8 April 2017
Untuk mu yang mungkin suatu saat akan membaca coretan sederhana ini, tidak ada lagi teh hangat yang bisa menyambut pagi hari ku. Tidak ada lagi keindahan warna yang tercetak pada pelangi dikala hujan selesai turun ke bumi. Tidak ada lagi kalimat penyemangat untuk terus menerima takdir yang tidak selalu baik. Semua itu sudah tidak ada. Sudah pergi, diiringi dengan awan pekat tak berarah.
Tapi, aku bahkan tidak pernah menyesal bisa mengenal mu. Mengetahui kamu ada di bumi saja, sudah cukup membahagiakan hari-hari ku. Banyak hal baru yang tiba-tiba hadir dihidupku ketika kamu datang membawa jus alpukat saat itu.
Terimakasih. Hanya kata itu yang bisa ku sampaikan. Dan untuk itu, aku cukup percaya bahwa saat ini aku masih pantas untuk hidup.
Den.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, Kataku
JugendliteraturTentang pelangi yang kehilangan warna. Tentang teh hangat yang perlahan mulai mendingin. Tentang terang yang kehilangan tahta. Begitupun tentang cinta yang tumbuh dimana saja, sering tanpa permisi kepada pemilik tempatnya. Tumbuh dan matinya pun tan...