bagian 5

68 6 4
                                    

Hujan pun mulai reda saat sore. Saat aku ingin melanjutkan perjalanan ke kota lagi. Ava tiba tiba memanggil ku "Ray sudah mulai gelap apa kau tidak menginap disini dulu untuk semalam?". Ujarnya dengan wajah khawatir." Eeee..  apa tidak masalah aku menginap?". Kataku karena ada yang aneh dengannya. " Tak masalah, aku yang berterimakasih pada mu karena mau menemani diriku seharian ini". Kata Ava dengan wajah yang berubah menjadi senang

Matahari semakin menurun dan semakin gelap. Aku baru tahu kalau daerah ini semakin malam semakin dingin, di desaku tak begitu. Tiba tiba Ava membawakan secangkir coklat hangat. "Daerah ini saat malam cukup dingin, mungkin kau belum terbiasa." Kata Ava sambil memberi secangkir coklat hangatnya. "Ya disini cukup dingin, bagaimana bisa daerah ini cukup dingin? Padahal di desa ku tak sedingin ini saat malam" kataku dengan tatapan bingung. "Ya memang daerah sekitar sini memang lebih dingin dari daerah lain. Hal ini dikarenakan di dekat sini ada sumber mata air." Ujar Ava dan dia juga menambahkan "kau tahu kan kalo air juga dapat menguap saat malam? Hal itu yang menyebabkan udara disini lebih basah dan juga lebih dingin." Sebenarnya aku baru tahu hal itu tetapi aku pura pura tahu saja.

Tak terasa coklat hangat kami sudah habis dan matahari sudah terbenam. Saat Ava baru ingin ke dapur tiba tiba dia berhenti seperti orang yang terkejut. "Nek apa kau baik baik saja ?" Tanyaku. "Ray perampok itu kembali datang." Kata Ava dengan wajah ketakutan dan dia masih terdiam kaku di depan pintu. "energi ini persis seperti saat itu." Kata Ava dengan wajah yang semakin ketakutan.

Tiba tiba ada seseorang menggunakan jubah hitam menghampiri kami berdua. Kurasa itu seorang pria dewasa dan dia semakin mendekat. Tiba tiba Ava terjatuh dan memecahkan kedua cangkir tadi. Wajah Ava semakin ketakutan, pria itu semakin mendekat. "HEY KAU WANITA TUA APA KAU MENGINGAT KU ?" Kata pria asing itu dengan suara yang keras. "Hey apa yang kau inginkan ?" Aku membalas suara si pria asing itu. "HEY WANITA TUA BERIKAN DIRIKU SEMUA ANTI RACUN YANG KAU MILIKI." Kata pria asing itu dengan suara yang keras lagi. Ava langsung pergi kedalam dengan cepat dan terdengar bunyi botol kaca yang beradu. Ava pun keluar dengan membawa botol botol yang berisi anti racun yang tadi aku dan Ava buat.

"Nek apa yang kau lakukan dengan semua anti racun itu?" Kata ku sambil menatap nenek Ava yang ketakutan."e... energi ini persis seperti 5 tahun lalu." Kata nenek Ava dengan raut wajah ketakutan. "APA!!!" Teriak  ku. "HEI KALIAN BERDUA CEPAT BAWAKAN ANTI RACUN ITU." Si pria itu berteriak lagi dan semakin mendekat. "Hei kau pria aneh anti racun ini sangat mahal dan langka, kau tidak bisa seenaknya." Kataku. "DIAM KAU ANAK KECIL."si pria aneh itu berteriak lagi menyingkap lengannya dan tiba tiba ular berukuran besar keluar dari jubahnya mengarah langsung ke nenek Ava. Untungnya diriku sigap melempar pisau yang ada di samping celanaku dan kepala ular tersebut terputus.

Saat aku menoleh ke arah pria tadi tetapi dia telah menghilang. Tiba tiba pria itu muncul dia depanku dan langsung melempar ku. "Ray!!!!" Suara teriakan kerak nenek Ava. Dengan cepat aku berdiri kembali dan pria itu menghilang lagi. Kali ini aku menyiapkan kuda kuda bersiap untuk serangan selanjutnya.

Tiba tiba ular yang sama muncul dari belakangku. Namun karena aku sudah siap dengan serangan itu dengan mudah aku menghindarinya. Pria aneh itu belum memunculkan dirinya jadi aku harus terus waspada dengan jurus tinju angin yang ada di tanganku. Tiba tiba pria itu muncul di depanku dan langsung mencekik ku. Pria itu mencekik ku dengan kuat padahal dia hanya menggunakan tangan kirinya. "Heh kukira kau lebih kuat dari ini." Kata si pria itu. "E.eee aku belum menyerah, rasakan ini TINJU ANGIN!!!!" kataku sambil meninju bagian perut si pria aneh. Pria terpental cukup jauh dan tinju angin ku berhasil membuat wajah si pria aneh itu terlihat. Nenek Ava melihat wajah si pria aneh dan langsung terkejut. "Ti....tidak mungkin ka....kau adalah EDMA." Kata nenek Ava sambil menutup mulutnya dengan tangan. "SIHIR PEMANGGIL ." Si pria mengeluarkan seekor ular dari tangannya dan nenek Ava sebagai target.

Aku tidak bisa membiarkan hal itu. "SIHIR ANGIN : TINJU ANGIN." Aku pun mengeluarkan tinju angin dan memukul si pria aneh itu. Tinjuan ku berhasil mengenai pria aneh itu dan membuatnya terjatuh juga membuat ularnya meleset. "Dasar kau sialan!!" Kata si pria aneh itu. Nenek Ava masih tidak dapat berkata kata. "Kalau begitu kau yang terlebih dulu." Kata si pria aneh sambil menunjukku dan sekejap pria itu menghilang lagi. Aku pun bersiap untuk menahan serangannya.  Namun pria itu menyerang  ku dari berbagai arah aku terpental sampai ke dinding rumah nenek Ava.

Tubuhku menghantam cukup keras tembok itu yang membuatku lemas. Aku hanya dapat mendengar suara saja sampai aku pingsan....

7 elements of the NatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang