6.fake smile

207 14 6
                                    

Aku tidak pernah membenci dia yang hanya memberi pengharapan palsu tapi aku membenci diriku yang terlalu banyak berharap padanya.

Marsha POV

Aku masih terjaga! dari tadi siang aku sama sekali tidak tidur. Yang lain juga sudah pulang kecuali ruth. Mereka bergantian menjagaku karna biasanya ayah pulang larut begitu pula bunda(kadang kadang). Sebenarnya aku tadi menyuruh ruth untuk pulang namun ia menolak karna dia takut aku kenapa napa jika sendiri.

Ini masih pukul 06:35, aku dan ruth masih berada dikamarku. Ruth sedang menonton tv sedangkan aku hanya membolak balik buku novelku. Tak membacanya sama sekali! Kenapa? Males😛

"Marsha" panggil ruth padaku

"Hmm"

"Lo masih mau pertahanin devin?"

"Sejak kapan gue nganggep dia pacar gue?" jawabku ketus seketus ketus mungkin

Ruth langsung menaiki ranjang dan duduk didepanku. Ia menatapku dengan tatapan tak percaya. Mulutnya juga kebuka tuh. Dasar.

"Napa lo?"

"Lo nggak nganggep dia pacar lo sama sekali?"

Aku jelas menggeleng menjawab pertanyaan ruth itu. Jujur saja aku tidak ingin dan tidak akan pernah menganggap devin itu pacar. Ataupun teman.

"Segitu bencinya ya lo sama devin?" Tanya ruth. Ada sedikit ketakutan dalam pengucapannya. Mungkin ia takut aku tersinggung.

"Kesemua cowok bahkan"

Lagi lagi ia ternganga! Kayak nggak kenal aku aja nih ruth.

"Ridwan?"

"Kalo ridwan nggak benci sih, tapi tetep gue nggak suka"

"Bokap?"

"Ya kali gue benci ama bokap sendiri" jawabku sebelum itu aku jitak dulu tuh jidat mulus ruth.

"Terus lo ntar pacaran ama cewek gitu?" Sekali lagi aku daratkan jitakan kekening ruth

"Ya kali gue suka ama sesama jenis! Bisa di pecat jadi anggota keluarga gue"

Oke pertanyaan ruth mulai ngaur kemana mana. Mending diudahin aja.

"Udah ah kok malah bahas......"

Dubraakk...

ucapanku terhenti saat ,Seseorang membuka pintu dengan tergesa gesa. Aku pikir itu bunda atau ayah tapi ternyata Devin

devin lari kearahku dan langsung berlutut sambil menggenggam juga mencium  tanganku.

Kenapa?

"Marsha kamu nggak papa?aku minta maaf karna bikin kamu kayak gini,  tapi aku mohon jangan tinggalin aku, aku nggak bisa hidup tanpa kamu marsha. Aku mohon maafin aku"

Ucap devin dengan sesenggukan. Yah devin menangis didepanku tanpa ada rasa malu. Setelah itu bastian masuk menyusul devin.

"Ruth bisa lo ikut gue sebentar?" pinta bastian. Sepertinya bastian ingin memberiku waktu bersama devin.

Aku kemudian menatap ruth yang langsung berdiri disamping ranjang yang berlawanan dengan devin setelah devin datang.

"Tapi mar....." belum sempat ruth menyelesaikan dialognya aku langsung tersenyum dan mengangguk,menandakan bahwa aku tak akan kenapa napa. Sepertinya ruth mengerti kemudian ia berjalan menuju luar sebelum itu dia mematikan tv yang masih menyala.

Devin masih berlutut dan terus mengecup punggung tanganku. Tanganku serasa basah karna air matanya yang tak berhenti mengalir. Jujur aku tersentuh sebenarnya namun dalam artian iba, bukan cinta atau semacamnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad Girl Love Posessive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang