scout 04 - Museum?

16 1 0
                                    

Hari mulai petang. Kelas telah usai beberapa waktu yang lalu. Kini waktu telah menunjukkan pukul tiga lebih sembilan belas menit sore hari. Sekolah ini telah mengikuti sistem full day school seperti sekolah negeri lainnya.

Sekolah mulai sepi karena sebagian murid telah meninggalkan area sekolah ke rumah masing-masing. Sekarang hanya ada beberapa yang masih mengikuti ekstrakurikuler dan berkumpul hanya sekedar untuk bermain atau menunggu jemputan.

Sebenarnya sekolah ini membolehkan siswanya untuk mengendarai kendaraan bermotor. Ya tapi masih ada beberapa diantara mereka yang dilarang orang tuanya. Termasuk Putri dan Ghea.

Kini kedua gadis itu sedang menunggu teman baru mereka yang baru saja mereka kenal. Si Sophia, gadis berkacamata yang sudah seperti teman lama walau baru saja bertemu.

Katanya tadi dia mau ambil mobilnya. Oh wow.. Bukannya sok norak, tapi ini sekolah bawa mobil lo. Mungkin sudah biasa kalau di kota-kota besar. Tapi ini di kota kecil, itu wow banget.

Di saat istirahat kedua tadi, mereka sudah berjanji akan pergi ke rumah Ghea bersama. Berkenaan dengan pertanyaan Sophia mereka pulang akan naik apa, yang di jawab santai akan naik angkutan umum dan akhirnya jadi ajakan pulang bersama naik mobilnya.

"Sophia lama amat ya?" gerutu Putri yang mulai tidak sabar menunggu lebih lama lagi. Kakinya sudah pegal berdiri di sebelah gerbang sekolah.

"Ya sabar Put, mampir ke toilet mungkin" jawab Ghea sambil mengirim pesan untuk ibunya.

"Ya tapi ini lama banget loh. Kakiku udah pegel" rengek Putri yang ditatap jijik oleh Ghea.

"Mending lo ngitung mobil lewat dijalan tuh"

"Ya masa ngi.."

Tin tin

Terdengar suara klakson membuat Ghea menjerit "Aaa.." dan dengan santainya dibalas Putri dengan kata "Be".

Dari arah belakang mereka datang sebuah motor matic yang dikendarai oleh dua orang.

" Ya ampun kakak itu suka ngagetin ya" Ucap Ghea tanpa sadar.

"Gigih tu ga suka ngagetin, tapi sukanya kamu dek"

Mendengar itu membuat bibir Ghea terkatup dan pipinya sedikit memerah. Hal itu tak luput dari perhatian Putri yang berdiri di sebelahnya.

"Apaan sih lo, Zak. Jangan dengerin omongan Zakky, ni orang suka ngawur"

"I-iya kak"

"Kamu tumben belum dijemput?" Tanya Gigih sambil celingukan.

"Hari ini mau pulang bareng temen kak"

Pandangan Gigih beralih ke arah Putri.

"Jalan kaki?"

Ghea berpikir sejenak, "Oh, ga kak. Ini lagi nunggu teman yang satunya" Saat sedang sibuk bicara, keempatnya dikagetkan suara klakson. Hebohnya lagi, Gigih reflek memutar gas hingga membuat Zakky terjengkang membuat beberapa anak yang masih di sana tertawa.

Mengetahui ada orang yang terjatuh karenanya, Sophia segera turun dan membantu berdiri bersama Putri dan Ghea.

"Aduh.. Maafin aku ya kak. Kaka gapapa kan? Ada yang patah?" Tanya Sophia cukup heboh.

"Aduh dek, kayanya iya deh"

"Ya ampun, gimana nih? Kita ke rumah sakit sekarang!"

"Ah ga usah dek, gapapa"

"Ko ga usah, katanya patah tulang?"

"Ada yang patah tapi bukan tulang, yaitu hatiku"

"Yahh sa ae nih kang cilok" Mulai nih si Putri. "Yang sini mikirnya serius situnya bercanda"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Scarf (Cerita Pramuka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang