antariksa gak pernah sangka ruang padus bakal senyaman ini; semacam studio kecil dengan alat musik dan speaker besar, juga peredam suara dan dua pendingin ruangan.
betah, pasti.
apalagi kata athea—cewek mungil yang ajak kenalan kemarin setiap hari rabu kalau pembimbing padus gak hadir—dan biasanya begitu, bakal gak ada kegiatan, karena paketu padus aja sibuk goleran di lantai sambil main game sama anak lain.
makin betah sama hal-hal yang melibatkan malas gerak, tipikal jungkook antariksa sekali. dan ternyata cirebon gak seburuk yang ada di otaknya seminggu lalu.
"ah males, bangsat. nub banget lo main, ciken gueeeeeee."
sandi teriak, di sekelilingnya; hasan, athea dan dua orang yang gak riksa kenal ketawa, riksa gak ngerti mereka ngapain sebetulnya.
antariksa gak suka jadi anak baru, karena fasenya bakal selalu begini. susahnya adaptasi dan gak salty diawal pertemuan itu susah, antariksa jadi dicap sompral dan sebagainya, sama kaya di sekolahnya yang lalu.
karena sekarang sama; anggota lain ngobrol, gaming, bahkan cover lagu. pokoknya punya teman bicara, dan di sudut sini antariksa cuma pasang raut datar sambil main free fire dan tunggu bel pulang. miris.
lima menit kemudian, antariksa dengar ketukan halus di pintu ruangan. "ada yang ketok tuh,"
masih pada fokus, dan riksa terpaksa bangun dari tempatnya.
"riksa, mau kemana?" kata athea setelah peka salah satu dari mereka beranjak.
"ada yang ketok tadi."
"gUE AJA GUE."
endikan bahu acuh, dan riksa kembali ke tempat semula dengan game yang siap tempur. "buka pintu aja heboh." katanya pelan.
"sa!"
"kenapa?"
"sini duduk, ajarin main game dong."
antariksa gak ngerti, seorang fahmin aksan minta ajarin game mobile? sedikit gak percaya.
"banyak mikir lo ah, sini duduk, temenin gue."
ya udah, itung-itung abisin waktu sambil tunggu bel bunyi. kayanya gak masalah.
hebohnya athea di ambang pintu bahkan gak jadi fokus, karena game sita atensi antariksa siang itu bareng aksan di sebelah.
—
"thea, gue gak padus dulu deh, bilang aksan ya?"
karena kelasnya sebelahan, antariksa titip absensi ke perempuan yang lagi piket di depan kelasnya.
"lah, kenapa?"
"urusan, genting nih, gue balik!"
"iya deh."
sepuluh detik kemudian, arsen datang secara barbar dari koridor ujung ke kelasnya yang betul-betul buat athea emosi. "LO APA-APAAN GAK LIAT GUE NYAPU?!"
"tadi tu anak ngapain kesini?"
"tu anak siapa, anak disini banyak, sinting."
"itu, bocah padus."
"namanya antariksa, gebleg."
tau, anjir. santai napa.
"iya, kenapa kesini?"
athea serok sampahnya, "titip absen ke aksan, gak padus hari ini."
arsen cuma buntutin athea yang lagi buang sampah, "terus?"
"ADUH kan lupa. aksan kan izin juga hari ini."
"kok bisa barengan gitu mereka?"
"lah, mana gue tau. janjian kali."
APA-APAAN?
"jalan?"
"mungkin, deket gitu tadi dua jam sama aksan mulu, jadi curiga gue."
ah, gak mungkin kan.
iya, gak mungkin.
ya, mereka jalan atau ada keperluan masing-masing gak masalah sih. tapi kenapa arsen rasa semacam . . sedikit kecolongan buat beberapa kejadian hari ini?
---
temen-temen, gue rombak buku ini biar punya mood lanjutin hehe. trims yang sudah dan masih baca. ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
serendipity › tk.
Fanfictiondefinisi antariksa menurut sudut pandang arsen itu nyata; pelengkap di semestanya yang kosong. ©taelkom, 2018.