ii : selasa; telat

5K 858 80
                                    

juna ameka betulan rasa kalau kakaknya sinting, karena di jam tujuh pas, motor besar kakaknya baru masuki area sekolah.

"mas, astaga telat tiga puluh menit!"

"udah gue bilang jangan ikut motor gue, batu bener."

meka turun dari motor dan tatap kakaknya gak percaya, "kok jadi salah gue?"

turun dari motor dan bawa helm di tangan kiri juga tas gepeng disampir di bahu kanan, "emang salah lo, kok."

"ck, maaas!"

arsen endik bahu kurang peduli, berhubung telat masuk, arsen pilih parkir di warung kopi sebelah sekolah; modal kenal ibu warung dan biasa beli rokok disana, walaupun arsen bukan perokok. sedekah, katanya.

"mas, gue gak mau kena poin, anjir. lo mau blangsak sendirian aja kenapa sih,"

arsen diam, masuk ke warung dan meka lihat kakaknya ngobrol sebentar sama si ibu penjual. helm juga ditinggal disana.

"mas, serius? lo percaya sama orang yang gak lo kenal?"

"masih berisik lo lewat gerbang depan aja sana."

meka meringis, "iya sori,"

jalan ke masjid belakang sekolah, ada pagar kotor dekat tempat wudhu, itu mengarah ke dekat gudang sekolahnya, sepi dan minim orang disana.

meka panjat duluan, setelahnya arsen. jalan pelan lewati gudang yang ternyata gelap bahkan di waktu matahari muncul.

mata arsen sapu sekitar waktu perasaan mau buang air kecil perlahan terasa, dekat sini ada kamar mandi siswa dan sepi juga seingatnya.

masuk ke dalam dan sedikit kaget temui lelaki gosok wastafel dengan posisi belakangi arsen, omelan monolognya terdengar karena suaranya jelas gak pelan.

itu si anak pindahan, arsen tau. karena itu arsen lari pelan ke arah pintu dan suruh meka duluan ke kelas.

"lo mau apa disini, bangsat?!"

"sana kelas!"

meka pergi, dan arsen luar biasa kaget waktu balik badan matanya langsung tabrak dua hazel yang tatap dia bingung.

"lo .. dihukum juga?"

arsen garuk tengkuk, memang harusnya manusia kaku macam arsen langsung masuk kelas aja.

"ya .. persis apa yang lo liat."

makin gak waras waktu lelaki di depannya senyum lebar dengan gigi kelinci yang kelihatan. "gue riksa, jungkook antariksa."

arsen kaku, belum pernah ada di posisi macam ini sebelumnya.

"tae ... hyung arsen?"

berani mampus, jantung arsen seolah lompat.

"kok?"

"badge name, lo gak sebego itu, kan?"

pagi ini arsen dapat dua informasi; namanya antariksa, dan malfungsi otaknya setiap lihat senyum lelaki bandung itu.



























"gak usah masuk aja harusnya,"

"loh kenapa?"

"setiap selasa guru jaga pasti pak husen. kejam parah, presiden korut lewat kali."

antariksa cuma ketawa kecil waktu aji mindrakala, teman di kelasnya ngomel dengan mulut penuh siomay.

masih bisa riksa ingat reaksi lelaki sipit itu waktu tangannya ketuk pintu kelas di sepuluh menit terakhir sebelum bel istirahat. takut nyasar jalan ke kelas, katanya.

"aji,"

"paan?" katanya, sambil potong kol di piring.

"lo tau arsen?"

"lo tau arsen?!"

loh gimana. riksa bingung, dahinya berkerut sambil tatap lelaki sipit tadi. "ngapain balik tanya sih, bego."

"duh, gini sa," aji geser mangkuk siomaynya, kepalanya agak condong ke telinga riksa. "lo gak bakal ngerti orang model arsen, dia freak. sama cewek aja gak tanggung kurang ajarnya."

"kan gue cowok?"

"kan cuma kelamin?"

kantin ramai setelah teriakan aji terdengar, juga umpatan riksa ditambah jambakan anarkisnya di rambut aji buat seisi kantin pandang gak percaya, lebih ke arah riksa sebetulnya.

"BRENGSEK."

bahkan punggung antariksa gak tau perihal sudut kantin jadi tempat sembunyi arsen pagi itu, dan senyum kecilnya.
















+ cast .

yeonjun choi,
as juna ameka.

jimin park,
as aji mindrakala.












---

rombak cerita : mulai.
anw trims yang sudah baca!

serendipity › tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang