5.0

3.6K 489 75
                                    

Happy reading

And

Enjoy it guys~~~




======




Akhir minggu kali ini agak berbeda. Yang biasanya Jisung pulang ke rumahnya sementara Chenle mendekam sendiri di dalam kosannya dengan tugas-tugas, kini tidak seperti itu. Jisung memang pulang ke rumahnya semalam, namun pagi-pagi berikutnya, pemuda bertubuh tinggi itu sudah muncul di depan pintu kamar Chenle. Lengkap dengan atasan kaos hitam polos berlapis kemeja flanel hitam merah dan bawahan jins yang sobek di bagian lutut serta sepatu berwarna abu-abu. Tampilannya sudah seperti idola di mata anak baru remaja.

"Pagi-pagi kok udah tampang ngegembel di kosan aku?"

Tapi hal itu tidak berlaku di mata Chenle. Senyum Jisung yang awalnya terkembang lebar harus berakhir dengan senyuman kikuk. Beruntung Chenle tidak sempat melihatnya lantaran lelaki yang lebih pendek itu berbalik masuk ke kamarnya.

Jisung kemudian mengikuti masuk. Dia duduk di kursi belajar Chenle sementara penghuni kamar sibuk dengan pakaiannya.

Sebenarnya Chenle sudah selesai berpakaian. Tinggal mengenakan sepatunya dan berniat akan langsung bergegas saat Jisung datang. Hanya saja, saat membuka pintu dan menampilkan sosok Jisung, Chenle tiba-tiba berubah pikiran.

Kemeja yang dipakainya tiba-tiba ditanggalkan. Kemeja berbahan flanel berwarna perpaduan hitam dan biru tua itu berakhir di atas kasur. Chenle menilik pakaiannya yang bisa ia pakai bersama kaos putih kebesaran dan celana jinsnya. Ingin memakai sweater rasanya akan sangat panas. Opsi kemeja dia sudah singkirkan jauh-jauh.

Chenle tentu tidak ingin memakai pakaian serupa dengan Jisung. Dia tidak ingin orang-orang di luar sana menilainya tengah memakai pakaian pasangan. Chenle sendiri juga tidak ingin berpikiran seperti itu.

Padahal mereka tidak pernah janji sebelumnya ingin berpakaian apa. Keduanya juga saling tidak mengetahui pakaian yang akan dikenakannya hari ini. Sungguh suatu kebetulan yang membuat pagi tidak menyenangkan.

Pada akhirnya, Chenle memilih memakai jaket denim sebagai luarannya. Tidak ambil pusing jaket itu sebenarnya milik Jisung. Dia sudah menganggap itu barangnya semenjak Jisung sering menyimpan jaket itu di kosnya.

======

Setelah berdebat ini-itu, keduanya berakhir di dalam pusat perbelanjaan. Mereka hanya berjalan-jalan tanpa tujuan seusai ide Jisung untuk menonton ditolak Chenle. Namun tiba-tiba saja, tangan Jisung ditarik oleh lelaki yang lebih pendek. Chenle membawanya memasuki sebuah toko. Jisung tidak sempat melihat nama tokonya, namun saat sudah menginjakkan kaki di dalam dia tahu toko yang dituju Chenle adalah toko aksesoris.

Chenle sudah melepas genggamannya dan meninggalkan Jisung. Melihatnya, Jisung hanya mengekor dari belakang. Chenle berhenti di salah satu etalase yang memamerkan beragam gelang. Mau tak mau Jisung mendekat dan ikut menelisik. Lelaki jangkung itu baru menyadari jenis gelang di hadapannya. Hampir semua adalah gelang pasangan.

Jisung lantas mematap Chenle. Niatnya untuk menggoda lelaki itu. Sayang sekali, Chenle lebih fokus memanggil pelayan toko untuk mengambil salah satu gelang di dalam etalase.

Chenle langsung menerimanya dari tangan pelayan itu. Dua buah gelang perak berjenis rantai. Ada bandul pipih lambang infinity sebagai penghiasnya.

"Coba saja, Kak."

Chenle mengangguk mengiyakan perkataan pelayan itu. Chenle memasang satu gelang di pergelangan tangan kanannya yang yang sedang kosong. Dia memutar tangannya untuk menilai. Baru akan mengambil satu gelang lagi, sekonyong-konyong Jisung menyodorkan lengannya ke depan Chenle.

Tentu Chenle menatap tangan itu dengan heran. Cuma beberapa detik. Sebab detik berikutnya Chenle memasang gelang satunya ke pergelangan tangan Jisung yang tersodor itu.

"Terang-terangan banget ngasih kado buat aku."

Kening Chenle mengernyit. Beruntung pelayan tadi sudah tidak di hadapan mereka karena sibuk dengan pelanggan lain. Jika tidak, Chenle pastikan dirinya akan langsung keluar toko tanpa membeli apapun.

"Apa sih?" ketusnya.

"Nggak usah sok bodoh. Makasih lho gelangnya."

Jisung menggerak-gerakkan gelang di pergelangan tangannya. Senyum yang bagi Chenle mengesalkan itu muncul kembali. Mengundang Chenle untuk mendengus sebal.

"Halu kamu. Ini itu bukan buat kamu."

"Terus buat siapa? Masa kamu pake dua-duanya?"

"Satunya buat aku. Yang satu lagi buat pacarku."

Mata sipit Jisung membulat seketika. Mulutnya ikut terbuka. Tapi itu bukanlah ekspresi terkejut alami. Jisung hanya bertindak berlebihan untuk melucu.

"Kamu nembak aku? Speechless, Le."

"Bodoh." Chenle memilih kembali memandang etalase di depannya. Dia malah meladeni Jisung yang memalukan. "Ngehomo sendiri saja. Lagian kalau aku gay tidak bakal sama kamu," lanjutnya.

"Terus pacar apaan? Emang kamu punya, Le?"

Mendengarnya sontak membuat Chenle kembali menatap Jisung. Pendar lelaki berdarah Cina itu berubah sinis. "Kamu tidak percaya? Ngeremehin?"

"Lah terus kenapa gelangnya dipasang ke aku?"

"Tanganmu hampir sama besar dengan dia."

Jisung terdiam. Chenle enggan berbicara lagi. Yang mendominasi kini hanya suara musik dari toko.

Mata Jisung melotot. Bukan raut dibuat-buat, kali ini dia benar-benar terkejut dengan pengakuan Chenle. Pengakuan yang sangat tidak disangkanya.

Jisung menatap lurus mata milik Chenle. Chenle nampak tenang. Seperti menunggunya untuk berbicara. Maka dari itu, Jisung kembali bersuara. Masih lengkap dengan raut terkejutnya.

"Jadi kamu beneran punya pacar?"

Tentu. Jisung memastikannya sekali lagi. Mungkin saja Chenle hanya menipunya. Atau pendengarannya yang salah tangkap. Namun, jawaban Chenle memutus prasangka Jisung tersebut.

"Iya. Udah dua tahun."




======




Lele bukan homo guys.. Lele udah punya pacar ternyata

Well seperti biasa thanks a lot guys masih bertahan baca cerita ini.. Jeha sayang kalian chuu~~

Me + You = ... | Jisung + Chenle | FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang