"Pagi Ghea" sapa seorang gadis sambil mendudukkan dirinya disebelah orang yang di sapa. Tatapan yang disapanya tidak beralih dari formulir yang ada dihadapannya. Tangannya dengan lincah mengisi setiap kolom data di sana.
"Apa?" balas Ghea sedikit ketus. Tanpa menoleh pun dia tau kalau yang menyapanya itu adalah temannya, si Putri.
"Uluh-uluh... Sayangkuh, cintakuh, kasihkuh, my baby honey Ghea kog judes gitu sih? Aku salah apa sayang?" kumat deh lebaynya si Putri. Padahal waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi tapi dia sudah gila lagi.
"Gue geli Put, jijik tau nggak"
"Yaelah Ghe, gitu aja ngambek. Ini udah delapan belas jam lo marah sama gue"
Tiga hari telah berlalu setelah insiden Ghea menabrak kakak kelas yang membuatnya tertimpa tongkat hingga pingsan. Kemarin waktu Gigih mengantarnya pulang, Sinta--mama Ghea kaget karena anaknya pulang dengan cowok.
Biasanya Ghea dan Putri berangkat sekolah naik angkutan umum, begitu pula dengan pulangnya. Maka saat anak gadisnya pulang dengan teman lelakinya membuatnya begitu heran.
Parahnya lagi, saat Sinta bertanya pada Putri tentang Gigih, dia malah memfitnahnya dan bilang kalau Gigih adalah pacar Ghea. Memang Sinta tidak marah, bahkan beliau malah senang dan dijadikan untuk menggoda Ghea.
"Udahan dong marahnya Ghe" rengek Putri.
"Lo lagi ngisi apa sih?" tanya Putri sambil memperhatikan Ghea.
"Formulir" jawabnya singkat membuat Putri memutar bola matanya jengah. Malas bertanya lagi dia mengambil topi di dalam tas lalu diletakkan di atas meja.
"Selesai... Yeay!" pekik Ghea senang. "Put, nanti istirahat antar ke ruang pramuka ya" katanya sambil mengalihkan pandangannya dari formulir ke arah Putri dengan senyum yang mengembang. Seakan ngambeknya yang sudah berjalan delapan belas jam tadi tidak pernah terjadi.
"Ngapain?"
"Itu ngasih formulir pendaftaran calon bantara" jawabnya menunjuk dua kertas di atas meja dengan dagu.
"Lhah, kenapa ga bilang dari tadi sih, gue kan belum ngisi" geram Putri.
"Tenang Put, lo udah gue buatin. Tinggal nyerahin ajah" Putri hanya menghela nafas dan mengiyakan saja. Kemudian terdengar bel tanda segera berkumpul melaksanakan upacara bendera. Upacara bendera berlangsung dengan sedikit khidmat hingga berakhir. Biasalah barisan belakang pada ngoceh sendiri.
× × ×
Tok tok tok...
Suara ketukan pintu membuat empat orang dalam ruang yang bertuliskan 'RUANG PRAMUKA' itu menoleh ke sumber suara. Dua gadis terlihat sedang berdiri di ambang pintu itu. "Masuk dek" setelah dipersilakan mereka lalu masuk ruangan.
"Ada apa dek?" tanya seorang gadis.
"Ehmm... Ini kak, kami mau mendaftar caba" kata Ghea sambil menyerahkan dua formulir ditangannya.
Gadis yang duduk di meja pradana putri itu menerima dan membacanya sekilas, lalu ditaruh di meja. Dia memandang ke arah Ghea lalu bertanya "Kamu Gheyhaliza ya?"
"Iya kak. Kenapa ya?
Gadis itu menyeringai, "Gimana rasanya di bopong sama pak pradana?"
"Bungaaa!!"
Sontak saja Bunga dan yang lainnya tertawa keras mendengar geraman Gigih dan muka Ghea yang memerah menahan malu. Bahkan Putri sampai memegangi perutnya yang terasa sakit karena tertawa.
"Ya sudah kak, saya mau kembali ke kelas dulu" pamit Ghea dengan terburu-buru. Bahkan dia lupa dan meninggalkan Putri yang masih ngakak guling-guling di ruang pramuka. Eh, ngga sampai guling-guling juga sih, cuma nungging-nungging.
"Aduhh.. Ghe tungguin gue dong" Teriaknya sambil menahan sakit di perutnya sebab tertawa ria. "Yaelah tu bocah main cabut aja ninggalin gue. Udah dianterin kesini juga. Emang gue gebetannya apa, ditinggal pas lagi asik-asiknya" gerutunya.
Seakan lupa akan sesuatu, Putri menghadap ke arah empat orang yang sedang duduk di balik meja ruang pramuka. "Eh maaf ya kak, saya pamit dulu" lalu mundur secara perlahan. Saat sudah berada di luar ruangan dia membungkuk hormat dan "Gheaaa... awas lo ya"
Gelak tawa kembali pecah di ruangan itu. Kini mereka terlihat lebih santai dari yang lalu. Jarang-jarang mereka dapat hiburan pada saat bekerja. Kecuali si pak pradana, dia cuma senyum tipis, tambah beban kayaknya.
"Yaelah pak.. wajahnya gitu amat. Biasa aja kali" kata Bunga. Tangannya kembali lihai dalam menyetujui berkas-berkas formulir calon bantara yang baru.
"Iya tuh... kalem aja kali Gih, kaya lo habis maling daleman aja" sambung Zakky yang mulai membereskan alat kerjanya dan ia simpan ke dalam laci.
"Ahh lo Zakk. Kan kalian udah janji sama gue kalau masalah itu ngga bakal di bahas lagi. Apa lagi di depan adik tadi" jelas Gigih, dia menyandarkan punggungya di punggung kursi.
"Ga usah di tutup-tutupi juga kali Gih kalau lo suka sama dia" kini si Audri ikut nimbrung.
"Siapa bilang" balas Gigih dengan semangat dan berdiri dari duduknya. "Gue tuh ngga suka sama dia. Cuma tadi lo semua liat kan, dianya jadi malu. Terus nanti kalau dia benci sama gue gimana? Kan ga lucu gitu calon caba benci sama pradananya." Jelasnya panjang kali lebar tapi ngga pake tinggi.
"Iya deh ga suka" ledek Bunga yang sudah merapikan mejanya. "Lo mau disini aja, bel jam pelajaran ke tiga udah bunyi lo" kata Bunga yang sudah meninggalkan tempat duduknya.
"Emang udah ya? Kenapa ngga bilang sih" cepat-cepat dia membereskan mejanya.
"Lo aja yang ga sadar" Kata Zakky dari luar ruangan.
"Jangan lupa kunci ya Gih" lanjut Audri.
"Woi.. tungguin dong, masak punya pradana malah disuruh-suruh sih.
"BODO!!" teriak mereka kompak dari luar.
-abc-
Segini dulu kali ya. Cuma 800 kata sih, ga sampai target 1000 kata. Gapapa lah ya? Ideku ga muncul mau dilanjutin gimana. Coba kasih saran deh harus gimana gitu. Jangan lupa vote biar gue tambah semangat nulisnya.
Maaf juga kalau lama ga update. Medianya belum mendukung untuk update sesering mungkin. Do'ain aja biar gue lancar rejekinya, lancar idenya, biar lancar idenya.
Thanks yang udah mau baca...
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarf (Cerita Pramuka)
Teen Fiction[slow update] Gheyhaliza Pradani, seorang gadis manis yang sering dipanggil Ghea dan sangat mencintai alam. Masa sekolahnya hanya diisi dengan belajar dan kegiatan pramuka, hingga pertemuannya dengan Gigih memberikan sebuah pengalaman baru baginya. ...