Overtime

213 22 0
                                    

ipen wiken 19 januari 2019

tema: lembur kerja rodi
kata kunci: hujan, titit ayam, tenaga kuda, dan gangguan seksual.
diksi: kasih, plagiat, perkakas, muncikari, dan mesum.

PseuCom


Hari sudah menjelang tengah malam. Kota sudah hampir tertidur, terbukti dengan suasana yang semakin sunyi--hanya suara air hujan beradu dengan atap yang membuat suasana tak begitu sepi. Sebagian besar orang sudah menjemput alam mimpinya di atas kasur, dan hanya segelintir orang yang matanya masih terbuka lebar untuk menuntaskan beberapa hal yang harus diselesaikan malam ini juga. Aku, contohnya.

Jam tangan yang melingkari pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi aku masih betah duduk di balik meja kerjaku di dalam kantor ini. Jariku masih setia menari di atas keyboard komputer, dan sesekali terhenti untuk memperbaiki letak kacamata yang terkadang merosot ke ujung hidungku.

Tidak, aku bukan seorang pria yang sangat menggilai pekerjaan. Jika bukan karena harus mengerjakan ulang laporan untuk diserahkan kepada ketua dewan direksi paling lambat besok pagi, aku juga takkan sudi bermalam di tempat ini. Aku akan lebih memilih tidur di rumahku, di atas ranjangku bersama istriku yang sedang hamil, memeluknya dan menjaganya sepanjang malam karena semenjak hamil ia menjadi sangat manja.

Ah ... tiba-tiba saja aku menjadi sangat merindukan istriku.

Bunyi ketukan sepatu di lantai marmer kantor membuatku menghentikan kegiatan mengetikku. Aku sedikit terkejut karena ternyata masih ada juga yang lembur hingga selarut ini--sedari tadi kupikir hanya aku yang ada dalam bangunan ini. Kuperbaiki letak kacamataku, lalu kutajamkan penglihatan. Seorang pria pirang tiba-tiba muncul dari balik pintu ruang karyawan, membuatku sedikit menahan napas.

Dia adalah Uzumaki Naruto, manajer personalia yang tadinya menuduh laporan kegiatan personaliaku sebagai hasil plagiat dari rekanku karena isinya hampir sama persis, orang yang sama pula yang membuatku lembur malam ini.

"Uchiha Sasuke?" Naruto memanggilku dengan nada heran.

Aku berdiri, lalu menunduk singkat. "Selamat malam, Manajer Uzumaki."

"Hei, tidak perlu formal begitu. Aku jadi risi," ujar Naruto sambil mendekat. Tangannya mengibas pelan. "Lagipula, ini sudah lewat jam kerja," lanjutnya setelah berdiri tepat di samping meja kerjaku, "jadi, panggil aku Naruto saja."

Aku duduk lagi, bersiap untuk melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda. Memilih untuk mengabaikan kerlingan seduktif yang Naruto tunjukkan terang-terangan. --Sekedar informasi, Uzumaki Naruto adalah seorang atasan yang sangat tahu bahwa dirinya mempesona, dan memanfaatkan itu buat menggoda para pekerja di kantor ini dengan menebar pesona bagai menebar pukat untuk memerangkap ikan di dalamnya.

"Kukira kau akan tetap pulang dan melanjutkan pekerjaanmu di rumahmu nanti. Ternyata kau lebih memilih lembur di sini." Suara Naruto mengalun merdu. "Perasaanku saja, atau ... kau memang sengaja lembur di sini karena tahu aku akan lembur di sini juga?"

Aku mendengus pelan--menjaga agar dengusanku tidak terdengar olehnya, karena bagaimana pun, dia adalah atasanku. Manajer personalia di kantorku ini memang memiliki tingkat kepercayaan diri di luar nalar, mungkin penyebabnya adalah karena dia sangat populer di kalangan pegawai kantor ini.

"Saya lembur di sini karena kalau saya di rumah, maka saya tidak akan dapat mengerjakan laporan sebab harus menjaga istri saya yang sedang hamil," balasku, "lagipula, saya bahkan mengira akan lembur sendirian malam ini."

"Oh, begitu, ya?" Naruto menepuk tangannya sekali. "Yang aku tahu, sebelum istrimu hamil, kau sangat sering lembur di kantor sejak bekerja di tempat ini sekitar enam bulan yang lalu. Mendapati fakta bahwa istrimu berhasil hamil ketika kau jarang pulang rumah, sepertinya staminamu setara dengan tenaga kuda, ya?" Dia tertawa jenaka.

WorkShot IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang