The Broken Me

267 28 1
                                    

ipen wiken 2 maret 2019

tema: tanggal muda
kata kunci: guru besar, salah asuh, otak sengklek, patah hati, dan lubang buaya.
diksi: abus, berkirai, bincacak, gegares, dan semburit.

PseuCom





Namaku Sarutobi Konohamaru. Aku adalah seorang satpam dari Konoha Gakuen.

Jika dicantumkan dalam struktur organisasi sekolah, mungkin jabatanku akan mendapat bagian terbawah dari bagan. Ya, aku sama sekali tak memiliki peran penting di lembaga pendidikan tempatku mengais uang. Bahkan tidak ada pengaruhnya sama sekali jika posisiku tidak dimuat di dalam struktur organisasi itu.

Namun, meskipun pekerjaanku bukanlah sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyombongkan diri, aku tetap mensyukuri pekerjaanku ini. Pekerjaan sederhanaku ini menguntungkanku dalam berbagai hal, apalagi dua hal utama ini: menghasilkan uang untukku, dan ....

Oh! Bicara tentang uang ... hari ini tanggal tiga. Masih tanggal muda, tetapi sudah lewat dari tanggal yang ditentukan untuk pengiriman gaji ke rekening masing-masing pegawai di sekolah ini. Dan aku belum mendapatkan pemberitahuan dari ponselku kalau nomor rekeningku mendapatkan sejumlah transfer dari bendahara sekolah. Aku harus segera mengonfirmasikan hal ini ke Hyuuga Hinata, seseorang yang bertugas untuk memegang hampir seluruh keuangan sekolah.

Kakiku melangkah, segera berkirai dari pos jaga menuju ke ruang guru. Hari sudah sore, dan berhubung sejak tadi Hinata belum terlihat keluar dari gedung sekolah, artinya dia masih ada di sana. Aku bisa langsung menemuinya dan menagih gajiku.

"Hinata-nee?" Aku melongokkan kepalaku dari balik pintu, mendapati Hinata sedang memasukkan kotak pensilnya ke dalam tas jinjing miliknya.

Hinata menoleh. "Oh, Konohamaru-kun. Ada yang bisa aku bantu?"

--Hinata adalah tetanggaku sejak kecil. Kami lumayan dekat, jadi, kami tidak terlalu formal dalam panggilan.

Aku melangkah masuk sambil menggaruk belakang kepalaku. "Err ... yah, aku sedikit membutuhkan bantuanmu."

"Pasti kau ingin bertanya soal gaji, 'kan?"

"Nah!" Aku menjentikkan jariku.

"Jadi, begini, Konohamaru-kun," kata Hinata sambil menyilangkan tangan di atas dada, "khusus bulan ini, Uzumaki-san ingin menyerahkan gaji dari tangannya sendiri, sekalian ingin memberi evaluasi langsung tentang kinerja kita semua."

"Jadi ... aku harus mengambilnya langsung dari Naruto-nii?" Tanyaku, yang dijawab anggukan oleh Hinata. "Baiklah. Terima kasih, Hinata-nee! Aku pergi dulu!"

Tanpa menunggu balasan dari Hinata, aku segera berlari ke arah ruang kepala sekolah dengan semangat.

--Ah, ya! Bukankah tadi aku sedang berbicara mengenai dua hal yang paling menguntungkan dari pekerjaanku?

Ya, yang pertama, gaji. Lalu, hal yang kedua, adalah penghuni ruangan yang menjadi tujuan kakiku ini.

Uzumaki Naruto, sang kepala sekolah.

Naruto adalah seorang mahasiswa yang magang di sekolahku ketika aku baru duduk di jenjang pertama pada bangku sekolah menengah akhir. Menggantikan tugas guru Sejara Jepang kami yang sedang cuti untuk melahirkan, Naruto yang berperan sebagai seorang guru muda yang hangat kontan merebut hatiku. Sejak saat itu, aku berusaha dekat dengannya, berusaha mendapatkan posisi dalam hidupnya.

Dan, aku berhasil. Sarutobi Konohamaru berhasil bereksistensi di dalam kehidupannya dengan sangat baik.

Dengan gembira, aku membuka kenop pintu ruang kepala sekolah dengan gerakan pelan, tak ingin mengganggu pekerjaan Naruto. Namun, kebahagiaanku langsung sirna setelah melihat apa yang ada di depan mataku. Pemandangan yang membuatku seakan baru saja dibuang ke dalam lubang buaya.

WorkShot IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang