Beyond The Bars

623 46 7
                                    

ipen wiken 05 januari 2019

tema: tahun baru yang TERNODA
kata kunci: tisu, putih suci, kandang sapi, bidadari kayangan

PseuCom


Ini adalah kali ke-dua aku merayakan tahun baru di balik jeruji besi.

Seharusnya seperti itu. Namun ternyata tahun lalu adalah pertama dan terakhir kalinya aku merayakan tahun baru di tempat ini. Karena malam ini, satu jam sebelum tengah malam, aku akan dibebaskan dari hukuman penjara yang sudah kujalani selama satu tahun sembilan bulan. ---Terimakasih kepada pemerintah yang sudah berbaik hati memberikan remisi, jadi aku tak perlu menunggu tiga bulan lagi untuk keluar dari tempat kurungan yang tak lebih baik dari kandang sapi ini.

Di luar sana, terdengar bunyi ledakan kembang api yang bersahut-sahutan. Sepertinya sudah mendekati tengah malam. Tak sabar menunggu kapan sipir yang bertugas datang dan membebaskanku, aku menyangga daguku dengan kepalan tangan sambil terus menatap ke arah pintu. Dalam hati menghitung satu sampai seratus kemudian mengulangnya lagi hanya untuk membunuh rasa bosan yang mendera. Konyol memang, tapi lebih baik aku melakukannya daripada menunggu dalam diam hingga emosiku membumbung lalu aku mengamuk di sini dan akhirnya aku batal dibebaskan.

Bunyi ketukan sepatu pada lantai marmer di lorong lapas terdengar ketika hitunganku telah sampai seratus untuk yang ke-empat kalinya. Kutajamkan penglihatan, lalu menangkap siluet seorang pria yang sedang berjalan ke arah ruang tahananku dengan mulut yang mengunyah sesuatu di dalamnya, sedang sebelah tangannya terlihat sibuk menyeka sudut bibir menggunakan tisu.

Aku menghembuskan napas dengan sedikit keras. Akhirnya ... setelah sekian lama akhirnya aku akan dibebaskan. Terlalu bahagia, pria yang sedang berjalan ke arah ruangan ini jadi terlihat seperti seorang bidadari kayangan yang berlenggak-lenggok indah dengan cahaya imajiner yang melingkupi seluruh tubuhnya.

Astaga. Terlalu lama mendekam di tempat bau ini membuat imajinasiku menjadi seperti rumah susun, yang tinggi tapi tidak berkualitas.

Mataku sedikit rabun, jadi di bawah cahaya remang-remang di lorong, aku hanya bisa melihat dengan samar tanpa bisa melihat dengan jelas wajah dari orang tersebut. Namun ketika orang itu sudah dekat, barulah aku dapat memastikan siapa yang datang. Apalagi setelah aku mendengar suaranya ---yang terlalu cempreng untuk ukuran seorang laki-laki dewasa--- menyapaku dengan, "hai, Berengsek. Lega karena akhirnya sudah bisa bebas sebelum masa hukumanmu selesai?"

"Cepat buka pintunya, Bodoh."

"Apa? Berani-beraninya kamu, narapidana tidak tahu malu, mengatai seorang polisi dengan sebutan 'bodoh'?"

Aku mendecih. Sudah kuduga akan seperti ini. Si Bodoh di depanku ini sangat senang beradu kata dengan orang lain. ---Sebenarnya aku menduga itu adalah fetish terselubungnya.

"Oh, ternyata aku salah. Sepertinya seseorang di sini tidak ingin cepat-cepat bebas seperti yang aku kira." Dia memutar-mutar kunci di jari telunjuknya dengan gerakan malas. "Ya sudah. Selamat beristirahat, Uchiha Sasuke. Semoga mimpimu indah."

"Jangan mengulur waktu lagi, Naruto. Cepat buka pintunya."

Dia tahu dengan pasti bahwa aku hanya akan memanggilnya dengan nama lengkapnya jika sedang serius ---aku memang selalu serius dalam segala hal, tapi maksudku untuk hal yang level keseriusannya lebih tinggi dari yang biasanya. Itulah mengapa setelah aku berkata seperti itu, dia langsung saja menghampiri pintu dan segera membukanya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

WorkShot IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang