Part 2. Kamu

309 14 3
                                        

***

Lima hari pun berlalu, masih diminggu yang sama. Tidak ada perbedaan yang terjadi jika dilihat dari segi pandang Nia. Mungkin hanya mereka yang mulai akrab dengan teman-teman barunya, tetapi tidak dengan Nia.

Ditengah-tengah jam kosong, terlihat beberapa orang dengan gaya kekinian berbondong-bondong masuk, tidak lain hanya untuk mempromosikan ekskul-ekskul yang ada di SMA Gemilang. Lembaran formulir pendaftaranpun diberikan pada Angga, teman kelas Nia yang baru saja kemarin terpilih menjadi ketua kelas.

Melihat orang-orang yang berdiri didepan kelas dengan tutur kata manis, tidak mengubah pola pikir Nia sama sekali. 'Mereka cuma iklan yang sekedar lewat' pikirnya. Nia hanya menatap mereka dengan sinis dan kembali melipat tangannya lalu meletakkan kepalanya diatas meja dengan pandangan kearah kiri kelas. Diujung khayalan, dua pasang bola mata bertemu tanpa sengaja. Nia melihat Akbar yang menatapnya dengan tatapan yang berbeda, lalu tersenyum kecil pada Nia seolah menyapa dari jauh. Spontan Nia memutar bola matanya dan membalikkan posisi tubuhnya kekanan tanpa membalas sapaan Akbar. Entah sejak kapan Akbar memperhatikan Nia seperti itu.

○○○

Bel istirahat sudah berbunyi, tidak berarti apa-apa bagi Nia, sama saja, tidak ada sesuatu yang berbeda bukan?

Saat kedua matanya mulai terpejam, sesuatu yang dingin mendarat dipipinya, dengan refleks Nia terbangun kaget.

"Eh eh maaf, gue nggak niat ngagetin lo kayak gitu" jelas Akbar yang melihat respon kaget Nia dan langsung meminta maaf. Tidak ada balasan apapun dari mulut Nia, hanya mengusap pipinya yang basah karena air dari botol yang ditempelkan Akbar dipipinya.

"New Milk Tea dingin?" Sapa Akbar menawarkan minuman yang ada ditangannya. Hening, tidak ada jawaban, Nia hanya memandang Akbar sambil mengerutkan keningnya seolah bertanya apa maksud Akbar seperti itu padanya. Lagi-lagi Nia mengabaikan Akbar.

"Udahhh, ambil aja nih, gratisss" Akbar menggenggamkan botol minuman itu ketangan Nia. Tetapi gadis itu masih saja dengan respon yang sama, terdiam dengan bibir yang masih tersegel rapi.

Akbar menyipitkan matanya memperhatikan bibir Nia yang membuat Nia semakin risih bercampur bingung dengan tatapan Akbar.

"Lo sariawan?" Tanya Akbar. Nia spontan memegang bibirnya dengan raut wajah bingung.

"Nggak kok, ada yang aneh ya?" Tanyanya balik sambil terus memegang bibirnya dan mengeluarkan ponselnya untuk bercermin memastikan tidak ada yang aneh pada bibirnya.

"Haha, santaiii, enggak kok canda canda" sahutnya cengengesan melihat respon Nia yang kebingungan.

"Gitu dong, jangan diem aja" Ledek Akbar yang sengaja memancing Nia untuk bicara. Dengan sedikit kesal, Nia kembali diam dan memasang wajah cemberut.

"Eh mala cemberut. Dari kemarin lo pasang muka datar, jutekin gue, sekarang cemberut, lo kapan terakhir senyum sih?" Akbar kembali meledek Nia. Tidak berubah, wajahnya masih saja datar, perempuan aneh.

"Tuhkan datar lagi. Yaudah kita main diem-dieman aja ya" ajak Akbar mengikuti kebiasaan Nia. Suasana menjadi hening. Akbar terus menatap wajah Nia yang semakin menunduk malu dengan tatapan Akbar.

"Lo tau gue suka ini darimana?" Nia angkat bicara dengan penasarannya.

"Naaahhh" Akbar berdiri sambil menggubrak meja dengan girangnya melihat Nia yang akhirnya lebih dulu memulai percakapan. Serentak anak-anak yang ada dikelas itu kaget, begitupun dengan Nia.

Aku dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang