Pukul 23.00 sebuah mobil sport berwarna hitam, terparkir mulus di depan rumah bercat putih dengan nuansa elegant. Dengan langkah santai, seorang perempuan cantik yang baru saja menyelesaikan aktivitasnya di sekolah, perlahan memasuki rumah tersebut.
Dengan berat hati, ia terpaksa menghentikan langkahnya di ambang pintu ketika mendengar suara sang Bunda yang menyebut namanya.
"Nia, sekali lagi ku katakan, aku. Tidak. Akan. Mengembalikan. Binkka. Kepadamu!" ucap Indri--Bunda Binkka--penuh penekanan.
Tes.
Tanpa permisi, satu tetes air bening itu hinggap dipipi gembul Binkka. Dengan cepat Binkka memasuki kembali mobilnya dan langsung meninggalkan area rumah tanpa jejak sebelum Indri menyadari keberadaannya.
Tanpa diberi perintah, keempat roda mobil sport itu berhenti tepat dibibir pantai. Seketika Binkka menundukkan kepalanya dan menghela napas berat.
Samar-samar Binkka mendengar suara deruan motor yang sepertinya juga berhenti tak jauh dari mobilnya, tetapi Binkka tidak menghiraukannya, ia tetap bertahan pada posisinya.
Tok...tok...tok...
Seorang cowok mengetuk kaca mobil Binkka. Binkka terperanjat dan langsung menoleh kesumber suara. Keningnya langsung berkerut ketika melihat cowok yang tidak asing lagi baginya.
"Enggar?" gumam Binkka heran.
"Bi,"
PRAANGGG...
Secara bersamaan, ketika seseorang memanggil nama Binkka, gelas yang digenggam oleh Binkka seketika hancur lebur.
"Astaga Bi, lo nggak papa?" tanya Enggar sedikit panik.
Enggar langsung memeluk Binkka, takut jika Binkka salah langkah dan menginjak pecahan gelas yang ia genggam tadi.
Hening. Tidak ada jawaban dari Binkka. Kini pikiran Binkka hanya terisi oleh kalimat yang diucapkan Indri pada malam itu.
※ ※ ※ ※ ※ ※
Di lain tempat, Delon dan Avran sedang berdebat perihal makanan yang Enggar titipkan kepada mereka untuk Binkka.
KAMU SEDANG MEMBACA
semicolon;
Teen Fiction"Sempatkah kami ditukar ketika masih kecil? Menurut gue, alasan kalian benar-benar konyol"