0.5

555 86 0
                                    

"kau yakin akan pulang hari ini? " tanya Hitch mencoba untuk memastikan.

"iya, kau sudah bertanya hal itu lebih dari tiga kali Hitch" jawab Petra.

"baiklah, aku akan mengantarmu dan Yui" ucap Hitch sambil berjalan keluar menuju ke arah garasi.

"ayo kita pulang Yui, kita tidak boleh terlalu merepotkan Hitch " ucap Petra pada Yui.

"meow"

"kucing yang pintar " ucap Petra sambil mengusap lembut kepala Yui.

Petra berjalan ke arah luar tempat di mana Hitch sedang menunggunya.

"pakai ini, udara cukup dingin tak baik untuk kesehatanmu " ucap Hitch sambil memakaikannya sebuah syal berwarna merah seperti milik Mikasa.

"terima kasih Hitch" balas Petra lalu mereka masuk ke dalam mobil dan Hitch melajukan kendaraannya pergi.

Keadaan tampak sepi, Petra yang sedang tersenyum manis sambil mengelus elus Yui sedangkan Hitch yang memikirkan betapa baiknya Petra pada pria itu.

"kau masih terlihat pucat" ucap Hitch mencoba untuk membuka pembicaraan.

"mungkin aku hanya kedinginan " balas Petra mencoba berbohong pada Hitch tentang kondisinya.

Gadis itu sebenarnya masih demam tapi dia tidak ingin merepotkan Hitch terlalu banyak.

"kau mau pakai jaketku? " tanyanya.

"tidak perlu" jawab Petra.

Hingga tak terasa rumah Petra sudah semakin dekat, dia segera turun dan mengucapkan terima kasih pada Hitch lalu masuk ke dalam rumah.

Petra berjalan ke arah dapur untuk mengambil air minum sambil memijat kepalanya yang kembali terasa pening.

"aku harus segera meminum obat dan tidur " ucapnya pada dirinya sendiri.

Jika kau sudah pulang maaf kami tak bisa menemanimu ada rapat penting yang tak bisa kami tinggalkan.

Orang tuanya pergi lagi dan ia segera berjalan menuju ke arah kamarnya yang ada di lantai atas. Gadis itu menghela nafas pelan.

Petra mulai melangkahkan kakinya ke atas dengan bertumpu pada dinding agar tidak jatuh.

"hah...."

Gadis itu beristirahat sebentar tapi justru kepalanya malah bertambah pusing dan keseimbangan tubuhnya mulai berkurang.

Bruk

"PETRA! "teriak seseorang.

"L-Levi? " perlahan mata gadis itu terpejam.

"dia demam " ucapnya sambil mengambil kompresan.

"eungh " lenguh Petra sambil meraba keningnya.

"apa ini? " tanyanya.

"akh kau sudah sadar " ucap pria itu.

"L-Levi? " panggil Petra.

"aku bukan Levi " ucap orang itu.

"E-Erwin, m-maaf " ucap Petra gugup.

"tak apa " balas Erwin ramah.

"aku akan ambilkan minum " ucap Petra.

"tak perlu lagi pula aku hanya ingin memberikan beberapa kue ini. Nifa dan Nanaba yang membuatnya untukmu " ucap Erwin sambil menyerahkan sebuah keranjang.

"terima kasih seharusnya kau tak perlu repot repot " balas Petra.

"tak masalah, sepertinya karena sakit kau tak bisa datang ke festival ya " ujar Erwin.

"iya, maaf tak bisa membantu kalian sampai akhir " ucap Petra merasa tak enak.

"kami mengerti, akh ya lain kali pamit pada Levi dulu dia terlihat khawatir kau tak berada di sana saat kondisi hujan lebat " balas Erwin membuat Petra tersenyum.

"baiklah aku pamit dulu " ucap Erwin.

"terima kasih atas semuanya Erwin, apa perlu ku antar? " tawar Petra sambil berusaha bangkit dari tempat tidur.

"tak perlu kau masih sakit jadi beristirahatlah " tolak Erwin sambil melangkahkan kakinya pergi dari sana.

"Levi...." gumamnya pelan sambil membuka ponselnya dan melihat foto itu.

"aku tak yakin Levi benar benar khawatir, aku akan berusaha menunggu sampai kau mengatakannya Levi. Mengatakan bahwa kau dan Hanji......" ucap Petra sambil tersenyum kecut pada foto tadi tanpa menyadari ada orang yang mendengar semuanya.

Tamunya tadi belum pergi dia hanya menunggu di luar kamar.

'kau gadis terbaik yang pernah ku temui, si cebol itu akan menyesal karena sudah melakukan hal ini padamu ' batin orang itu.

💔💔💔

Sudah tiga hari ini pria itu tak bertemu dengan kekasihnya. Saat ini dia berada di rumah bersama sang adik yang terus menatapnya tajam.

"apa? " tanyanya cuek.

"tch" umpat adiknya lalu berlalu pergi dari sana.

Levi, pria itu berbaring terlentang di atas ranjangnya. Rasa bersalah terus menghantuinya, mau sampai kapan dia membohongi Petra sampai Mikasa memberitahu kelakuannya di belakang gadis itu.

Dia tidak ingin kehilangan Petra tapi di sisi lain dia juga tak ingin kehilangan Hanji. Dia bingung, harus ada yang pergi tapi siapa?

"baka aniki" panggil seseorang yang sudah dia hafal betul siapa.

"aku pergi menjenguk tetangga yang sakit" ucap anak itu.

"aku ikut, aku khawatir padanya " balas Levi.

"sejak kapan kau khawatir padanya? Urus saja urusanmu dengan si kacamata gila itu" ucap Mikasa tajam sambil pergi.

"jika kau ke sana aku tak akan segan segan mengatakannya " sambung Mikasa.

"Petra" gumam Levi.

💔💔💔

Mikasa melangkahkan kakinya keluar dari mobil dan mengetuk pintu rumah Petra tapi tak ada yang membuka.

"masuk saja " ucap seseorang membuat Mikasa mencari cari sumber suara itu.

"baiklah " jawab Mikasa saat mengetahui bahwa orang itu adalah Petra.

"apa kakak baik baik saja? " tanya Mikasa.

"aku baik, hanya sedikit pusing " jawab Petra.

"aku akan membelikan makanan untuk kakak " ucap Mikasa.

"tak perlu " tolak Petra.

Mikasa menghabiskan waktu bersama dengan Petra yang dia harap menjadi kakak iparnya nanti. Tapi dia pikir sepertinya hal itu tak akan terjadi.

Hurt✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang