Reason

382 43 0
                                    

ipen wiken 12 januari 2019

tema: Teman dunia maya
kata kunci: Bisnis prostitusi , gigi tonggos, paha ayam, jengkol, nista.

PseuCom

Barbel diangkat sejajar dengan pundak, tatapan dilempar ke arah meja tempat sebuah ponsel tergeletak.

Layar ponsel mati.

Mengalihkan pandangan ke depan, barbel diturunkan sejajar dengan paha, lalu tatapan kembali diarahkan ke meja.

Layar ponsel masih mati.

Membuang penglihatan ke depan lagi, barbel diangkat sejajar dengan telinga, dan pandangan lagi-lagi dibawa ke meja.

Layar ponsel tetap mati.

Menunduk, barbel diturunkan dan diletakkan ke lantai. Badan kembali ditegapkan, napas ditarik dalam-dalam dengan mata yang dipejamkan.

"Hei, Sasuke, kalau rindu Naruto, temui saja dia! Jangan bersikap seakan tak butuh dengan kehadirannya, padahal dalam hati tidak tenang karena memikirkan apa yang sedang dia lakukan sekarang."

Sasuke membuka mata, melirik Kiba yang sedang berselonjor di lantai sambil mengipasi tubuhnya dengan kaos yang ditanggalkan dari badannya sendiri.

Kiba yang merasa sedang diperhatikan, langsung membalas tatapan Sasuke. "Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Kemarin malam Naruto meneleponmu, kan?"

"Ya. Kenapa?"

"Aku yakin kau tahu sesuatu tentang Naruto."

"Sesuatu?" Kiba terkekeh. "Sebentar, apa aku saja yang merasa atau memang kau sedang berusaha mengorek suatu informasi dariku?"

Sasuke terdiam. Sedetik kemudian, ia menghampiri Kiba dan duduk tepat di samping sahabat kekasihnya itu. "Menilik dari sifat Naruto yang tidak bisa menjaga rahasia, aku yakin kau pasti sudah mengetahui kalau aku dan dia bertengkar kemarin malam."

"Oh, tentang itu," balas Kiba pendek. Dia membaringkan tubuhnya di lantai sambil memejamkan mata. "Kau tahu, kemarin malam aku tertawa sampai hampir menangis ketika Naruto meneleponku dan mengatakan bahwa kalian bertengkar."

Sebelah alis Sasuke berkedut. "Memangnya apa yang lucu dari pertengkaran kami?"

"Latar belakang pertengkaran kalian." Kiba kembali terkekeh, masih dengan mata yang tertutup. "Aku heran, kau yang setembok ini, bisa juga cemburu karena alasan sepele. Maksudku ... hei, cemburu karena kekasih yang menghabiskan waktu senggangnya untuk berselancar di dunia maya adalah hal yang konyol."

"Konyol katamu?" Sasuke membalik tubuhnya untuk berhadapan langsung dengan tubuh Kiba yang terlentang di lantai. "Kalau Naruto hanya sekedar berselancar di internet untuk hal tidak penting, aku juga tidak begitu peduli. Namun, dia menghabiskan waktunya untuk chatting dengan teman dunia mayanya yang entah dari mana asalnya."

"Lalu apa yang salah dengan itu? Bukankah itu bagus? Naruto jadi mendapat teman baru."

"Masalahnya, dia bahkan mengabaikan pesan dariku karena teman sialannya itu!" Sasuke memijat keningnya yang berkeringat. "Lagipula, berhubungan dengan orang yang tak dikenal lewat internet itu bisa berdampak negatif."

Kiba kembali mendudukkan tubuhnya. Ditatapnya kekasih sang sahabat dengan mata yang memincing. "Tidak semua orang jahat, Sasuke. Jangan buru-buru memberi cap buruk untuk orang lain."

"Kita bahkan tidak tahu orang seperti apa yang berteman dengan Naruto." Sasuke menyanggah dengan nada suara yang sedikit meninggi. "Ada kemungkinan orang itu adalah orang jahat yang sedang mencari korban untuk bisnis penjualan organ manusia, atau lebih parahnya lagi bisnis prostitusi online. Bukankah kedua bisnis gelap itu sedang marak akhir-akhir ini?"

WorkShot IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang