s i x

14 5 1
                                    

06 – Sebab dan Akibat

Allen merasakan atmosfer yang berbeda setelah ia melontarkan pertanyaannya. Apakah ada yang salah dengan pertanyaannya? Ia rasa, itu pertanyaan yang normal. Toh, Thomas juga pernah menanyakan itu, kan?

Tunggu, setelah Allen ingat baik-baik, Allen tidak pernah menceritakannya.

"Kau ceritakan dulu penyebabmu koma, lalu aku juga akan menjelaskannya," jawab Thomas mantap.

Dylan melayangkan tatapan are-you-serious? pada Thomas, dan Thomas mengangguk.

Allen mulai menjelaskan. "Ceritaku singkat saja, orang-orang di luar sana juga sudah tahu kalau aku mengalami kecelakaan mobil karena mobil yang dikendarai pacarku—Cameron, menabrak sesuatu. Lelaki tolol itu tidak memelankan laju mobilnya saat berada di tikungan. Sampai sekarang saja aku ragu apakah aku masih menganggapnya pacar atau bukan. Ia dan teman-temanku yang sedang pesta marijuana di dalam pub itu langsung kabur begitu tahu mobil yang aku dan Cameron kendarai rusak parah setelah menabrak. Mereka pasti tidak ingin dicurigai sebagai pelaku. Aku tidak sadarkan diri, tetapi aku tahu pasti mereka segera kabur karena yang membawaku ke sini adalah Dylan. Iya, kan?"

Dylan mengangguk. Ia memang menemukan Adiknya yang terluka parah karena Mom memintanya mencari Allen, adiknya yang bandel itu. Sekarang rasa penasarannya terjawab sudah. Allen tidak menyetir sendiri. Adiknya itu pastilah sedang duduk di bangku sebelah Cameron dan lelaki itu memindahkan adiknya ke kursi pengemudi sehingga telihat seperti kecelakaan murni.

Cameron keparat, batin Dylan.

"Sudahlah, Dylan. Tidak ada gunanya kau memaki-maki Cameron, Lelaki sialan itu memang tidak tahu diri. Lagipula, ia pasti sudah melupakanku. Aku juga memutuskan untuk melupakannya." Allen tersenyum pada Dylan, senyum tertulus yang pernah Dylan lihat dari Adiknya. Seketika, ia merasa adiknya itu seakan-akan sedang memancarkan sesuatu. Mungkin aura positif, berhubung adiknya itu tampaknya sudah memutuskan untuk melupakan kehidupan lamanya.

Thomas membisu mendengar penjelasan Allen.

"Sekarang, saatnya kau menjelaskan penyebab koma-mu," ucap Allen beralih pada Thomas.

Thomas dan Dylan saling pandang. "Dia sudah membayar rasa penasaran kita, tidak ada salahnya kalau kau menceritakannya juga," ujar Dylan sambil berusaha berbaring dengan rileks. Tidak lupa ia semakin memelankan bisikannya, takut membangunkan Mom lagi. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 5 pagi.

Thomas menarik nafas panjang sebelum mengeluarkannya perlahan.

"Ceritaku mungkin lebih sederhana daripada ceritamu. Aku dan ... Dylan sedang berjalan tengah malam, usai minum dengan para cast The Maze Runner lainnya, dan kemudian sebuah mobil melaju, menabrakku yang berjalan di pinggir. Aku terpental beberapa meter ke depan, Dylan mengejarku yang berdarah-darah. Pemilik mobil itu menurunkan kaca mobilnya, ia melihatku—aku yakin. Tetapi, mobil itu justru pergi. Saat aku terbangun dengan kondisi seperti ini, aku bersumpah untuk tidak akan memaafkan orang itu yang membuatku menjadi begini. Apalagi saat itu aku belum bertemu Allen, aku sendirian dan kebingungan. Tetapi ... aku rasa aku mungkin akan menarik sumpahku itu. Aku akan memaafkannya."

Allen melirik Dylan. "Dia bersamamu?" ia menunjuk Thomas dengan jempol sebelah kirinya lantaran Thomas duduk di atas meja, duduk di sebelah kirinya.

Dylan mengangguk. "Dan aku kenal siapa pengemudi mobil itu."

Thomas dan Allen melotot. "Siapa?"

"Kalian berjanji akan memaafkan dan melupakan orang itu," jawab Dylan yang secara tidak langsung menjelaskan siapa orang yang telah menyebabkan kedua kecelakaan itu.

"Cameron?" pekik Allen dan Thomas bersamaan.

Dylan mengangguk. "Aku ingat wajahnya saat pacar sialanmu itu mengantarmu pulang dari kampus. Sudah beberapa tahun yang lalu, sih."

"Itu saat umurku 21, ya?" tanya Allen.

Dylan mengangguk. "Sepertinya."

Allen beralih pada Thomas yang sedang mengelus-elus pelipisnya, seperti sedang berpikir keras. Allen terkekeh, berusaha mencairkan suasana yang tegang sedaritadi. "Hentikan ekspresi konyolmu itu. Wajahmu jadi aneh kalau terlalu serius."

Allen membohongi dirinya sendiri. Padahal, kalau Thomas sedang serius begitu, ia jadi terlihat lebih keren. Allen tidak mau mengakui itu. Bisa-bisa, Thomas jadi terlalu percaya diri.

Thomas menggeleng. "Aku sudah mengerti sekarang."

Allen dan Dylan menaikkan sebelah alis. "Apa maksudmu?"

"Cameron mungkin saja ingin melenyapkan kalian berdua. Kalau ia tidak berkeinginan begitu, kenapa ia tidak menolongku saat itu? Ia pasti takut karena ia salah menabrak orang. Ia ingin menabrak Dylan, tetapi ia malah menabrakku. Aku tahu betul, orang semacam Cameron pasti sangat ahli dalam mengendarai mobil. Sebelum kesadaranku lenyap sepenuhnya, aku melihatnya menikung dengan sempurna meski dengan kecepatan tinggi, yang artinya saat dia bersama Allen, dia memang sengaja membuat Allen celaka," jelas Thomas yang mulai terasa masuk akal bagi Allen dan Dylan.

"Tapi kenapa?" tanya Dylan, "tidakkah itu berarti dia juga membahayakan nyawanya sendiri?"

"Entahlah," jawab Thomas, "mungkin Allen atau kau melakukan kesalahan yang tidak kalian sadari."

Sekarang, giliran Allen yang berpikir keras.

"Mungkin karena itu," ucap Allen tiba-tiba.

"Apa?" tanya Thomas dan Dylan.

"Tidak ingatkah kau apa yang hilang dariku saat kecelakaan waktu itu?" tanya Allen dengan wajah jengkel. Bukan jengkel pada Dylan atau Thomas, ia jengkel pada mantan pacar sialannya itu.

Dylan tersentak. "Kartu ATM yang biasa kau pakai berbelanja!"

Allen menjetikkan jarinya. "Kejahatan bermotif uang. Jerk. Aku menyesal bergaul dengannya. Dia bisa saja mencurinya dariku, tidak perlu membuatku sampai seperti ini."

Dylan menepuk-nepuk punggung Allen meski ia tidak bisa ­benar-benar menyentuh adiknya. "Wow, aku belum pernah mendengar cerita barangmu dicuri seseorang. Kau selalu menghajar pencurinya sebelum mereka sempat membawa kabur barang curiannya. Yah, sudahlah. Lupakan saja. Toh, ini sudah berakhir."

Nyatanya, ucapan Dylan tidak hanya mewakili berakhirnya kecelakaan yang terjadi beberapa bulan lalu. Tetapi, mengakhiri kisah yang lainnya juga.

SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang