Tepat pada pukul 23.00, seorang cewek melintas di jalan yang lengang menggunakan mobil sport kesayangannya. Dengan laju mobil diatas rata-rata, ia membuat penghuni bumi yang sedang terlelap terpaksa harus terjaga karena bunyi mesin mobilnya yang memecah keheningan malam. Yang ada dipikirannya pada saat ini hanya bagaimana caranya agar cepat sampai di tempat tujuan dengan selamat sentosa. Bisa dikatakan perempuan ini kabur dari rumahnya.
Binkka memarkirkan mobinya tepat di bibir pantai. Yap! Tujuan gadis itu adalah pantai. Hanya ada suara ombak yang menemaninya malam ini. Perasaan kecewa,sedih,kesal,dan marah bercampur menjadi satu. Seketika Binkka menundukkan kepalanya dan menghela napas berat. Samar-samar Binkka mendengar suara deruan motor yang sepertinya juga berhenti tak jauh dari mobilnya, tetapi Binkka tidak menghiraukannya, ia tetap bertahan pada posisinya.
Tok..tok..tok..
Seorang cowok mengetuk kaca mobil Binkka. Binkka terperanjat dan langsung menoleh kesumber suara. Keningnya langsung berkerut ketika melihat cowok yang tidak asing lagi baginya.
"Enggar?" gumam Binkka heran.
"Bukak pintunya!" ucap Enggar sedikit berteriak agar Binkka bisa mendengarnya dari dalam.
Dengan ragu Binkka membuka pintu mobil, Enggar yang melihatnya langsung mundur dua langkah agar hidungnya yang semancung pinokio itu tidak mencium pintu mobil Binkka. Setelah benar-benar keluar Binkka hanya menatap Enggar tanpa suara dan itu membuat Enggar menghela napas.
"Ngapain lo tengah malem di sini? Hm?" tanya Enggar lembut.
Bukannya menjawab pertanyaan Enggar, Binkka malah balik bertanya.
"Lo sendiri ngapain di sini malem-malem?"
"Nih, gue beli camilan dan waktu mau jalan pulang gue nggak sengaja ngeliat mobil lo di sini." ucap Enggar sambil mengangkat kantong plastik yang berisi camilan itu.
Binkka terdiam dan mengarahkan pandangannya ke pantai. Dia benar-benar bingung, kepalanya terasa sangat sakit karena memikirkan sebuah masalah yang menurutnya akan sangat berpengaruh pada dirinya, mungkin lebih tepatnya masalah keluarga. Dan rumit.
Apa Binkka harus menceritakannya kepada Enggar dan meminta bantuannya? Tidak, itu malah akan menyusahkan Enggar, pun ini adalah masalahnya Binkka. Tapi, jika tidak ada yang membantunya, apakah Binkka bisa memecahkan masalah ini sendiri?
"Kalau lo nggak mau cerita nggak papa kok, gue udah tau masalah lo untuk saat ini." ucap Enggar santai dan itu berhasil membuyarkan lamunan Binkka.
"Maksud lo? Jangan bilang kalau lo ngawasin gue secara diam-diam selama ini?!" Binkka langsung cemberut. Enggar yang melihatnya pun tertawa kecil.
"Gemesin banget sih kalau lagi ngambek," Enggar merasa sangat gemas kemudian mencubit kedua pipi gadis yang ada dihapannya.
"Aw..aw.., sakit bego." ringis Binkka sambil mengusap pipinya yang terasa panas. Sedangkan Enggar sudah tertawa puas melihat ekspresi sepupu satu-satunya itu.
Enggar Artha Martinez, tak lain adalah sepupu Binkka satu-satunya. Dia merupakan anak tunggal dari keluarga Martinez yang merupakan keluarga terpandang dalam hal apa pun.
"Sepupu gue yang gemesin, dengerin gue baik-baik ya, gue nggak akan ngebiarin siapapun buat nyakitin lo apalagi buat lo nangis nantinya. Mau orangnya itu temen lo,gebetan lo,pacar lo,Delon,Avran,Kelvin,Caca,Anneth,Aura dan bahkan..." Enggar menggantungkan kalimatnya.
Orang tua lo. Orang tua lo yang brengsek, karena udah berani nukar lo dengan alasan yang nggak masuk akal bagi gue, Enggar membatin.
"Dan bahkan..." ucap Binkka bingung karena tiba-tiba sepupunya itu berhenti berucap. Enggar langsung sadar dari lamunannya.
"..., diri gue sendiri. Dan bahkan diri gue sendiri, gue nggak peduli. Karena gue yang akan ngelindungin lo dan nggak bakalan biarin lo nangis nantinya. Terlebih lagi orang brengsek itu!" ucap Enggar tulus, walaupun ada penekanan ketika ia mengucapkan kata 'Brengsek' itu.
"Thanks ya, Gar. Gue lega karena masih ada lo yang selalu ada disisi gue." ucap Binkka sambil memeluk Enggar.
■ ■ ■ ■ ■ ■
Pukul 06.20, mentari mulai memancarkan sinarnya dan mengetuk perlahan kantung mata seorang cewek yang tengah tertidur pulas. Memaksakan pemiliknya agar bangun dan memulai aktivitas seperti biasanya. Tiba-tiba ponselnya berdering menandakan ada panggilan yang masuk. Dengan malasnya ia bangkit dari tempat tidur dan langsung menyambar ponselnya.
"WOOYYYY..., BANGUN! UDAH SIANG GINI MASIH KEBO AJA LO!" pekik seorang pria dari seberang sana. Otomatis Binkka langsung menjauhkan ponselnya dari telinganya yang terasa sedikit berdengung akibat teriakan dari pria itu, yang tak lain adalah Enggar.
"Njiir, ini masih pagi dan lo udah teriak kek orang stress sambil bilang kalau jam setengah tujuh itu udah siang?" Binkka kesal, bisa-bisanya sepupunya itu mengatakan kalau pukul 06.30 itu sudah siang.
"Hehehe, gue kira lo itu tadi belom bangun. Jadi kepikiran buat ngerjain lo, eh lo nya malah bilangin gue stress. Btw, kok gue belum liat batang hidung lo sih di sekolah?" Enggar dengan senyum tengilnya.
"Gue masih di apartemant. Gue tutup telfonnya, mau mandi" Binkka memutuskan sambungan secara sepihak. Kemudian dia meletakkan ponselnya di atas nakas dan bergegas masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.
Binkka Ledista Jonatha, siapa yang tak mengenalnya? Cewek yang sangat popular di sekolah dengan ciri khas suara imutnya ketika bernyanyi,bola mata yang berwarna coklat terang,sorot mata yang tajam,pipinya yang chubby,serta mendapatkan julukan Platinum High School Queen ini banyak menarik perhatian cowok di sekolahnya, terlebih lagi para cogan yang membuat kaum hawa di sekolah itu sedikit iri dengannya.
Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran, Binkka langsung memasuki gerbang sekolah dan menuju ke loker. Ketika melalui lorong sekolah banyak para murid yang menatapnya dengan kagum karena kepopularannya itu, dan tak sedikit pula yang menatapnya dengan tatapan iri atau sebagainya. Binkka sudah biasa dengan hal ini, dan ia tidak peduli sama sekali.
Binkka langsung mengambil kunci lokernya ketika ia sudah sampai pada tujuan awalnya. Namun, baru saja loker itu dibuka, sang pemilik langsung mundur dua langkah karena surat,bunga,dan boneka yang tak berguna menurutnya itu berhamburan dihadapannya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan para fans Binkka di sekolah.
Ck! Menyebalkan! Apa mereka tidak ada kerjaan lain selain menyusupkan barang-barang tidak berguna ini ke dalam lokerku?, batin Binkka kesal.
Dengan cuek Binkka langsung memasukkan barang bawaannya ke dalam loker, kemudian menutupnya kembali.
Dan dengan sikap tidak pedulinya, ia langsung melenggang pergi tanpa ada rasa ingin untuk menyentuh barang itu sedikit pun. Binkka yakin, penjaga kebersihan sekolahnya pasti akan membersihkan barang-barang tersebut dan akan berakhir di tong sampah.Hi semua, sebelumnya aku minta maaf ya karena udah lama nggak update. Maklum lah karena author sibuk sekolah dan nggak ada waktu buat ngelanjutin cerita ini. Sorry banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
semicolon;
Teen Fiction"Sempatkah kami ditukar ketika masih kecil? Menurut gue, alasan kalian benar-benar konyol"