"musuh? Jangan terlalu benci. Bukan takut jatuh cinta. Hanya saja jadikanlah ia sebagai motivasi untuk menjadi lebih unggul."
"Serius?" Tanya Milka masih tidak percaya, tatapannya masih mengarah pada kertas yang bertengger manis itu."Iya!" Caca mengangguk cepat meyakinkan Milka dengan apa yang dilihatnya.
"WAAA!!!"
Caca menutup telinganya kuat. Beberapa orang mengikuti apa yang dilakukan Caca.
Milka meloncat-loncat menggoyangkan tangan Caca. Mengajak sahabatnya untuk ikut bersamanya.
Beberapa orang menggeleng aneh dengan apa yang dilakukan Milka. Caca rasanya ingin segera menenggelamkan wajahnya dimanapun.
"Mil rasanya gue mau pindahin Lo ke Dunia Lain!"
Untung saja didepan Mading itu hanya tersisa mereka berdua saja. Mungkin sudah waktunya untuk kembali ke kelas, atau mereka tak mau mendengar teriakan seorang Milka lagi.
"Heh, itu judul Film!" Milka kesal, kesenangannya terganggu oleh mulut pedas Caca.
"Emang iya?" Pertanyaan polos terlontar begitu saja dari mulut Caca.
"Terserah!" Kesal Milka pasrah dengan kelakuan sahabat sejatinya.
"Liat!" Milka kembali meloncat-loncat setelah melihat kembali kertas itu.
"Iya gue tahu."
"Gue harus ikut!!" Kesenangan Milka belum luntur juga.
"Yakin?"
Milka sempat tertegun untuk sesaat. Ia juga harus mempertimbangkan untuk kedepannya.
"Yakin!" Putusnya final.
Ya, PENCALONAN KETUA OSIS telah dibuka.
Kertas bertuliskan persyaratan untuk mencalonkan diri sebagai ketua OSIS terpampang jelas dimading. Tentu saja agar semua orang dapat melihatnya.
"Orang cantik ada Mulu ya keberuntungannya." Bangga Milka memukul bahunya sendiri.
"Lo mau ikut?" Caca sebenarnya ragu kepada Milka apalagi ia sudah berteman dengannya dari mereka masih Bersekolah Dasar.
Menurut Caca memang otak Milka memadai. Namun dari dulu Milka tak pernah berkutat dengan keorganisasian. Ia paham betul itu.
"Lo aja buta organisasi." Telak, perkataan Caca menyadarkan Milka.
"Terus gimana?" Tanya Milka bingung.
"Au ah!" Bodo amat Caca kemudian melangkah pergi meninggalkan Milka yang sedang kebingungan.
"Ca!"
"Caca!"Milka tersadar dari lamunannya setelah sahabatnya sudah berada jauh dihadapannya.
"Tega!" Kesal Milka setelah berada disamping Caca.
"Katanya otaknya pinter, tapi gak bisa mikir sendiri." Ledek Caca pedas.
"Tau ah! Kesel!" Milka merenggut kesal.
"Kayaknya gue mengakui kalo Oli itu —." Caca sengaja menggantungkan ucapannya untuk melihat reaksi Milka.
"Iya iya, gue usaha! Puas Lo!" Milka menghentakkan kaki kesal kemudian berjalan lebih dulu.
Caca menggeleng tak habis pikir dengan kelakuan Milka. Ia sengaja membawa nama musuh sahabatnya itu agar Milka mau berusaha.
Caca melanjutkan langkahnya menyusul. Dan lihatlah sekesal-kesalnya Milka ia tetap peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILO (On going)
Fiksi Remajacopyright©2019 -High school story Masa SMA yang orang bilang adalah Masa terindah dan tak akan terlupakan. Masa SMA yang katanya masa paling mengesankan dan masa yang tidak akan pernah terulang kembali. "Liat aja! Gua akan berada diatas Lo!" Geram M...