10.0

2.6K 378 8
                                    

Happy reading

And

Enjoy it, guys~~~




======




Jisung celinguk. Ke kanan, lalu ke kiri. Setiap ada yang melewati pintu, dia menegok. Hampir lima belas menit seperti itu.

Bukan tanpa alasan, bukan karena kurang kerjaan. Jisung seperti itu di depan pintu gedung jurusan lain karena ulah Chenle. Seperti biasa, apalagi kalau bukan untuk pulang bersama.

Hanya saja, Jisung yang terlalu cepat menuju gedung jurusan Chenle, sementara kelas Chenle yang tidak kunjung selesai, menjadikan Jisung bagai anak ayam kehilangan induknya. Mencari dan kebingungan sendiri.

Kepalanya kembali menengok kala ujung mata menangkap pergerakan dari pintu. Sayangnya hanya seorang gadis. Mata mereka tidak sengaja bertubrukan. Bibir perempuan itu melengkung, tersenyum. Jisung ikut tersenyum, baru menyadari perempuan itu adalah teman Chenle, Hana. Yang membuat alis Jisung menukik heran, Hana justru menghampirinya.

"Nungguin Chenle?"

Angguk Jisung.

"Paling juga nggak lama muncul. Tadi lagi sibuk main hp jadi gue tinggal."

Jisung lagi-lagi hanya mengangguk. Sementara batinnya sudah misuh. Mengetahui fakta Chenle sibuk dengan ponselnya, sementara pesan obrolannya tidak kunjung dibalas.

Karena merasa perempuan di depannya tidak berniat pergi, Jisung lantas bangkit dari duduk. Mempersilakan tempat duduknya untuk perempuan itu. Tapi, Hana tidak kunjung duduk. Malah tertawa kecil. Tangannya bertengger masing-masing di kedua pundak Jisung. Jisung terkejut, lalu kikuk.

Hana menuntun badannya untuk kembali duduk. Jisung menurut saja. Efek masih terkejut oleh tindakan tiba-tiba perempuan di depannya.

Namun, di saat Jisung sudah duduk, tangan Hana masih bertahan di pundaknya. Otomatis Jisung menatap perempuan itu, yang ditemukannya masih saja terkekeh.

"Udah lo aja yang duduk. Makin tambah kecil gue kalo lo berdiri dekat gue."

"Oh, o-oke."

"Jisung."

Bukan hanya Jisung, Hana pun sontak menoleh. Chenle sudah muncul. Bersama raut terkejutnya. Melihat Jisung bersama Hana, dengan posisi berhadapan, dengan jarak berdekatan, dengan tangan Hana yang masih menempel di bahu Jisung, pikiran Chenle sudah salah arah. Dia tertawa garing.

"Maaf, ganggu nih, tapi aku udah kebelet pulang."

======

"Tidak pernah bilang kamu pdkt-an sama temen aku."

"Nggak, ih."

Jisung sontak sewot. Jelas terdengar dari nadanya.

"Udah jelas tadi, lho. Tidak usah sembunyi dari aku lagi."

Sementara Chenle sudah kepalang salah paham. Apa yang dilihatnya masih terekam jelas di benak, dan tidak ada sangkaan lain selain dua orang temannya itu sedang pendekatan. Chenle terkikik lagi kala mengingatnya.

"Ceritain dong. Sejak kapan pdktnya? Atau pacaran nih di belakang aku?"

"Aduh, Le. Kamu salah paham, nih. Aku sama temenmu aja baru say hi pertama kali tadi."

Jisung menangkis, tapi Chenle menimpali. Sudah telanjur mengambil keputusan sepihak, menjadikan Jisung hanya menghela napas. Sudah pasrah.

Terlebih saat Chenle meledak-ledak memberitahu perihal kesukaan Hana. Jisung sekadar bergumam sebagai respons. Disangkal pun akan percuma. Mending mendengarnya sampai pengang, daripada harus berurusan lebih banyak dengan perdebatan Chenle. Tidak akan berakhir.

"Kok tidak minat gitu responsnya?"

"Bosan denger suaramu, Le."

Dan pada akhirnya Chenle memutar pandang ke jendela mobil di sampingnya. Tiba-tiba kesal sampai ubun-ubun. Padahal mulut sudah berbusa, itu juga demi kelancaran pendekatan Jisung. Tapi, yang didapat hanya balasan menyakitkan.

======

Lagi. Seolah terencana. Kali kedua Jisung kepergok bersama Hana oleh Chenle. Chenle yang sudah dibutakan salah paham kian keterusan.

Ini semua saat Jisung dan Hana berpapasan di kantin fakultas. Berada di stan yang sama, memesan menu yang sama, yang sayangnya hanya tinggal satu porsi saja. Tahu itu Hana, Jisung lantas mengalah. Buru-buru memesan menu lain. Lalu mencari tempat kosong.

Tidak disangkanya Hana mengikuti. Ikut duduk di depannya dengan permisi. Jisung celinguk sekilas. Mencari teman seperkawanan perempuan itu. Biasanya datang bergerombol, termasuk bersama Chenle dan lelaki berbehel bernama Jeongin. Tapi, ditemukannya tidak ada satu pun.

"Chenle lagi ada urusan."

Hana cukup peka. Jisung anggut saja.

"Nih. Sebagai apresiasi aksi ngalah lo tadi."

Segelas es jeruk. Jisung menerimanya. Dengan senyum canggung, dengan gerak kikuk. Lantas membuat minuman yang isinya hampir menyentuh mulut gelas terguncang, jatuh mengotori tangannya. Refleks Hana menarik tisu, dua lembar sekaligus. Membantu Jisung mengelap tangannya, yang mana di waktu yang kurang tepat.

Chenle tiba-tiba muncul. Melihat interaksi tangan keduanya, lagi-lagi memberi jalan terus atas kesalahpahamannya.

"Maaf, ganggu nih, gabung tidak apa-apa?"

Hana menyahut biasa. Beda dengan Jisung. Buru-buru tangannya ditarik. Menimpali Chenle dengan nada panik.

Chenle menangkapnya Jisung tengah salah tingkah, ketahuan sedang pendekatan. Nyatanya, Jisung panik, Chenle semakin salah tangkap.

======

"Le, ini bagus, kan?"

Mata Chenle menyipit. Serius menilik sepatu yang disodorkan Jisung. Lalu, tersenyum puas.

"Gimana?" tanya Jisung lagi. Nadanya cukup tidak sabar.

"Iya. Cari ukuran kecilnya, gih. Hana pasti suka."

Mata sipit Jisung membulat. Mulutnya terbuka. Tidak mampu berkata, hanya menatap Chenle yang sibuk di stand lain. Lalu, setelah menemukan kesadarannya, Jisung mendecak.

"Aku 'kan carinya buat kamu, Bodoh."

"Penting buat kita?"

"Iya!"

Sontak Chenle berbalik, lantaran suara keras Jisung. Matanya mendelik tajam, upaya protes. Dan Jisung baru menyadari ponsel yang menempel di telinga Chenle. Rasanya Jisung ingin tenggelam saja. Sungguh, dirinya yang bodoh.

"Dia aneh lagi."

Jisung mengernyit. Memandang Chenle yang kesal menatap ponselnya, seusai panggilannya berakhir.

"Pacarmu?"

"Siapa lagi?"

"Emang kenapa lagi?"

Jisung menunggu. Tidak lagi fokus dengan sepatu di tangan, atensinya berpaku penuh pada Chenle. Dari Chenle yang diam, hingga menghela napas, Jisung memandangnya. Rasanya khawatir. Padahal tidak ada sangkut paut dengan dirinya.

"Entah." Chenle mengangkat bahu. "Tiba-tiba hilang mood belanja, nih. Kamu mau ambil itu atau tidak? Nomor sepatu Hana 38 kalo tidak salah inget. Cepet, ya."

"Eh, si bodoh, aku nggak beli buat dia."

Sayangnya, Chenle sudah melenggang pergi, meninggalkan Jisung, dan tak mau tahu-menahu dengan ungkapan si jangkung. Telanjur perasaan sedang pundung. Apapun tidak akan bisa masuk di fokus Chenle.

Me + You = ... | Jisung + Chenle | FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang