Chapter 4 (ver. novel)

263K 14.6K 714
                                    

Selama satu jam perjalanan dari rumah Syifa, Fau mengelus perutnya, bukan karena ada bayi di dalam sana, tetapi perutnya minta diisi asupan nasi. Saat tiba di rumah, yang dicari Fau pertama kali adalah Bi Supi. Fau berjalan ke arah dapur, tetapi tiba-tiba seseorang menahan bahu Fau.

"Rambut kamu basah," kata Aksa, lalu memegang rambut Fau—lebih tepatnya memainkan rambut Fau.

"Iya, kan tadi kena hujan," kata Fau.

"Mandi dulu, habis itu makan," perintah Aksa. Fau memanyunkan bibirnya, sebenarnya dia sudah berniat untuk tidak akan mandi. "Dingin ... aku bisa sakit kalau mandi jam segini," eluh Fau.

"Ada air panas," kata Aksa sesuai kebenaran yang ada.

"Lapar, aku bisa—"

Perkataan Fau terpotong oleh Aksa."Kamu nggak akan pingsan."

Rupanya Aksa tahu apa yang akan dikatakan Fau. Fau mengalah dan mengikuti Aksa ke kamar, lalu mandi.

Aksa menatap pintu kamar mandi yang tertutup dan tidak lama bunyi keran terdengar. Aksa sengaja memaksa gadis itu untuk mandi agar tidak sakit. Konon jika kepala sudah terkena air hujan dan tidak segera dibilas, maka akan menimbulkan penyakit.

Aksa berganti pakaian tepat ketika Fau keluar dari dalam kamar mandi setelah mandi kilat yang hanya membutuhkan waktu lima menit. Fau menahan nafsu jahatnya melihat Aksa topless.

"Wow," gumam Fau. Sadar ucapannya tak waras, Fau menutup mulut dengan kedua tangannya, lalu segera berjalan ke meja rias dan mencari hair dryer. "Lihat hair dryer punyaku?" tanya Fau tanpa menatap wajah pria itu.

Tiba-tiba Aksa sudah ada di sebelah Fau sambil menyodorkan benda yang dicarinya.

Fau langsung mengeringkan rambutnya. Dari kaca, Fau dapat melihat Aksa yang berkeliaran tanpa baju. Tatapan mereka bertemu dan Fau tertangkap basah sedang melihat Aksa.

"Lihat baju warna biru yang biasa aku pake?" tanya Aksa.

"Oh, yang gambar Smurf?"

Aksa mengangguk.

"Di lemari paling atas. Coba cari di tumpukan baju bagian tengah," kata Fau. Benar saja, Aksa menemukan baju yang dia maksud, lalu langsung memakainya.

"Mau aku bantu?" tawar Aksa sambil berdiri tepat di belakang Fau.

Fau tidak perlu menjawab karena Aksa sudah merebut hair dryer yang Fau pegang. Pria itu mengeringkan rambut Fau dengan hati-hati, meski ini kali pertama Aksa memegang hair dryer.

"Tahu nggak, aku pernah lihat adegan kayak gini di TV," kata Fau, tapi tak ada perubahan pada raut wajah Aksa. "Kamu nggak pernah nonton adegan kayak gini?" tanya Fau dan Aksa mengangguk. "Aku kira kamu sengaja pengen bertingkah kayak cowok-cowok di TV."

"Nggak tertarik," jawab Aksa.

Fau menatap penasaran pria itu melalui cermin di depan mereka.

Aksa menyadari tatapan Fau. "Aku cuma penasaran cara kerja hair dryer kayak apa."

"Alasan," sindir Fau.

Aksa tertohok mendengar perkataan gadis itu. Muncul ide jail di kepala Aksa. Dengan sengaja dia mengarahkan moncong hair dryer sembarangan hingga membuat rambut Fau berkibar-kibar seperti bendera.

Aksa menyadari tatapan tajam Fau melalui cermin. "Oh, jadi kipas yang ini fungsinya ngisap udara di sekitar, habis itu disaring sama pemanas di dalam. Makanya rambut kamu yang basah bisa kering karena udara panas yang keluar dari pistol ini."

Same Campus with WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang