Hi!

319 36 0
                                    

ipen wiken 2 februari 2019

tema: bulan penuh cinta
kata kunci: musim hujan, badan bergoyang, tiang bocor, makanan bayi, dan bulu kaki.
diksi: berandang, ambau, syak, lunyai, dan genta.

PseuCom





Dingin yang menerpa wajah tak menyurutkan tekadku. Meski gigiku bergemertak sebab menggigil, aku tetap melangkahkan kakiku menyusuri jalan becek penuh genangan. Dengan sweater dan kupluk abu-abu hangat, syal dan kaos tangan kuning gading yang lembut, serta celana jeans hitam panjang yang membungkus kakiku, kulangkahkan kakiku menembus kabut yang awet sepanjang hari sejak musim hujan menyapa.

Sebenarnya, daripada membelah malam dengan berjalan kaki sendirian seperti ini, aku akan lebih memilih bergelung di bawah selimutku yang tebal dan tidur dengan nyenyaknya. Hanya saja, aku tak bisa mengabaikan suara perutku yang meraung meminta tumbal. Mengingat yang bisa kumasak untuk menghangatkan tubuh hanyalah makanan bayi--bubur super lumat yang sangat tidak enak, akhirnya kuputuskan untuk berjalan kaki menuju kedai ramen langgananku agar bisa makan malam.

Di depan mataku, kedai Ichiraku yang penampilan luarnya terkesan terlalu biasa saja sudah berubah--entah sejak kapan. Bagian luarnya dipenuhi pernak-pernik berbentuk hati, dengan lampu hias merah muda yang menghiasi papan bertuliskan 'Ichiraku'. Ah, tentu saja penampilan kedai ini tiba-tiba saja berubah. Sekarang sudah memasuki bulan Februari, bulan yang digadang-gadang sebagai bulan penuh cinta oleh para remaja ababil--padahal kurasa bulan Februari sama saja dengan bulan lainnya, yang membedakan hanyalah jumlah harinya yang terlalu sedikit.

Mendengus, kulangkahkan kakiku memasuki kedai setelah mendapati sepasang kaki putih mulus yang berandang dari dalam kedai. --Sepertinya aku datang di saat yang tepat karena hanya ada satu pembeli di dalam kedai. Jadi, aku tak harus saling berdesakan hanya demi mendapatkan semangkuk ramen seperti biasanya.

"Ah, selamat datang, Naruto! Mari, silakan duduk."

Aku tersenyum, menanggapi ucapan selamat datang dari Paman Teuichi seadanya. Kuhempaskan bokongku di atas kursi. "Seperti biasa, ya, Paman!"

"Baiklah, Anak Muda!"

Aku melepaskan kaos tanganku, meletakkannya di atas meja. Kemudian keterkejutan menamparku ketika kepalaku menoleh ke samping.

"Hai, Naruto."

Di sampingku, ada Uchiha Sasuke. Mantan kekasihku yang kutinggalkan sebulan yang lalu akibat kesalahpahaman--yang baru kusadari itu adalah sebuah kesalahpahaman beberapa hari kemudian. Ini pertama kalinya aku bertemu dengannya lagi setelah hubungan kami berakhir.

Pantas saja, perasaan tak enak sempat menerpaku ketika aku melihat betis mulus tanpa bulu kaki miliknya tadi. Seharusnya aku merasa syak sebab jantungku sempat bertalu-talu seperti genta yang dipukul keras. Ternyata itu semacam alarm tanda bahaya.

Betapa bodohnya aku.

"Sa-Sasuke ...."

"Hn?"

Aduh! Bagaimana ini? Mulutku dengan bodohnya malah memanggil namanya tanpa sadar. Reaksiku malah lebih bodoh lagi. Mataku terbelalak lebar dengan rahang yang jatuh sejatuh-jatuhnya.

Dasar Naruto bodoh!

"Silakan, Naruto!"

Ah, untung saja Paman Teuichi datang di saat yang tepat. Membawa semangkuk ramen--tunggu. Ada tiga mangkuk ramen yang dibawa. Dua mangkuk ramen ukuran biasa dan satu mangkuk ramen ukuran jumbo.

WorkShot IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang