idola bagi kaum hawa mulai dari junior sampai seniornya.

Sudah cukup ia melihat semuanya. Ingin rasanya ia mencabut kertas itu, kalau bisa sih tidak usah dipajang sekalian.

Ia berani bertaruh pasti oliver akan mengejeknya ketika bertemu nanti.

Milka menghentakkan kaki kesal, berjalan meninggalkan kertas yang terlalu indah itu. Tujuan kali ini adalah kelasnya, berharap kekesalannya akan mereda.

Brakkk

Beberapa orang menghentikan kegiatan mereka untuk sementara. Melihat siapakah tersangka yang membuat keributan di kelas.

Mereka menggeleng kepala lelah. Kelakuan teman kelas mereka yang kelewat absurd sudah mereka hafal.

"Kenapa lagi?" Teman setia Milka bertanya heran.

MIKHAYLA KHANZA, yang lebih dikenal dengan nama Caca. Tadi pagi Milka rela mengganngu tidur cantiknya.

Dengan beribu dering telpon membangunkan Caca di pagi hari, siapa lagi yang berulah? Ya, Milka.

"Pagi-pagi lo rela ganggu tidur cantik gue, dan sekarang lo rela ganggu kenyamanan gue!" Dengus Caca melihat Milka yang masih menaik turunkan bahunya.

"Lo udah liat mading?" Tanya Milka tanpa menghilangkan nada kesalnya.

"Belum, kenapa?"

"Si Oli motor itu, dia diatas gue!" Tajam Milka melepas amarah.

"Oh."

Milka menarik napas kasar, menghela pelan. Mengulangi beberapa kali diikuti kedua tangan yang ikut naik turun sesuai tarikan napas.

Setelah merasa cukup, Milka duduk dengan santai disinggasananya. Kemudian menatap Caca garang.

"Lo keberapa?" Caca yang sedang memainkan handphone-nya menatap Milka sesaat.

"Gua udah bilang gue belum liat." Memutar bola mata malas.

"Tapi lo tahu." Acuh Milka.

"Sepuluh," jawaban Caca dianggukinya dengan santai.

Toh ia pun tahu, teman sebangkunya ini tidak bisa diremehkan juga. Bahkan ia pikir, Caca bisa mencapai lebih dari itu.

Namun sangat disayangkan, temannya itu terlampau malas. Bahkan kerjanya hanya tidur disaat jam pelajaran berlangsung.

Milka melirik kearah Caca yang kembali sibuk dengan ponselnya.

MILO (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang