Unarmed People

36 7 2
                                    

Desa Benua Lawas, Senin 23-Maret-2019, 14.32wita
"Hengki apa kau di dalam?!"

"Kalau kau mendengarku jawablah aku!"
Sudah beberapa menit aku dirumahnya, tidak ada yang aneh kecuali meja belajar di kamar hengki yang hancur hingga tak berbentuk.

Aku berjalan pelan menuju dapur, kulihat sebuah cairan merah mengalir dari balik meja makan,
Aku terkejut bukan main setelah melihat jasad seorang pria dengan wajah yang hancur dan dari dada sampai perutnya seperti disobek.

"Kyaaaa!"

Teriakan seorang perempuan menggema di telingaku, aku berlari menuju pintu depan ketika teriakan itu berhenti.

Aku mengintip melalui sela kecil di pintu yang berbahan kayu jati itu, seorang pria mencabut kepala seorang wanita dan memakannya sehingga aku hampir muntah dibuatnya

"Kraak! Kraak!"
Apa itu? Aku menoleh ke arah belakang dan melihat makhluk aneh dengan dua mulut besar bergigi tajam di kepalanya dan belasan tangan di punggungnya.

"Aargh!"
Makhluk itu melemparku ke dinding

"Laa..paaar"
Makhluk itu berbicara pelan seraya mendekatiku, tiba-tiba kepalanya terjatuh.

Apa yang terjadi? Apakah ada yang memotongnya? Monster itu tumbang dan memperlihatkan seseorang di belakangnya

"Hengki!"

"Sebaiknya kita pergi dari sini sebelum kepala dan tubuhnya tumbuh"
Kami keluar dari pintu belakang yang berhadapan langsung dengan hutan yang banyak ditumbuhi pohon karet.

"Apa yang terjadi? Makhluk apa tadi?"

"I, itu ayahku"
Kata hengki seraya menundukkan kepalanya

"Kurasa aku harus pulang sekarang"

"Tidak ada tempat untuk pulang sekarang, makhluk-makhluk itu pasti sudah menyebar di seluruh penjuru desa!" Kata hengki "kita harus keluar dari desa ini sekarang!"

"Tapi bagaimana caranya?"

"Kita hanya harus berjalan ke desa terdekat"

"Tunggu! Bukannya tadi kau bilang mereka sudah menyebar di seluruh penjuru desa? Memangnya apa yang membuatmu berpikir kalau desa-desa yang lain tidak seperti disini?!"

"Grrrr"

Suara aneh terdengar dari balik semak-semak

"Lari!"

Kata hengki seraya menarik tanganku

"Tapi lari kemana?"

"Kemanapun asal jangan disini"

***
"Hah hah hah"

Ini mengerikan, sejam yang lalu aku hanyalah anak biasa berumur 13 tahun, sekarang aku adalah seorang pembunuh

"Duk!"

Sebuah manggis mendarat di kepala hengki, secara reflek aku langsung mendongak ke atas.

"Ssst naiklah!"

Reza teman sekolahku, aku tidak dekat dengannya tapi kurasa dia bukanlah anak yang baik, dia seperti biang gosip atau fitnah menurutku

***
"Apa yang terjadi?" tanya reza

"Sepertinya makhluk-makhluk itu adalah makhluk ciptaan seorang penyihir" jawab hengki

"Kau terlalu banyak membaca dongeng heng"

"Jadi apa jawabannya?"

"Kurasa mereka telah terinfeksi oleh semacam virus"

"Kraak!"

Dahan yang kududuki patah, dengan cepat aku segera memegang dahan lain yang berada di sekitarku, aku bersyukur pohon manggis mempunyai banyak dahan.

"Bruuk!"

Bunyi dahan yang jatuh tersebut memancing kedatangan makhluk-makhluk itu, tapi anehnya makhluk-makhluk yang datang ini tidak seperti monster yang sebelumnya kulihat, melainkan seperti zombie di film-film.

"Sial!"

"Kurasa kita memerlukan sesuatu agar mereka menyingkir dari bawah sana?" Tanya reza

"Kita memerlukan sebuah bom" kata hengki

"Maksudmu bom nuklir?"tanya reza

"Dasar bodoh! Maksud Hengki kita memerlukan sebuah bom molotov"

"Tapi bagaimana kita mendapatkannya?" Tanya Reza

"Aku membawanya" jawab Hengki seraya mengambil bom molotov dari dalam tasnya

"Bagus! Aku akan turun untuk meledakkannya tepat di tengah-tengah mereka" kata reza seraya merebut bom tersebut dari genggaman hengki dan turun ke bawah.

Tapi naas dia terpeleset dan jatuh di kerumunan zombie, zombie itu dengan lahap memakannya seperti sekelompok anjing liar yang tengah memperebutkan makanan

"Hengki ini adalah kesempatan kita, ayo kita lari sementara zombie-zombie itu sedang sibuk dengan makanannya"

"Ba, baiklah"

Kami turun dengan perlahan agar tidak memancing perhatian mereka, setelah cukup jauh kami berjalan sebuah mobil pick up berwarna hitam berhenti tepat di hadapan kami

"Butuh tumpangan?"
Cici nama aslinya Fikri, sahabat karibku sejak SD, aku tidak percaya bahwa dia yang menyetir mobil itu, dia pernah bicara padaku kalau dia bisa menyetir mobil tapi aku tidak pernah menganggap serius omongannya itu

Selain itu disampingnya terlihat seseorang yang tengah duduk memainkan ponsel, Alex namanya dia sangat menyukai game online tapi aku heran, bagaimana bisa dia memainkan game disaat seperti ini?

***
"Kemana tujuan kita?" Tanya Hengki

"Tentu saja ke kota terdekat" jawab Cici

"Kota terdekat?"

----------
KRITIK DAN SARAN SANGAT DIBUTUHKAN UNTUK KELANJUTAN CERITA INI

kliZeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang