v : kanebo kering

3.4K 660 55
                                    

jam empat sore, hari rabu. masih di sekolah niat buat eskul tambahan, arsen duduk di lapangan, kali ini pakai baju buat olahraga, sekolah sepi—tebak siapa bahagia? taehyung arsen jelas.

"bim, jemput hasan coba, ambil seragam basket baru di wakanda apa gimana satu jam ini, bangsat."

bima santai, kuota data full jadi leluasa gaming di lapangan, tapi anak basket lain gabut parah satu jam tunggu kapten gak balik-balik.

"hoream, ah. jauh."

"hasan balik sini udah abis aja pokonya, sejam kita orang ngapain di sekolah sepi sih. hadeh."

arsen kalem duduk, sesekali buka ponsel yang sebenarnya kosong. kontak yang arsen simpan di whatsapp cuma sembilan; lima anak basket, dua kakak-adiknya, dua lagi orang tua.

ponsel kosong; definisi setiap aplikasi yang ramai nomor gak dikenal tapi sepi dari nomor yang terdaftar di kontak ponselnya.

dua menit kemudian, ponsel arsen getar.

"ya, mba?"

"pulang sekarang, papa mama di rumah."

"ya."

sambungan diputus, dan arsen buru-buru ambil barangnya dan tas. "duluan aja gue."

"bISA GITU DARI TADI JUGA UDAH GUE 'DULUAN' AJA KALI, SEN?"

arsen tatap layar ponselnya yang getar sekali, setelahnya tatap teman satu timnya datar, tapi senyum tipis sekali. "bilang hasan, biar urusannya sama gue."

sepuluh menit kemudian, hasan datang  bawa dua kardus besar dibantu pelatih yang masih lumayan jauh di belakangnya. "arsen mana?" kata hasan.

"balik, dia bilang urusannya sama lo aja nanti bedua."

hasan diam, sampai pelatih datang dan taruh kardus besar di lapangan dibantu beberapa anak didiknya. "ada yang absen hari ini, san?"

"salah saya, pak. saya gak kasih tau ada latihan tambahan."

bima dan anak satu tim : ?????


















buka pintu dengan tangan kiri dan kanan jinjing tempat sepatu basketnya, arsen langsung temu tatap sama papa dan kakaknya di ruang tamu.

"darimana, arsen?"

"eskul, pa."

"sampe sore begini dapet apa?"

arsen diam, sama dengan kakaknya. karena hal macam ini jadi makanan wajib kalau orang tuanya di rumah.

"eskul apa?"

"basket, pa."

disini, papanya ketawa. "basket?"

"basket bisa bawa kamu ke sekolah hukum?"

arsen gak pernah nyaman ada di tempat lain selain kamar. itu fakta, apalagi di situasi macam ini.

lihat situasi diam yang gak nyaman, arin, kakak perempuannya ketawa canggung. "masa putih-abu pa, masa harus ikut abu-abu juga,"

arsen diam, jadi ingat omongan athea. makin pusing, gak nyaman selain di kamar kalau situasi macam ini.

"papah juga abu-abu kok dulu. arsen, arin, jangan cari teman dulu baru cari uang, hukum alam itu kebalikannya. abu-abu dulu gak apa, masa depan mu terang teman mu bakal lihat."

"hukum alam juga, orang jaman sekarang mana ada yang buta uang. sama kaya temen-temen papa, iya kan?"

sore itu pipi arsen panas. tamparannya di pipi kanan, tapi perihnya sampai ke hati.




















sekitar jam delapan malam arsen buka pintu kamar, rumah udah kosong, seperti biasa. arin pulang ke rumahnya, ruang tengah sampai ruang tamu gelap—cuma dapur yang terang.

jalan agak jauh ke arah pintu kamar dekat ruang tamu, pintu cokelat berstiker anime dengan lampu kamar yang masih nyala terang. "mek,"

"woi, meka."

"hAH APAAN, MAS?"

arsen decak pelan, "gue ke rumah hasan lo sendirian oke gak?"

"aPAAN SIH MAS GAK DENGER?"

arsen tatap pintu kamar adiknya datar, pasti seorang juna ameka gak jauh dari anime, headphone dan laptopnya. ya udah, emang se-ngeselin itu.

"gue pergi sebentar, lo ada nitip apa?"

pintu kamar terbuka, tapi kepala meka doang yang muncul. "mau pringles keju sama cola dong, mas. sang pisang kalo masih buka mau yang cokelat, pake almond."

emang brengsek.






















sang pisang udah, baju basket baru udah. gak inget pesanan meka, arsen gak akan mau melipir ke minimarket depan komplek. mbak kasirnya genit, kan males.

arsen masuk dan lewat begitu aja, karena emang gak penting juga mau apa tengok bagian kasir sebelum beli apa-apa.

menuju rak makanan ringan, arsen jadi bingung kenapa bagian kasir gak ramai. biasanya mbak kasir heboh tiap arsen kesini, ya mungkin ganti shift. agak bersyukur.

niat beli pringles tapi gatel buat ambil yang lain-lain, jadilah satu keranjang makanan ringan. bukan buat meka semua, arsen gak sebucin itu sama adik sendiri.

minimarketnya sepi, udah hampir tengah malam. benar, bagian kasirnya ganti—jadi mas-mas emo yang pakai hoodie hitam kebesaran dan fokus nunduk tonton youtube.

"mas,"

sompral sekali. gak ada respon.

"mas, becus kerja gak?"

arsen decak pelan, taruh keranjang jinjingnya di meja kasir agak kasar. "mas—"

"maaf, maaf kak, pake earphone gak denger. jadi apa aj—"

"kOK ELO SIH?"






















+ cast

irene bae, red velvet as
arine callista









---
r

ombak lagi, rombak terus. :D

serendipity › tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang