Pagi hari seharusnya diisi dengan keceriaan, namun bagi Nada kehadiran ayahnya di rumah benar-benar merusak seluruh rencana liburnya.
Bagaimana tidak ? Ayahnya sudah dengan jelas mengatakan bahwa Nada tidak boleh ikut berkemah dengan teman-temannya. Sedang di sisi lain Nada sangat menantikan hal itu.
Ujung-ujungnya kemarahan Nada membuncah, dan ia kembali membantah ayahnya. Nada kesal, karena ayahnya selalu egois, mementingkan dirinya sendiri, dan tidak pernah sadar akan kesalahannya.
"Papah gak pernah punya waktu buat Nada, tapi cuma karena Papah ada waktu dikit, Papah langsung ngurung Nada di rumah. Apa itu yang namanya sayang ?"
Nada jengah karena larangan ayahnya, lagipula ia hanya ingin berlibur, tidak ada masalah kan dengan itu ? Di rumah terlihat sangat membosankan.
"Papah cuma sibuk ngurusin kerjaan Papah yang numpuk itu, jadi ya Papah urus aja pekerjaan Papah, gak usah ngatur-ngatur Nada."
Galang tidak pernah berpikir bahwa hal sepele seperti itu, dapat memancing kemarahan putrinya. Bukankah itu hal yang kecil, yang dapat diselesaikan dengan cara yang baik ?
"Nada selalu ngerasa sendiri dirumah, Pah. Itu karena Papah, karena Papah gak pernah bisa jadi Mamah !" teriak Nada kesal.
Gadis itu berbalik, lalu berlari menuju kamarnya.
PernyataanNada tadi menusuk tepat di hati Galang. Deretan kalimat itu seolah menjadiejekan tak kasat mata untuknya.
Sekarang, Galang sadar bahwa putrinya sudahberjalan terlalu jauh dari jangkauannya.
***
Sudah bisa ditebak, pertengkaran yang terjadi antara Nada dengan Galang akan berbuntut pada perang dingin. Mereka sama-sama terdiam, tenggelam dalam pemikiran masing-masing.
Ketika keduanya bertatap muka, akan ada salah satu dari mereka yang lebih dahulu mengalihkan tatapannya. Mereka seperti dua orang yang tidak pernah kenal, yang membisu karena tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Sampai saat Nada tidak sengaja melihat bingkai foto keluarga mereka, gadis itu tetap dengan kekesalannya. Namun, selipan kertas di belakang bingkai itu, seolah menyurutkan amarah Nada dan menggantinya dengan rasa penasaran. Pasalnya surat itu dibuat sangat menarik, dengan pita dan balon kecil yang ditempel sebagai hiasan. Tanpa basa-basi, Nada mengambil kertas itu, dan membacanya di kamar.
Papa tau kamu marah.
Papah tau kamu kecewa.
Papah juga tau, kalau kamu gak suka Papa larang.Tapi Papah cuma takut kamu kenapa-kenapa.
Berkemah perlu persiapan matang, gak cuma buat mainan.Jujur, Papah lebih seneng kalau kamu mau main sama Papah, kaya waktu kecil dulu. Papah pengen kamu senyum bareng Papah, kamu ketawa karena Papah, kita bahagia sama-sama.
Papah minta maaf, kalau Papah kurang perhatian buat kamu. Papah sibuk cari kerjaan kesana-kesini, Papah harus bekerja keras, Nada.
Papah sadar, Papah udah kehilangan banyak hal tentang kamu. Banyak fase yang Papah lewatkan. Tapi satu hal yang Papa pahami, kalau kamu tetap putri Papah, kan ?
Meski Papah jarang ada waktu buat kamu. Meski karena Papah kamu merasa sendirian. Meski Papah gak bisa jadi ayah yang baik. Meski Papah gak akan pernah bisa gantiin posisi mamah kamu.
Tapi kamu harus tau, kalau Papah sayang sama kamu.
Rangkaian kata sederhana itu, berhasil membuat Nada menyadari, kalau selama ini ia salah dalam menilai ayahnya.
Ia salah, jika menilai ayahnya itu egois. Karena pada kenyataannya, Nada-lah yang lebih mementingkan ego.
Sejak saat itu, Nada tahu apa yang harus dilakukannya.
°°°
Setengah kaget, Galang menoleh ke arah seseorang yang memeluknya dari belakang. Nada tersenyum, lalu berkata, "Pah, Nada minta maaf. Nada gak tau kalau kenyataannya seperti itu."
Galang yang mengerti hal tersebut, langsung tersenyum.
Dengan perlahan ia menuntun putrinya ke arah kemah yang ia buat sendiri.
"Karena kamu gak bisa ikut kemah sama temanmu, ini Papah buatkan kemah." Nada mengerjap sedikit tak percaya, hatinya menghangat karena usaha Galang.
Mereka membuka album lama, dan membahas semua peristiwa yang terekam seperti rasa yang bergema dalam ruang bernama rindu.
Nada yang menangis di hari ulang tahunnya, Nada yang menangis saat tidak diberi izin makan es krim, Nada yang menangis karena balon biru-nya lepas dari genggaman. Nada yang menangis karena jatuh dari sepeda, dan Nada yang menangis karena kadonya rusak.
Dari situ-lah, ia paham bahwa ayahnya selalu berusaha membuatnya tersenyum.
"Pah..." Galang menoleh ke arah Nada. Nada tersenyum dengan tulus, "Nada sayang Papah."
Galang memang tidak mendapatkan hadiah ulang tahun dari Nada. Namun, tanpa Nada sadari, tawa gadis itu sudah merupakan kado yang istimewa.
"Papah juga sayang kamu, Gadis kecil, papa."
Banyak hal yang mereka ceritakan. Tentang hal-hal kecil yang disambut gelak tawa dari keduanya.
Mereka bahagia dengan cara yang sederhana, meniti setiap waktu yang dihabiskan dengan senyuman.
Daddy, I love you. Just the way you are.
- end -
(Kisah pertama selesai.. Terima kasih bagi yang sudah berkunjung dan membaca... jangan lupa beri dukungan dan tinggalkan komentar yaa... Teruslah berkarya.. Salam Literasi..

KAMU SEDANG MEMBACA
[ E N D ] Just The Way You Are
Cerita PendekSepenggal kisah sarat makna. Bacalah, mungkin kau akan menemukan apa yang kau cari selama ini... Berisi kumpulan cerpen karya siswa SMP BPK PENABUR Jatibarang. Kiranya ini bisa menjadi wadah bagi siswa untuk berkarya dan mengembangkan kemampuan lit...