Our Secret Place

4.3K 98 36
                                    

Heheheheheh ^^ akhirnya aq posting juga setelah hibernasi sekian lamanya. Aq harap chapter ini tidak membuat kalian kecewa. Sesuai janjiku ini chapter romantis! (atau begitulah pemikiran q) makasih banget buat yang masih bersabar nunggu cerita ini.... (terharu) T.T

------------------------------------- >_< ---------------------------------

Nami memandangi cahaya kota yang berkerlap-kerlip dengan angkuhya dari balik sebuah jendela besar yang berdebu, disekelilingnya terdapat tumpukan buku-buku tua yang dipenuhi oleh sarang laba-laba dan sebagian besar rusak karena dimakan rayap, udara yang disekelilingnya berdebu dan bau apak dengan suasana gelap namun Nami terlihat tak memperdulikannya hanya tetap memandang kearah luar matanya menyusuri pekatnya malam yang berlanjut kepada kerlap-kerlip cahaya buatan manusia.

Begitu banyak orang diluar sana. Disetiap cahaya ada orang-orang yang sedang tersenyum, tertawa, marah, ataupun emosi lainnya pikir Nami sambil menghirup nafas panjang dan mengeratkan cardigan hijaunya yang menutupi tanktop putihnya ke tubuhnya yang mulai menggigil. Disekelilingnya hanya ada kesunyian dengan penerangan temaram dari sebuah lampu minyak tua yang dinyalakan, semuanya bagaikan terisolasi dari dunia luar. Nami merasa bagaikan sinar redup yang tak berarti diantara gemerlap cahaya yang lain.

Tempat ini adalah tempat rahasianya dan tak ada yang tahu kecuali seseorang. Seseorang didalam ingatan semu nya yang tak bisa dia ingat. Nami menggigiti bibir bawahnya berulang kali dengan gelisah berusaha tidak membuatnya berdarah.

“kamu menelepon anak manja itu?”

“berhentilah mengurus Nami, menyusahkan saja!”

Nami segera menghapus air matanya yang tak terasa langsung menetes tanpa bisa dia kontrol lagi. Kata-kata kak Deka yang sempat dia dengar walaupun tanpa sengaja. Cowok impiannya yang selalu bersikap baik didepannya atau setidaknya ketika dirinya didekat Cindy mengatakan hal yang tak pernah dia sangka. Apakah itu pandangan orang-orang disekitarnya? Apakah dirinya memang hanya anak manja yang menyusahkan saja?? Walaupun Nami telah berusaha keras untuk menyenangkan orang lain tapi sepertinya itu semua belum cukup.

Apakah itu alasan kenapa ayahnya tak mau tinggal didekatnya lebih lama?

Nami segera menyingkirkan pemikiran buruknya dengan segera menenggak botol minuman keempatnya, membiarkan sensasi menyengat dan menggelitik memenuhi kerongkongannya. Minuman aneh yang dipromosikan oleh penjaga minimart ketika melihat Nami berniat membeli minuman, minuman aneh yang kini membuat kepalanya terasa melayang. Dirinya kini bahkan berpikiran kalau semua ini sangat lucu.

Dirinya merasa perbuatan bodohnya seperti menelepon Kei adalah hal lucu. Hanya karena ingin mendengar suaranya saja yang seakan dapat menyadarkan dirinya yang sempat mati rasa. Suara dingin bagai es yang entah mengapa dapat mengobati rasa rindunya. Tapi tentunya semuanya hanya angin lalu, karena Nami yakin kalau Kei tidak benar-benar memperhatikan dirinya dan menganggapnya berarti, sama seperti yang lain. ketika sudah bosan, Kei pun akan pergi.

“kenapa kamu?” kata-kata Kei terasa masih berputar-putar dipikiran Nami ketika akhirnya dirinya memberanikan diri untuk menelepon Kei, namun ketika mendengar suara Kei tangisan bisu yang sedari tadi ditahannya segera membuncah keluar, Nami sesegukan yang langsung ditahannya dan segera mematikan handphonenya. Dia telah berbuat sangat bodoh. Karena itu dia segera pergi dari rumah menuju tempat rahasianya kini. Pergi dari semuanya dan hanya ingin mengasingkan diri.

Air mata kembali mengalir di pipi Nami yang langsung diusapnya dan dengan satu tegukan dirinya langsung menghabiskan botol minumannya kini yang langsung membuat pandangannya memburam, namun membuat badannya menjadi ringan dan hangat. Pikirannya segera melayang tak tentu arah,

Unwanted FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang