Hope you like it
Happy reading
And enjoy it guys~~
======
"Yang tadi itu siapa?"
Muncul di balik pintu, Jisung serta-merta bersuara. Dari nadanya sangat kentara dia memendam rasa penasarannya. Sedang Chenle, satu-satunya manusia lain di kamar itu menoleh heran. Jisung muncul saja tidak memberi salam, tahu-tahu bersuara hal yang tidak dipahamnya.
"Yang baru keluar kosmu," jelas Jisung.
"Oh. Itu Renjun."
"Renjun? Yang katamu temen sedaerah?"
Chenle mengangguk. Lalu kembali pada kesibukannya membereskan kertas yang tersebar di lantai. Sisa-sisa perjuangannya semalam. Jisung merasa tidak puas dengan respon Chenle. Sampai tidak ada niat membuka sepatunya untuk masuk. Tubuh tinggi itu masih berdiri menghalau pintu.
"Ngapain pagi-pagi ke sini?"
Sepertinya Jisung lupa untuk bercermin pagi ini.
"Kemarin keliling berdua, singgah bentar di sini tapi malah kemalaman. Jadi Renjun nginap."
"Singgah bentar?"
Jisung bergumam. Agak kesal dengan pemilihan kata Chenle itu. Kerutan di dahinya menjadi pertanda.
"Lagian dia nawarin bantu bikin maket. Masa nolak rejeki."
"Lho, kirain nggak dekat?"
Kerut di dahi Jisung makin bertambah. Sepengetahuannya Chenle memang tidak dekat dengan Renjun. Meski Chenle mengaku mereka berasal dari daerah yang sama, tapi semasa sebelum kuliah mereka bukanlah teman. Sekarang pun mereka tidak sejurusan. Jadi, kenalannya kapan?
"Sekarang dekat."
"Terus milih repotin yang baru dekat daripada aku? Nggak baik lho secepat itu repotin orang yang baru deket."
Chenle tidak langsung menjawab. Di benaknya dia berpikir jarang sekali Jisung berkata hal semacam itu. Bahkan seingatnya ini pertama kalinya dia mendengar ucapan itu dari Jisung.
"Renjun yang nawarin duluan, kok." Chenle memberi jeda. Hanya untuk menatap jengah Jisung yang masih betah di ambang pintu. "Lagian, ya, tanganmu itu tidak bakat bikin ginian."
Si pemili kamar kembali mengalihkan pandangannya. Kini sisa-sisa kertas tidak terpakai dia masukkan ke kantong sampah setelah sebelumnya mengamankan kertas yang sekiranya masih bisa digunakan ke meja belajarnya. Chenle belajar dari Renjun semalam untuk menyimpan sisa-sisa yang masih berguna. Kata Renjun itu bisa sangat dicari di saat-saat krisis.
"Eh, jadi kemaren kamu nolak aku ke sini karena maen sama anak itu?"
Jisung kembali bertanya. Entah karena penasarannya belum terbayar atau bosan melihat Chenle sibuk sendiri.
"Iya. Itu kemarin udah setengah jalan."
"Padahal aku banyak tahu tempat di sini."
"Seru lho keliling kota orang bareng teman sedaerah. Kitanya sama-sama baru liat."
"Sedeket itu ya sama dia?"
Gumaman Jisung terdengar pelan. Mengundang Chenle untuk berbalik memandang Jisung.
"Ya masa tidak. Renjun 'kan satu-satunya yang sedaerah sama aku di sini."
Lantai kamar Chenle sudah lumayan bersih. Tinggal disapu untuk menghilangkan potongan-potongan kecil dan serbuk-serbuk. Niatnya Chenle akan lakukan saat pulang nanti.
Kini fokusnya beralih pada tumpukan gambarnya. Chenle memeriksanya lembar per lembar sebelum memasukkannya ke dalam map.
Di sela-sela kegiatannya, Chenle agak heran dengan Jisung yang tidak kunjung bersuara. Matanya melirik sekilas. Takut sosok Jisung sudah tidak ada di depan kamarnya. Tapi yang ditemukannya Jisung masih setia berdiri. Bahkan balas memandangnya. Jadi, Chenle memutuskan lebih dulu bersuara. Sebab entah perasaannya salah atau tidak ada aura canggung di sekitar mereka berdua.
"Bagaimana pun, kita bakal lebih nyaman dengan yang sedaerah. Semacam jadi saudara pas di tempat orang."
"Jadi aku nggak?"
"Apa sih, Ji."
Sekonyong-konyong Jisung yang sebelumnya menyender pada kusen pintu, berdiri tegak. Dengan tergesa membenahi sampiran tasnya seraya bersuara.
"Oh, aku telat. Nggak siap sekarang kamu nggak jadi nebeng."
Detik berikutnya Jisung sudah lenyap dari pintu. Chenle heran, tentu saja. Tapi di atas itu, yang mendominasi perasaannya adalah panik. Dia 'kan harus membawa maket ke kampus. Chenle malas menentengnya sambil berjalan ke kampus. Tidak akan repot kalau dia numpang ke Jisung yang sedang memakai mobil. Lagipula Jisung membawa mobil atas suruhannya. Akan percuma kalau tidak ke kampus bersamanya.
"Eh, Jisung, tunggu!"
Karena itu, tanpa pikir panjang Chenle meraih ranselnya. Menyampir sebelah talinya di bahu kiri sedang tangan kanannya meraih maket dan mapnya. Berikutnya dengan gerak cepat Chenle menyambar jaket jins di gantungan pakaian. Satu-satunya yang bisa dia raih dengan cepat. Dia sudah tidak peduli jika itu baju yang dipakainya kemarin. Yang terpenting dia tidak benar-benar tertinggal oleh Jisung.
Entah mengapa mengunci pintu kamarnya terasa menghabiskan banyak waktu. Jadi Chenle tidak sempat memakai dengan benar jaketnya. Tubuhnya masih dilapis baju kaos. Jaketnya dia putuskan untuk menyampirnya di bahu kiri. Sampai saat ini, Chenle tidak sadar. Bahwa jaket jins itu milik Jisung.
======
Jangan lupa kritik dan sarannya
Gumawuyong
And luy you~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Me + You = ... | Jisung + Chenle | Fanfiction
Fiksi PenggemarRumus cinta itu sebagai berikut. Aku ditambah kamu sama dengan satu. This is Park Jisung × Zhong Chenle Fanfiction Awal - Akhir 21122018 - 21042019