BTM - 1

74 18 11
                                    

🎶 The Man Who Can't Be Moved --
      The Script
                 
                     💙💛💙💛💙💔

Nada dering sound of the sea yang memang disediakan oleh ponsel pintar sebagai nada dering alarm mengalun dipagi hari yang diatur tepat jam 6 pagi.

Seperti biasanya, perempuan rambut hitam sebahu itu bangun dengan tatapan datar, tanpa ekspresi. Segera dia turun dari kasurnya yang berukuran  tidak terlalu besar dan tidak lupa membereskan tempat tidurnya, seperti lagu yang biasanya ia nyanyikan sewaktu kecil .

Dia memang tinggal sendiri di kos-kosan yang terdiri dari 12  kamar. Kos-kosan yang ia tempati diberi nama 'Zo'. Entahlah, dia pun tidak tau asal usul nama tersebut, yang iya tahu kebetulan tidak kebutulan, masing-masing orang yang menempati kamar mempunyai zodiak yang berbeda.

Memang, dia yang memutuskan untuk tinggal sendiri dan merantau dikota orang untuk beberapa alasan, yah salah satunya untuk menempuh pendidikan, mungkin.

Segera dia mandi untuk membersihkan diri. Ah! Sepertinya dia lupa, jam masih menunjukkan pukul 06:10, belum saatnya dia untuk mandi, ia mengambil ponselnya diatas nakas yang tentu saja berbentuk persegi panjang berwarna putih dengan ukuran yang pas untuk sang pemilik.

Ia memeriksa notifikasi yang mungkin saja ia terima dengan handuk yang ia sampirkan diatas pundaknya. Setelah dirasanya cukup ,ia kemudian membuka satu aplikasi permainan yang satu-satunya ia miliki, Boo. Tidak lupa ia memberi makan, memandikan,  dan membeli pakaian baru.

Kling!

Nah ini yang dia tunggu-tunggu, notifikasi aplikasi horoscope yang sejak dulu ia install karena kebiasaanya suka membaca ramalan hari ini.

(CAPRICORN  Desember 22 - Januari 19)

Matanya membulat melihat ramalan hari ini, akhirnya setelah satu minggu keberuntungan akan berpihak padanya hari ini.

Melihat jam berwarna silver yang melingkar manis ditangannya, tanpa berlama-lama ia pergi untuk mandi, yang memang terletak didalam ruangan.

Ia kemudian bersiap-siap untuk pergi ke kampus kuliahnya yang bisa ditempuh hanya 15 menit dengan busway.

Sambil menunggu, ia mengeluarkan satu bungkus roti dan segera memakannya.

Bus besar berwarna biru tersebut berhenti, ia mengantri di barisan  belakang, lebih mendahulukan orang-orang karena ia malas untuk berdesak-desakan, walau terkadang dia tidak mendapatkan kursi untuk duduk, ia tak merasa keberatan.

Ketika sampai, ia turun menuju gedung kuliahnya. Tak lupa senyumnya yang akan selalu ia tunjukkan pada orang-orang yang berpapasan.

Dia mengambil jurusan seni walau beda dengan cita-cita yang ia rencanakan sejak dulu. Tapi ia menikmatinya.

Jam sudah menunjukkan pukul satu siang yang berarti kelas hari ini telah berakhir.

Tanpa berlama-lama ia membereskan perlengkapannya dan segera menuju ketempat yang pastinya selalu ia kunjungi yaitu "Meretak Cafe".

Aneh bukan namanya? Sebenarnya itu bukan nama sebenarnya, orang-orang suka menyebut itu karena dua alasan.

Pertama, karena palang nama cafenya yang retak, tapi sejauh ini pemilik cafe tersebut tidak berniat untuk memperbaiki.

Dan yang kedua yang paling terkenal dari cafe ini. Mitosnya sih kalau kita bawa pasangan kita ke sini , akhirnya putus di cafe ini juga, yang memang sudah sering kejadian.

Ia masuk kedalam cafe dan melihat kesekitar, keadaan cafe yang memang cukup ramai walau jam makan siang sudah lewat.

Kebanyakan adalah anak kuliahan yang bersantai sambil mengerjakan tugas mengingat cafe ini meyediakan Wi-Fi gratis.

Ia kemudian menuju  tempat ternyamannya, disudut ruangan yang dekat dengan dinding untuk bersandar. Menurutnya, lebih relax bersandar di dinding dari pada di kursi, entahlah dari mana definisi tersebut ia dapatkan.

Seorang pelayan wanita menghampirinya dengan senyum lebar. Lantas ia memesan nasi goreng komplit dengan kerupuk kentang kesukaannya dan es teler sebagai minumannya. Karena perutnya yang sudah berteriak meminta untuk diisi.

Tak lama kemudian makanannya datang yang diantar dengan pelayan wanita yang berbeda, tentu saja dengan senyum lebar, lagi .

Tanpa menunggu lebih lama, ia segera menyantap makanan dihadapannya.
Lagu The man who can't be moved yang dipopulerkan oleh The Script  terdengar di indra pendengarnya.

Going back to the corner where i first saw you Gonna camp in my sleeping bag I'm not gonna move

Got some words on cardboard got your picture in my head saying : if you see this girl can you tell her where I am

Keningnya berkerut mengingat biasanya ia yang akan bernyanyi pukul tiga sore diatas panggung 'mini' tersebut.

Some try to hand me money they don't understand I'm not broke I'm just a broken hearted man

I know it makes no sense what else can I do and how can I move on when I'm still in love with you

Dia melihat kesumber suara sambil menerka-nerka siapa dibalik suara dan petikan gitar yang diakuinya indah itu.

Cause if one day you wake up and find that you're still missing me and your heart starts to wonder where on this earth I could be thinking maybe you'd come back here to the place that we'd meet and you'd see me waiting for you on the corner of the street

Ia membeku, menghentikan aktivitasnya, dan menatap pria itu,  tentu saja mata pria tersebut juga menatap kearahnya seakan-akan lagu itu memang di persembahkan untuk dirinya.

Mata itu, mata berbinar yang paling ia suka pandangi dulunya.
Ternyata ramalan hari ini meleset, kesialan masih berpihak padanya. 

Thinking maybe you'd come back here to the place that we'd meet I'm not moving.

going back to the corner were I first saw you gonna camp in my sleeping bag and I'm not gonna move.

Ia tentu hafal dengan lirik terakhir lagu tersebut.

Shit! Makinya.

Segera ia membereskan barang bawaannya yang sempat ia keluarkan tadi.

"Hai" sapanya.

"lo sendiri? gue duduk disini ya?"

-----------------------------------------------------------

HAI !

Jangan lupa vote and comment yapss!

Terimakasih sudah membaca cerita ini,
dan jangan lupa

Move on itu gampang!

-Sasatinom

Breaking The MythTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang