Prologue

28 1 0
                                    

Buku itu tidak terlalu besar. Dilihat dari tebalnya, sepertinya buku itu berisi kurang lebih 50 halaman dengan cover hitam polos didepannya.

Suasana semakin tegang, ketika 4 diantara kita tak ada yang tau siapa pemilik dari buku itu. Nafas dengan gugup memberanikan diri mengambil buku dengan cover hitam itu. Dibersihkannya debu pada cover buku tersebut.

"Uhuk-uhuk"
Suara batuk Awan mencairkan suasana yang tegang.
"Dih, orang gue yang bersihin debu, kok lu yang batuk?" Ucap Nafas sambil memperhatikan cover buku yang hanya berwarna hitam kosong.
"Sirik banget ya, orang batuk doang aja diprotes"

Nafas berbalik ke arah Awan, ingin melawan apa yang dikatakan adik laki-lakinya itu. "Ka...."

"HENTIKAN OMONG KOSONG KALIAN"
teriak Rindu, kakak tertua mereka.
"Kalau kalian kayak gini terus, gak bakal selesai masalah ini. Sini bukunya" bentak Rindu sambil meminta buku hitam itu dari tangan Nafas.

Senja, adik mereka yang paling bungsu. Terdiam melihat sikap-sikap kakaknya yang dari dulu hampir tak pernah berubah.

Buku hitam itu kini di tangan si sulung Rindu, ia memperhatikan lama cover buku yang hanya hitam polos lalu membuka buku tersebut. Halaman pertama, Rindu sempat terdiam sebentar. Halaman kedua, ketiga, hingga akhirnya halaman ketujuh.

"Aku kenal buku ini..." ucap Rindu sambil menatap adik-adiknya yang penasaran dengan isi buku tersebut.

"Ini buku Ayah dan Amah." Ucap rindu pelan.

"Apa?" Tanya Nafas.
"Ini buku ayah dan amah"
"Darimana kau tau?" Susul Awan.
"Aku pernah melihat ini sebelumnya"
"Kapan?"
"Saat umurku baru 7 tahun"

"Ceritakan pada kami"
ucap Senja yang sejak dari tadi hanya terdiam menyimak percakapan.

Rindu menarik napas panjang.
"Cerita ini panjang, tapi.. mari kita mulai"

K A L A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang