Fara menatap keluar jendela. Memperhatikan segerombolan kakak kelas yang tengah asik bermain bola sepak.
Bosan, satu hal yang tengah dirasakan Fara sekarang. Berdiri dari duduknya, Fara mendekati bangku Nana yang berada di depan, dekat dengan papan tulis.
"Naaaa.." panggil Fara dengan nada manja. Membuat pemilik nama menghentikan aktivitas membaca nya, lalu mendongak. "Naon Far? Ganggu mulu Lo." Ujar Nana.
Fara duduk di meja Nana. Membuat sang empu mau tak mau membenarkan duduknya. "Serius ih, mau dia?" Tanya Fara.
"Yes, why not? He's like you. Oh, not like but he's love you." Jelas Nana. Membuat bahu Fara merosot begitu saja. "Ya tapi kan Na. Apa itu gak bakal ngerusak persahabatan gue sama dia?" Tanya Fara. Lagi.
Nana menatap Fara, "gak akan.."
"Kayaknya." Lanjut Nana. Fara mengusap secara kasar wajahnya. "kok kayaknya sih Na?" Lirih Fara. Nana menghela nafas, "yaaa. Lo juga tau kali jawabannya." Jawab Nana lalu melanjutkan aktivitas tertundanya.
"Ah elah Na. Gak guna amat sih lo,,"
"Gue mau bolos. Titip absen," Fara pergi meninggalkan kelas nya yang sudah mulai ramai.
"Hidih, katanya gue gak guna. Tapi, dia titip absen juga kan ke gue. Dasar setan." Gumam Nana.
"Gue denger loh Na, mau gue kasih tau ke si Fara gaaak?" Ujar Kemal yang ternyata kini duduk di bangku belakang Nana.
"Aduin aja gih Sono. Ra peduli aku." Ujar Nana tanpa mengalihkan atensinya pada novel kesayangannya.
Kemal berdiri dari duduknya, berjalan mendekati bangku Nana, "Heleh. Btw, si Fara kemana dah Na?" Tanya nya.
Nana menutup novel nya, memasukan novel tersebut kedalam tas nya. "Tempat biasa. Ngapa? Mau nyusulin dia ye Lo Bambang?" Tanya nya. Kemal mengangguk sebagai jawaban.
"Ini hari pertama Lo sekolah wahai Kevan Marcello Raditya. Jangan berbuat onar sayang. Gak lucu kan kalau ntar ada berita di mading sekolah kayak gini.."
"Putra bungsu tuan Marcello. Dikabarkan tak mengikuti pelajaran pada hari pertamanya memasuki sekolah kembali." Ujar Nana, ah padahal dia sendiri merasa. Kalau itu tak akan terjadi.
Kemal menggaruk lehernya yang tak gatal. "Aaah... Iya juga ya," Nana memutar bola matanya malas. "Goblok nya gak ilang-ilang." Gumam Nana berharap lelaki di depannya tak mendengar perkataannya.
"Gue denger Na, gue denger." Ujar Kemal dengan raut wajah datar. "Oh, hehehe denger yaa." Ujar Nana seraya tertawa kikuk.
TRINGGG TRINGGG...
Bel berbunyi membuat para murid duduk di tempatnya kembali. Menunggu guru mapel mereka memasuki kelas masing-masing.
___
Fara menatap kosong lapangan di bawah nya. Hembusan nafas perlahan terdengar menusuk Indra pendengaran nya. Fara mencari sumber suara tersebut.
Hingga manik matanya menangkap sosok berkulit pucat. "Hai kak." Sapa Fara, lalu berjalan mendekati lelaki tersebut.
Sosok itu tersenyum kala Fara mendudukan diri disebelahnya, "Hai,, gak belajar dek?" Fara terdiam untuk sesaat, "Males kak."
Sosok itu tertawa renyah. "Kebiasaan deeeeh." Fara tersenyum, "yaa suruh siapa Lo mati duluan kak? Fara kan jadi males buat belajar." Fara tersenyum sedih.
Sosok tersebut menatap Fara dengan tatapan sendu. "Ini udah takdir Tuhan dek, oh iya. Seminggu ini kamu kemana dek?"
Fara kembali terdiam. Pikirannya seolah sedang mencari alasan yang tepat.
"Itu kak..."
"Aretha, meninggal." Fara menunduk, "jadi gue, males buat ke sekolah. Lagian kan gue kena skors." Jelas Fara.
"Yaelah. Eh btw dek, gimana perkembangan kasus aku?" Tanya sosok itu. Fara menunduk, "maaf. Gue belum nemu petunjuk baru, tapi. Kak Devan tenang aja, kasus bakal segera terpecahkan dan kakak bisa pergi dengan tenang." Ujar Fara, seraya menatap manik hitam sosok bernama Devan tersebut.
"Oke. Makasih yaa!," Perlahan Devan menghilang seiring dengan menghilangnya senyuman Fara.
"Siapapun yang bunuh kak Devan, hidup nya gue pastiin gak akan tenang."
___
To be continue.
Sorry for typo.
And don't forget to vote and comment gaiseu!!! ^~^
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Status
Teen FictionDimanfaatkan oleh sahabat sendiri? Rasanya pasti sangat sakit. Apalagi ditambah diri mu menyimpan perasaan lebih pada sahaat mu. Itu yang dirasa oleh Kemal. Namun, lelaki blasteran itu memutuskan untuk bertahan dengan perasaan nya. Berharap, suatu s...